32. Bian-Ca

3.3K 154 0
                                    

Kandungan Monica sudah menginjak usia 9 bulan. Perutnya semakin membesar dan Abi selalu kasihan melihat istrinya yang kesusahan membawa anak yang dikandungnya ke mana-mana. Diperkirakan Monica akan melahirkan dalam hitungan hari. Ia sudah tidak ke butik lagi seminggu yang lalu karena Abi melarangnya dengan alasan khawatir akan kondisi perutnya yang mendekati kelahiran. Pagi ini, Abi sengaja izin tidak masuk kantor untuk menemani istrinya karena takut sewaktu-waktu Monica akan melahirkan. Abi sedang memijat kaki istrinya yang membengkak karena kehamilan dan berbaring diranjangnya.

"Tubuhku udah gak berbentuk lagi ya, Mas? Udah kayak gajah aja." Abi tertawa.

"Kamu seperti ini karena mengandung anak kita, sayang." Monica mengangguk.

"Mas masih betah kan sama aku meski tubuhku gak sebagus dulu lagi?" Abi hanya tertawa. Ia mengacak pelan rambut coklat istrinya yang dicepol ke atas.

"Aku gak peduli tubuhmu masih bagus atau tidak. Bagiku, kamu tetaplah wanitaku yang tercantik dan tercinta." Monica tersenyum lebar. Ia mengelus perut besarnya.

"Dek, lihat papamu! Dia begitu mencintai kita. Mama makin cinta aja tiap harinya sama dia." ucapnya sambil menunduk dan mengelus perutnya mengajak anak yang dikandungnya berbicara. Abi tertawa melihat tingkah istrinya.

"Nanti anak kita mau dikasih nama siapa, Mas?" tanya Monica masih sambil mengelus perutnya. Abi tersenyum.

"Aku sudah memilih nama untuk anak kita. Bagaimana kalau gabungan dari nama kita?" Monica mengerutkan keningnya.

"Apa, Mas?"

"Bianca. Gabungan dari potongan namaku dan namamu, Albian dan Monica, dan disingkat Bianca. Juga nama tengahnya yang juga gabungan dari potongan namaku dan nama tengahmu, Laudya dan Tara yang disingkat Laura. Nama lengkapnya Bianca Laura Prasetyo. Apa kamu setuju?" Monica tersenyum dan mengangguk.

"Aku suka namanya, Mas. Aku harap putri kita adalah perpaduan dari kita saat lahir nanti." ucapnya sambil mengelus perutnya. Abi hanya tersenyum.

"Awww...!" ringis Monica saat merasakan gerakan yang lebih aktif dari biasanya. Ia memang sering merasakan kontraksi-kontraksi akhir-akhir ini karena anaknya yang semakin aktif, tapi kali ini terasa lebih sakit. Abi menatap khawatir istrinya.

"Kamu kenapa, sayang?" Monica masih meringis sambil memegangi perutnya.

"Gerakan anak kita lebih aktif dan bikin aku sakit awww...." Monica kembali meringis saat merasakan gerakan itu semakin menjadi. Abi mulai panik.

"Aduhh... Kok sakitnya makin merambat ya nyampe punggung." ucapnya masih dengan wajah menahan sakit yang malah makin menjadi sambil memegangi pinggulnya. Abi terkejut saat melihat cairan bening yang mengalir melewati kaki istrinya dan membasahi seprei.

"Astaghfirullah! Kayaknya kamu akan melahirkan hari ini." Monica tak menjawab. Gerakan itu kini berubah menjadi kontraksi. Ia terus meringis menahan sakit yang mulai menyerang di bagian perut, pinggul, sampai ke punggung.

"Ya Allah..., makin sakit. Cepetan kita ke rumah sakit, Mas!" Abi tersentak dan langsung berdiri. Ia seperti orang linglung karena ini pertama kalinya ia akan mempunyai anak. Ia langsung berlari keluar kamar untuk memanggil pembantu rumah dan penjaga di depan.

"Bi, tolong temani dulu Momo ya di atas! Dia mau melahirkan sekarang." Bi Imah yang sedang menyapu halaman terkejut.

"Astaghfirullah... I-Iya, Mas." jawabnya sambil melepaskan sapu yang dipegangnya dan segera berlari menuju rumah. Abi segera memanggil penjaga di depan rumahnya untuk segera menyiapkan mobil menuju rumah sakit.

Two PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang