"Besok kita akan berangkat ke Texas untuk mengunjungi Mom dan Dad di sana. Ah..., aku sudah tidak tahan ingin segera bertemu mereka." ucap Gia sambil tersenyum menatap layar lebar yang menampilkan film kartun favoritnya. Monica di sebelahnya mengangguk setuju.
"Iya. Aku juga sudah tak sabar untuk segera menginjakkan kaki di sana. Kita terlalu tenggelam dalam kesibukan sehingga kita hampir melupakan liburan." Gia mengangguk sambil menyuap spaghetti-nya.
"Yes. Tomorrow will be the colorful day for us." Monica tertawa pelan.
"Haha..., I can't wait to see it soon." ucapnya sambil fokus kembali kepada acara kartun frozen favorit mereka.
***
Monica dan Gia sudah bersiap-siap untuk berangkat menuju bandara dengan tujuan kota Texas. Mereka berdua berjalan menuju parkiran apartemen untuk mengambil mobil. Setelah memasukkan dua koper dan beberapa barang yang diperlukan, mereka segera melesat meninggalkan gedung apartemen.
Mereka sampai di bandara setengah jam kemudian. Monica dan Gia menurunkan barang-barang mereka dibantu oleh petugas di sana dan berjalan menuju pesawat yang akan membawa mereka setelah suara perhatian kepada para penumpang untuk segera menaiki pesawat yang menggema di sana. Setelah naik, mereka segera duduk di bangku yang ada di sana dan tak lama pesawat langsung take off. Monica memandang pemandangan kota California dari jendela pesawat sambil mendengarkan musik favoritnya dengan headset.
Akhirnya mereka sampai juga di kota Texas. Mereka berdua turun dari pesawat sambil membawa koper masing-masing.
"I'm really homesick right now!" seru Gia sambil merentangkan kedua tangannya dan menghirup dalam udara Texas. Monica tersenyum dan mereka berjalan keluar bandara. Mereka mencari taksi dengan tujuan Grand Prairie. Tak lama, mereka pergi menuju tempat yang sudah mereka rindukan. Monica sudah tak sabar ingin segera masuk ke rumah tempat dulu ia dilahirkan yang kini ditempati oleh keluarga bibinya, adik papinya yang merupakan orang tua Gia. Setelah lama mengelilingi kota Texas, akhirnya mereka sampai juga di tempat yang dituju. Mereka turun dari taksi sambil membawa barang mereka di depan sebuah rumah sederhana yang tak terlalu besar dengan gaya Eropa pada umumnya. Mereka tersenyum lebar dan membuka pintu pagar besi rumah itu.
"Mommy, Daddy, I'm coming!" serunya sambil mengetuk pintu bercat putih itu. Tak lama, pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya berambut pirang dengan mata abu-abu yang memakai pakaian rumahan biasa.
"Georgia! Why have you come home now?" wanita itu melirik Monica yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Oh, Monica... So glad see you here now. I really miss you, girls." ucapnya sambil memeluk Monica. Monica hanya tersenyum.
"Aunty Margareth. How are you?" tanyanya setelah mereka melepaskan pelukannya. Wanita yang dipanggil Aunty Margareth itu tersenyum.
"I'm fine, Monica. Oh, let's enter!" lalu mereka masuk ke dalam rumah itu. Meski interiornya sudah berubah, tapi Monica masih bisa merasakan kenyamanan yang sama di rumah itu seperti waktu ia masih kecil dulu.
"Bagaimana dengan karir kalian di sana?" tanyanya sambil membawa dua gelas lemon tea ice yang diletakkan di meja depan sofa yang mereka duduki.
"Bagus. Butik yang kami bangun sudah mulai berjalan sekarang dan setiap hari pelanggan kami semakin bertambah. Mereka bilang, mereka menyukai produk-produk kami." jelas Gia sambil menyeruput minuman di depannya. Monica mengangguk setuju.
"Ke mana Uncle Sam?" tanya Monica sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.
"Dia sedang pergi ke kantornya. Nanti malam mungkin dia baru pulang." Monica mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Pieces
RomanceSejauh apa pun cinta meninggalkanmu, jika dia memang takdirmu, dia akan selalu menemukan dirimu lagi bagaimanapun caranya. Masalah usia yang masih muda membuat Abi dan Monica harus merelakan cinta mereka terputus oleh jarak dan waktu setelah mereka...