Summer after high school
When we first meet
We make out in your mustang
To radiohead
In my 18 birthday
We got matching tattoos
Used to steal your parent liquor
We climbed to the roof
Talk about our future
Like we had clue
Never plan that one day
I'd be losing you
Monica mengendarai mobilnya mengelilingi kota padat Los Angeles setelah dari butiknya. Ia sengaja pergi sendiri karena hari ini kepalanya terasa berat seakan ingin meledak dan juga Gia yang kebetulan sedang ada kencan dengan kekasihnya. Ia ingin mencari suasana dan hiburan untuk mendinginkan kepalanya yang terasa panas setelah perdebatannya dengan papinya di telpon tadi malam tentang ia menolak lamaran Richard. Pasti lelaki itu bilang pada papinya. Ia mengenal Richard karena dikenalkan oleh papinya yang merupakan anak dari sahabat papinya sewaktu kuliah di Amerika. Papinya selalu bersemangat untuk mendekatkan dan menjodohkannya dengan Richard. Karena papinya juga, ia terpaksa harus menerima kencan dari Richard dengan alasan kesopanan dan tidak enak dengan sahabat papinya yang merupakan ayah Richard. Tapi nyatanya, hati tak bisa dipaksakan. Ia tak mungkin memaksakan diri karena pasti nanti tidak akan baik ujungnya baik untuknya, terutama Richard yang pasti akan merasa tersakiti jika dia tahu lelaki itu takkan pernah bisa untuk memiliki hatinya seutuhnya. Ia tahu jika Richard selalu memandangnya dengan tatapan memuja selama ini. Namun nyatanya, itu semua tak cukup untuk meluluhkan hatinya yang terasa sudah membeku dan dingin.
In another life
I would be your girl
We keep all our promises
Be us against the world
In another life
A would make you stay
So I don't have to say you were the one that got away
The one that got away
Suara Katy Perry yang mengalun sendu dari music tape di dashboard mobilnya sesendu arti dari lirik lagu itu sendiri. Monica teringat dengan cinta pertamanya semasa SMA seperti yang diceritakan dalam lagu itu. Semua kenangan-kenangan indah masa remaja mereka dan bagaimana mereka mengucap janji untuk selalu bersama sampai nanti seakan mereka sudah yakin dengan masa depan indah yang akan mereka temui nanti. Dan mereka tak pernah berpikir akan sebuah kehilangan dan sekarang, Monica kehilangan cinta pertamanya. Akankah di suatu hari nanti ia bisa bersatu kembali dengan pemilik hatinya yang masih bertuliskan nama yang sama, menjaga semua janji mereka, dan tetap bertahan meski seluruh dunia bersikeras untuk memisahkan mereka?
Akhirnya, ia sampai di sebuah taman kota yang ramai oleh pengunjung. Ia turun dari mobilnya sambil membetulkan letak syal yang melingkar di lehernya. Ia berjalan melewati kerumunan orang-orang yang sedang asyik dengan aktivitasnya masing-masing. Banyak keluarga yang sedang menikmati hari liburnya dan juga para remaja juga dewasa yang sedang asyik memadu kasih, bahkan ada yang tak malu-malu berciuman dengan begitu mesranya di hadapan umum. Monica terus berjalan tanpa mempedulikan mereka dan menemukan sebuah bangku panjang yang kosong. Ia duduk di sana dan menaruh tas hitam tempat peralatan mendesain berbagai sketsa fashion yang selalu ia bawa ke mana-mana. Ia mengeluarkan buku sketsanya dan juga pensilnya. Ia mencoba untuk mencari inspirasi di tempat itu sambil memikirkan ide-ide brilian yang selalu muncul di otak cemerlangnya. Ia membuka lembaran demi lembaran halaman dan pandangannya sampai di sebuah sketsa sepasang baju pengantin pria dan wanita yang dirancang begitu serasi. Baju sang pria dengan tuksedo hitam yang terlihat gagah dan baju sang wanita yang berbentuk gaun panjang berlengan pendek dengan full coat yang menutupi seluruh area leher warna putih yang berhiaskan payet-payet mutiara yang berkilau namun tidak terkesan glamour, malah terkesan anggun dan lembut. Monica terdiam sejenak, lalu pandangannya beralih pada cincin perak yang mulai terlihat mengecil yang masih melingkar di jari manisnya. Ia tak pernah mau melepas cincin itu. Sanggupkah ia mengganti cincin yang meski tak mewah dan murahan, tapi itu sangat berarti dan berharga dalam hidupnya? Cincin yang mengikatnya dengan cinta pertamanya untuk menandainya sebagai calon pendamping hidupnya sampai tua nanti.
"Bi, lihat! Bagus, enggak? Ini hasil rancanganku sendiri, lho." serunya senang sambil menunjukkan sebuah kertas yang menampilkan sketsa sepasang baju pengantin hasil karyanya. Abi hanya tersenyum dan mengangguk.
"Ini baju pengantin untuk kita nanti. Aku udah gak sabar pengen cepet make baju ini sama kamu. Pasti kita bakalan kayak pasangan di negeri-negeri dongeng itu, deh." celotehnya sambil tersenyum menerawang. Abi hanya tersenyum tanpa melepaskan pandangannya dari wajah cantik berbinar gadisnya.
"Iiihh..., jawab dong, Bi! Kasih komentar apa gitu." rutuk Monica kesal dengan wajah cemberut. Ia kesal dengan kekasihnya yang selalu berwajah datar dan berbicara seperlunya.
"Emang harus kasih komentar apa?" Monica seakan ingin meledak. Ngidam apa ibunya Abi sampai anaknya tidak peka seperti itu? Ia memalingkan wajahnya kesal.
"Momo...." panggil Abi lembut. Monica tidak menjawab. Ia masih sangat kesal dengan pemuda berkaca mata itu.
"Momo, Princess?" tanpa sadar, sebuah senyum terbit dari bibir Monica. Ia tahu kekasihnya pasti akan melakukan apa pun untuk selalu membuatnya tersenyum.
Monica tersenyum saat menerawang kenangannya bersama Abi. Sikap datar dan acuhnya yang selalu membuat Abi terlihat unik dan berbeda di matanya, juga mempunyai ruang tersendiri di hatinya.
"How are you now, Abi? I really miss you." gumamnya pelan sambil mengelus lembaran sketsa itu dengan raut wajah penuh kerinduan.
***
Abi memarkirkan motornya di dekat sebuah pohon rindang dekat tepi jalan yang tidak terlalu ramai. Ia berjalan menuju padang rumput hijau yang berbukit, tempat kencan favoritnya bersama Monica dulu. Ia masih sering ke tempat ini jika ia sedang merasa penat dan lelah setelah seharian bekerja untuk sekedar refreshing menikmati keindahan kota Semarang dari atas bersama hembusan angin yang terasa sejuk menenangkan. Ia duduk di atas rerumputan dan pandangannya menatap hamparan luas pemandangan kota di bawahnya. Ia melirik tempat di sebelahnya yang kosong yang biasa terisi oleh gadisnya dulu. Ia tersenyum saat mengingat bayangan senyuman manis Monica yang selalu mampu meluluhkannya.
"I like this place Abi..., so beautiful. Apalagi kalau malem. Kita akan melihat ribuan bintang dan pemandangan cahaya lampu-lampu kota dari atas sini nanti." ucap Monica sambil tersenyum memandang langit biru yang cerah. Abi tersenyum dan menolehkan pandangannya pada gadis di sampingnya.
"Aku gak mau mandang bintang." Monica menolehkan wajahnya dan menatap heran Abi.
"Kenapa?" Abi tersenyum.
"Karena bintang yang ada di sebelahku jauh lebih indah untuk dipandang dan aku bebas memandangnya tak peduli siang atau malam." Monica terdiam sejenak. Lalu meledaklah tawanya.
"Hahaha... Ternyata kamu bisa ngegombal juga, ya? Aku kira kamu beneran titisan dewa es." Abi mendengus pelan. Monica masih tertawa. Angin sore berhembus sejuk dan matahari mulai condong ke barat. Monica menjatuhkan kepalanya di bahu Abi dan mereka saling berdekatan merasakan kenyamanan dan rasa cinta yang semakin tumbuh kuat setiap waktu.
"Tetap seperti ini, Bi! Forever." gumam Monica. Abi mengangguk dan mencium puncak kepala gadisnya dan mendekapnya erat. Monica memejamkan matanya menikmati harum parfum Abi yang menenangkan dan menguar terbawa oleh angin. Sepasang kekasih yang sedang menikmati indahnya hari yang semakin mendekati senja tanpa tahu jika Tuhan kadang selalu memberikan kejutan yang tak terduga dan mereka tak bisa menebak tentang akhir dari semua yang telah mereka lalui.
"Apa kita masih bisa mewujudkan keinginan kita untuk melihat bintang di malam hari seperti yang pernah kamu katakan, Momo?" gumamnya sambil memandang langit biru yang cerah di sore hari yang sejuk tanpa awan mendung yang menghiasi. Kerinduannya terhadap gadis itu selalu meluap saat ia menginjakkan kakinya di tempat ini. Sanggupkah jika suatu hari nanti jika ia datang ke tempat ini lagi dengan gadis yang berbeda yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi masa depannya, bukan Monica?
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Pieces
RomanceSejauh apa pun cinta meninggalkanmu, jika dia memang takdirmu, dia akan selalu menemukan dirimu lagi bagaimanapun caranya. Masalah usia yang masih muda membuat Abi dan Monica harus merelakan cinta mereka terputus oleh jarak dan waktu setelah mereka...