2. School's First Day

4.3K 217 0
                                    

Ribuan siswa baru berpencar mencari kelas mereka masing-masing setelah pembagian kelas oleh salah satu guru yang menjabat sebagai bagian kesiswaan. Sudah 5 hari mereka mengadakan kegiatan masa orientasi yang sangat melelahkan dan menguras tenaga serta menguji ketahanan mental. Para siswa baru itu menghembuskan nafas lega karena akhirnya mereka bebas juga dari hari-hari yang penuh kejutan dan ketegangan dari para senior mereka. Monica sudah memakai seragam putih abunya yang pendek tapi tetap terlihat sopan dengan tas gendong berwarna merah hati dan rambut yang digerai dengan jepit yang biru berkilau yang dipakainya sebagai penghias rambut coklatnya yang menambah kecantikannya. Ia belum mempunyai teman dekat karena teman yang dulu dari SMP yang sama tidak dekat dengannya dan berbeda kelas. Di kelasnya yang sekarang, ia merasa asing dan belum kenal dengan siapa pun dari mereka yang tidak ada satu pun yang pernah satu SMP dengannya. Monica masuk ke sebuah kelas yang lumayan besar dengan kondisi yang bagus dan lumayan nyaman dengan nuansa hijau dari cat temboknya dan hasil-hasil karya siswa yang dipajang hampir di setiap penjuru kelas. Ia mencari bangku yang kosong dan ia menemukan sebuah bangku yang belum diisi di barisan ketiga. Ia duduk di sana sendiri dan merasa ia berada di sebuah keramaian, tapi ia merasa dirinya tersesat dan tak seorang pun yang ia kenal. Ia melirik sekeliling dan dilihatnya para siswa yang lain yang sedang bercengkerama, bercanda, dan saling berkenalan.

"Hai! Boleh aku duduk di sini?" Monica mendongakkan kepalanya yang sedang menunduk fokus pada buku catatannya. Dilihatnya seorang gadis berhijab putih dengan model kerudung instan yang menutupi dadanya sedang tersenyum ke arahnya. Monica balas tersenyum.

"Boleh, kok." gadis itu lalu duduk di sebelah Monica. Ia mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Kenalin, aku Almira. Panggil aja Mira. Kalau kamu siapa?" Monica tersenyum sambil menyambut uluran tangan gadis di hadapannya itu.

"Aku Monica. Biasa di rumah sih dipanggil Momo. Tapi terserah sih mau dipanggil siapa aja." gadis yang bernama Mira itu tersenyum. Ia memperhatikan wajah dan fisik Monica yang terlihat berbeda dari siswa-siswa yang lainnya.

"Emhh..., kalau boleh tahu, kamu WNA, ya? Soalnya kamu bule." Monica tertawa mendengar pendapat gadis itu tentang dirinya. Hal yang sudah biasa untuknya.

"Papiku asli warga Amerika. Kalau mamiku asli wanita Indonesia." Mira hanya mengangguk.

"Oh..., blasteran, ya? Pantes aja cantik kaya Barbie." Monica tertawa lagi. Ia merasa nyaman mengobrol dengan gadis itu. Ia berpikir, Mira bisa menjadi teman yang baik dan cocok untuknya.

"Kamu udah punya temen baru di sini?" tanya Monica. Mira mengangguk.

"Ada sih beberapa yang baru kenal. Tapi beda kelas. Aku di sini sekelas sama kakak kembarku." Monica mengerutkan keningnya.

"Mana?" Mira menunjuk seorang siswa lelaki yang sedang duduk di bangku paling depan di barisan ujung sana. Monica mengerutkan keningnya merasa mengenal pemuda itu.

"Kakak kembar kamu cowok?" Mira mengangguk.

"Iya. Kebetulan kami sekelas. Sebenarnya ini permintaan orang tua kami sih supaya ada yang ngejagain aku dan kakakku mudah untuk mengawasiku kalau sekelas. Kami terbiasa bersama sewaktu kecil dan dia juga sering dipercaya oleh Ayah maupun Ibu untuk menjagaku ke mana pun aku pergi." Monica hanya mengangguk.

"Siap—"

"Selamat siang anak-anak!" serentak semua siswa langsung duduk di bangkunya masing-masing saat mendengar suara seorang guru yang masuk. Suasana yang tadinya riuh langsung hening seketika.

"Selamat pagi, Bu." jawab mereka serempak.

"Perkenalkan, saya Laksmi. Kalian bisa memanggil saya Ibu Laksmi. Saya adalah guru matematika di sini. Dan mulai hari ini, saya akan menjadi wali kelas kalian." mereka hanya mengangguk-ngangguk mendengar acara perkenalan dengan guru wanita yang berusia sekitar 30-an itu diselingi sedikit ceramah.

Two PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang