27

4K 331 23
                                    

"Ba-san minta maaf," ujar Mebuki. Wanita baik hati itu menggenggam punggung tangan Sasuke yang lemas. Duduk di samping Sasuke dengan wajah yang mampu mewakili perasaan Sasuke, sampai tidak memedulikan pengunjung yang tengah ramai memasauki toko kuenya.

"Ba-san, jangan meminta maaf. Tidak perlu ada kata maaf." Sasuke membalas genggaman tangan Mebuki, membubuhkan senyumnya untuk wanita itu. "Bukankah aku yang seharusnya meminta maaf pada Ba-san, ya?"

Mebuki menggeleng. Wajah wanita itu terligat sendu. Bahkan iris matanya terdengar bergetar ketika menatap Sasuke saat ini. "Jaga dirimu, anak baik. Datang sesukamu, temui ba-san. Ba-san akan sangat rindu."

Sasuke mengangguk. "Ba-san selalu menjadi yang terbaik. Wanita terbaik." Saduke melepaskan napas sesak. Ternyata berbicara dengan Mebuki tidak semudah yang ia pikirkan. Melihat wajah sendu, kerutan yang menunjukkan umur setengah abadnya dengan raut sedih, dan perlakuan lembutnya. Wanita baik hati itu, sungguh Sasuke juga merasa sulit melepasnya untuk peia lain yang nanti akan memanggilnya ba-san atau bahkan Kaa-san.

"Carilah gadis baik. Gadis yang selalu ada untukmu, di sampingmu, menyayangimu. Apapun yang terjadi. Percayalah, doa ba-san selalu menyertaimu."

Sasuke kembali harus kembali melepaskan napas sesak ketika mendengar kalimat Mebuki. Kalimat lembut itu membuat isi di dalam dadanya yang telah hangus kini terkoyak menyakitkan. "Laki-laki baik, selalu dipasangkan dengan gadis baik." lanjut Mebuki.

Sasuke mangangguk. "Semoga," balasnya. Ia menarik lengan yang berada dalam genggaman Mebuki, walau sebenarnya enggan melepas. Meraih sebuah kotak yang sedari tadi di simpan di balik saku jaket, menyimpannya di atas meja. "Bolehkah aku meminta bantuan ba-san?" tanyanya.

"Apapun," jawab Mebuki seraya menyeka sudut-sudut matanya, menyisakan kerutan di kelopak matanya.

"Ini... dariku. Untuk Haruno Sakura." Sasuke menggeser kotak beludru itu ke hadapan Mebuki. "Karena kebodohanku, aku tidak sempat memberikan hadiah ini untuknya."

Mebuki mengangguk. "Akan Ba-san sampaikan... setelah Sakura pulang kerja nanti," ujarnya.

"Terimakasih, ba-san." Sasuke tersenyum. "Aku harus pulang, banyak persiapan yang harus aku bereskan untuk keberangkatan bulan depan."

Mebuki mengangguk. "Jaga diri baik-baik, anakku." tangan wanita itu menyusuri wajah Sasuke. "Banyak makan, kau terlihat kurus. Datang ke sini sesukamu. Ba-san akan berikan semua makanan yang kau mau."

Sasuke terkekeh pelan. "Itu pasti," balasnya.

***

Keesokan harinya...

Sakura melangkahkan kakinya keluar kamar dengan tergesa. "Kenapa Kaa-san tidak membangunkanku?!" Ia menggerutu kesal seraya membenarkan posisi tas selempang yang menggantung di bahu kanannya, langkahnya terseret-sereg seraua membungkuk berusaha memaskukkan tumitnya ke dalam flatshoes yang juga ikut terseret.

"Kaa-san!" Sakura mendapati ibunya yang sudah mengenakan aprkn berada di balik konter tengah menyusun cake di bantu Tenten.

"Kenapa?" tanya Mebuki.

"Mengapa kaa-san tidak membangunkanku?!" rutuknya lalu mengambil cupcake yang akan Mebuki masukan ke dalam konter.

"Ini hari liburmu, kan?" tanya Mebuki, menegakkan tubuhnya yang sedsari tadi membungkuk menyusun cake. menatap anak gadisnya yang kini tengah menjejalkan potongan cupcake yang terbilang cukup besar ke dalam mulutnya.

"Sudah selesai. Aku akan membereskan meka kasir. Ba-san," sela Tenten yang disahut anggukan dan senyuman dari Mebuki.

"Aku mendapat jadwal siaran hari ini, untuk mengganti rekanku gang tudak bisa masuk," jawab Sakura dengan pipi gemuk karwna isi mulutnya dijejali cake yang dipaksa masuk.

"Dengan siapa?"

Kunyahan Sakura melambat. Pipinya masih gemuk karena kue di dalam mulutnya belum tertelan. Sakura mengankat kedua bahunya. "Ehmmmm..."

"Siapa?" desak Mebuki.

Sakura menelan kunyahannya. "Gaara."

"Haruskah kalian selalu dipasangkan berdua?" tanya Mebuki.

Sakura mengernyit. Mendengar peryanyaan yang tidak biasa dari ibunya. "Ini pekerjaan, kaa-san."

"Pekerjaan?" tanya Mebuki, fokusnya menatap Sakura sudah hilang, wanita itu kini tengah meraih nampan yang diberikan pegawainya yang lain untuk kembali di susun di dalam konter. "Haruskah teman satu pekerjaan menjemput dan mengantar setiap--hampir setiap hari?"

Sakura tercenung. Ada apa dengan ibunya saat ini?

"Kemarin Sasuke datang," ujar Mebuki. Masih belum kembali menatap Sakura, sibuk dengan susunan cakenya di dalam konter.

Sakura membungkukkan tubuhnya, menyejajarkan dengan tubuh ibunya yang kini sedang membungkuk, menyusun kue. "Uchiha Sasuke-kun?" ulangnya dengan nada bertanya.

Mebuki mendesah, lalu mengangguk. "Dia menitipkan sesuatu untukmu. Tadi malam kau pulang dan langsung tidur. Kaa-san menaruh kotaknya di atas nakas.

Sakura mengerjap, menegakkan tubuhnya. Merasa sadar dan mengerti atas apa yang di katakan ibunya barusan, tanpa berpikir panjang langkahnya terayun tergesa untuk kembali menuju kamar.

***

19 Oktober

Sasuke berjalan bolak-balik, gelisah. Sudah satu jam yang lalu is sampai di depan Cherry's Cafe. Apakah hari ini Sakura akan keluar rumah? Belum ada tanda-tanda gadisnya akan muncul dari balik pintu keluar kafe. Berkali-kali Sasuke meremas kunci mobilnya sampai buku-buku jarinya memutih, menghilangkan getaran yang muncul di ujung-ujung jari tangannya. Sesekali menjinjit-jinjit untuk menggugurkan benda berat yang seolah menggelantungi dadanya. Napasnya meletup-letup tidak karuan, dan ia yakin keadaan ini lebih parah jika dibandingkan saat ia akan melakukan sidang skripsi.

Ini tanggal 19 Oktober. Hari di mana waktu itu kenyataan menyakitkan menghampirinya, menyapanya, mengenalkan diri padanta, dan lalu tanpa izin merenggut sesuatu paling nerharga dalam hidupnya dengan paksa.

19 Oktober. Hari di mana ia memeluk Sakura yang berlumuran darah. Hari di mN ia pertama mali menangis dan meraung-raung mengenaskan. Oh Tuhan! Sungguh semalaman tadi Sasuke sama sekali tidak dapat memejamkan matanya untuk menyambut pagi menegangkan ini.

Mana Sakura? Apakah gadis itu tidak akan keluar rumah? Itu yang Sasuke harapkan sebenarnya. Sakura tetap di rumah, tidak pergi kemanapun, membiarkan dirinya tidak akan kembali disala oleh kenyataan menyakitkan itu lagi. Tetapi, tiba-tina Sasuke terperangah, melihat Sakura yang kini keluar dari pintu kafe mengenakan kemeja beige dan rok hitam selututnya. Sakura terlihat cantik, sangat cantik. Mengapa Sakura sangat canti hari ini?

Berhenti! Sasuke menggebrak pikirannya sendiri. Tidak seharusnya saat ini hanya memandangi kecantikan gadis itu. Saat ini ia harus--

"Sakura!" Tiba-tiba saja seruan itu lolos dari bibirnya. Oh, Tuhan! Apa yang Sasuke lakukan tadi? Memanggil gadisnya? Gadisnya yang ia akui saat ini bukan gadisnya? Padahal sebelumnya ia sama sekali tidak mempersiapkan hal apapun untuk bertemu gadis itu. Mengapa si bibir bodoh itu tiba-tiba mengeluarkan suara?

***

Hati-hati sama chapter ini. Isinya nyebelim bikin gigit bibir Sasuke 😂😂😂

Happy reading~~~

TIMELESS [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang