Ada apa dengannya? Tanyanya lagi. Mengapa ia seolah enggan untuk mengetahui dan mendengar segala sesuatu tentang Sakura? Tidak mau mengetahui hal apapun tentang gadis itu. Untuk bertemu pun ia merasa... enggan. Namun gadis itu masih saja tidak menyerah terhadapnya. Apa yang salah dengan Sakura?
Tidak ada. Sungguh, Sasuke tidak mendapat satu kesalahan pun kesalahan yang pernah di lakukan oleh Sakura padanya. Dia tetap Sakura yang dulu, Sakura yang manis. Lalu mengapa? Ada apa dengan perasaannya saat ini?
"Aku bosan." Keluh Sasuke. Alasan klise itu kembali terdengar tanpa ia harus repot-repot berpikir, ia tidak menemukan jawaban yang lain itu selain dari kata bosan.
"Aku benar-benar tidak mengerti denganmu, Kau menyia-nyiakan Sakura-chan, Sasuke." Naruto berkata dengan nada yang dibuat setenang mungkin, walau kenyataannya ia masih sangat jengkel dan kesal pada Sasuke.
"Menurutmu, Sakura sadar dengan perubahan sikapku ini?"
"Tentu saja dia sadar, Baka!" Naruto tidak butuh waktu yang lama untuk menjawab pertanyaan Sasuke itu.
"Lalu... lalu... kenapa dia tidak mencoba untuk meninggalkanku? Atau... setidaknya dia mengeluhkan perubahan sikapku padanya?" Tanya Sasuke lagi,
Naruto memutar matanya dengan gerakan malas, dengan jengah ia berkata pada Sasuke, "Karena dia mencintaimu. Dia takut kehilanganmu jia dia mengeluhkan sikapmu itu. Sadarilah itu!" Naruto memasang wajah kesalnya. "Kau menyakitinya." Imbuh Naruto.
"Sungguh? Kau berpikir sikapku membuatnya sakit?" Sasuke kembali bertanya pada Naruto seolah-olah jawaban darinya adalah sebuah kebenaran yang mutlak.
"Secara implisit seperti itu. Apakah akhir-akhir ini--setelah perubahan sikapmu setahun kebelakang, dia pernah tertawa bersamamu? Disampingmu, kau pernah melihatnya tertawa?"
Sasuke menggeleng pelan. Tidak butuh waktu untuk berpikir lama untuk menjawab setiap pertanyaan Naruto itu. Beberapa waktu ke belakang sikapnya terhadap Sakura itu berubah sebanyak setengah putaran jarum jam, selama ini ia tidak pernah melihat tawa Sakura di depannya. Bagaimana bisa melihat gadis itu tertawa? Jika dirinya puntidak pernah menciptakan suasana yang membuat mereka berdua tertawa bersama lagi, seperti dulu? Bahkan untuk tetap berada di samping gadis itu dalam waktu lebih dari sepuluh meniy, tubuhnya nyaris menolak.
Ia selalu ertemu Sakura dalam waktu yang singkat, dan terburu-buru. Kontras dengan dulu, ia selalu menyempatkan diri untuk mengantar Sakura berangkat kerja, menjemputnya ketika ia pulang siaran mala, selalu menyempatkan menelepon Sakura di sela-sela waktu istirahat makan siang, selalu mengirim e-mail--menyampaikan pesan cinta untuk Sakura untuk dibacakan saat siaran, selalu berusaha menyediakan waktu untuk bisa bersama di akhir pekan, ada banyak hal-hal kecil yang lain yang selalu ia lakukan tanpa bisa di sebutkan. Dan itu yang selalu berhasil membuat Temari--teman Sakura uring-uringan karena merasa iri. Ya, itu dulu...
Setelah ia menyatakan kebosanannya terhadap Sakura, ia tidak pernah melakukan hal-hal kecil semacam itu lagi, hal-hal yang setiap saat membuat Sakura berkata, "Aku adalah perempuan yang paling beruntung di dunia ini karena memilikimu. Dicintai olehmu." Dengan wajah yang berseri-seri penuh dengan kebahagiaan yang terpancar di hadapannya. Ya itu adalah kalimat yang sering diucapkan oleh Sakura. Dan saat ini, ia ingat bahwa Sakura tidak pernah mengatakan kalimat itu lagu--dalam jangka waktu yang sudah lama. Tetapi, ia juga tidak pernah mendengar keluhan dari gadis itu.
'Karena dia mencintaimu. Dia takut kehilanganmu jika dia mengeluh tentang sikapmu'. Kembali jawaban dari Naruto terdengar mendengung di telinganya. Bagaimana bisa Sakura masih tetap mencintai laki-laki yang sikapnya berubah drastis? Laki-laki yang setiap haru selalu menyadari bahwa ia membuat gadis itu sakit dengan sikapnya namun tidak berusaha untuk tidak mengulanginya. Laki-laki seperti itu masih dicintai? Bagaimana bisa Sakura masih tetap bertahan?
"Apa yang harus kulakukan?" Tanya Sasuke yang suaranya terdengar berat.
"Kembali mencintainya."
"Aku mencintainya...," Sasuke berucao dengan membubuhkan nada ragu. "Sepertinya," Imbuhnyya.
"Kau ini. Lalu kenapa?"
"Entahlah."
"Bosan?" Tebak Naruto, lalu ia terkekeh sumbang. "Pertahankanlah rasa bosanmu jika kehilangan Sakura adalah hal yang kau inginkan. Atau mungkin kau bisa meninggalkannya jika kau mau."
Sasuke diam tidak bicara apapun lagi. Apakah ia benar-benar ingin Sakura meninggalkannya?
"Sasuke-kun!" Teriakan itu terdengar dari arah pintu, sontak membuat Sasuke dan Naruto yang tengah saling tertegun, menoleh bersamaan. "Selamat!" ujar seorang gadis yang berteriak dengan tiba-tiba. Ino, gadis itu kini berada di hadapan Sasuke, menyambar telapak tangannya untuk dijabat erat.
"Apa maksudmu?" Tanya Sasuke, wajahnya terlihat kebingungan.
"Chief Kakashi memanggilmu ke ruangannya. Sepertinya kau akan mendapat proyek besar," Jelas Ino dengan mata yang berkilat penuh semangat.
"Lalu kenapa kau yang terlihat sangat bersemangat?" Tanya Naruto. Dari tatapannya, ia tengah mencibir.
Ino menarik napasnya dan bersiap untuk menyemburkan jawabannya, "Jelas saja--"
"Jela saja karena kau sudah sangat lama menyukai Uchiha Sasuke," Sela Naruto dengan senyum yang dibuat semenyebalkan mngkin, tanpa disadari kalimatnya tadi sempat membuat suasana diantara mereka menjadi hening. "Apapun yang membuat Sasuke-kun senang, kau akan ikut senang 'kan?" Lanjutnya lagi. Entah kenapa, Naruto selalu terlihat tidak menyukai jika gadis yang selalu menggunakan baju kekecilan itu mendekati Sasuke.
"Kau ini bicara apa?" Tanya Sasuke dengan wajah jengahnya, tidak menghiraukan Ino yang tengah berdiri diantara meja kerja mereka dengan wajah yang memerah.
Naruto terkekeh, lagi. "Tidak usah berpura-pura bodoh. Bukankah kalian--" Naruto menghentikan kalimatnya ketika Ino menarik jas lab yang ia kenakan.
"Uzumaki Naruto-san!" Ancam Ino dengan tatapan penuh peringatan.
"Aku tahu," Jawabnya.
"Kau!" Ino menggeram.
"Aku juga tahu, setelah pulang dari pertemuan tadi malam, kalian--" Sejenak Naruto menjeda kalimatnya, menimbang-nimbang haruskah ia melanjutkan kalimatnya atau tidak. "Mengapa kalian memandangiku seperti itu? Memangnya ada yang salah dengan kata-kataku?" Naruto menggerakkan roda kursinya untuk mundur ketika mendapat tatapan dua makhluk yang sepertinya ingin mengulitinya sekarang juga.
Sasuke menarik napasnya. "Aku hanya mengantarkan Ino pulang," Jawab Sasuke, tatapannya terlempar ke sana kemari, seolah mencari benda yang saat ini bisa ia lihat untuk menenangkan diri agar mudah berkilah.
"Benarkah? Lalu setelah itu? Apa yang kalian lakukan berdua... sampai pagi?" Selidik Naruto. "Ayolah! Aku benci dengan wajah pura-pura kalian!" Naruto mencibir mereka, menatap berani Sasuke dan Ino dengan berani yang seolah tidak mendengar ucappannya. "Tadi pagi aku mendengar gosip bahwa kau tidur di apartemen Ino." Naruto menatap Sasuke, "Mungkin seharusnya kau mencari apartemen baru yang berada di luar ruang lingkup kantor, Yamanaka Ino-chan," Bisik Naruto pada Ino.
"Jaga mulutmu!" Sasuke berkata tenang, berusah untuk mengendalikan dirinya.
"Aku menunggumu di ruangan Chief Kakashi." Ino sempat melirik Naruto dengan kesal sebelum meninggalkan ruangan itu.
"Aku ragu, kau hanya bosan pada Sakura. Kau benar-benar tidak berniat untuk mencari perempuan lain, 'kan? Itu yang aku dengar dari mulutmu kemarin." NAruto menjeda kalimatnya dengan deahan dan gelengan kepalanya yang tidak kentara. "Aku sama sekali kau tidak menyangka kau akan menyukai seorang perempuan yang selalu memakai pakaian dua nomor lebih kecil dari seharusnya."
*
Semoga masih syuka ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMELESS [COMPLETE]
Fanfiction[END] Jika separuh waktuku bisa membawamu kembali padaku, aku rela memberikannya bahkan jika aku harus memberikan seluruhnya asal kau kembali bersamaku. Naruto belongs to Mashashi Kishimoto