19. Cinta Butuh Perjuangan

2.5K 146 2
                                    

Adam memijat keningnya yang terasa berdenyut nyeri. Ia memikirkan sikap putrinya yang keras kepala dan bersikeras dengan pilihannya. Ia tak menyangka setelah 6 tahun lamanya mereka terpisah, mereka akan bertemu kembali dan cinta lama itu bersemi kembali, dan malah membuat ikatan di antara mereka semakin kuat yang membuat lelaki bernama Abi itu tak pernah menyerah untuk memiliki putrinya. Pemandangan Kota Semarang yang terlihat jelas dari kaca jendelanya yang besar terasa tidak menarik baginya. Pikirannya menerawang dan dilema antara harus membiarkan putrinya dengan pilihannya sendiri atau berusaha untuk memisahkan mereka kembali seperti 6 tahun yang lalu.

"Mas!" Adam menolehkan wajahnya dan melihat wanita tercintanya yang masuk ke ruangan kerjanya sambil membawa sebuah cangkir di tangannya dan menaruhnya di meja yang ada di sana.

"Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu." Shinta duduk di sofa yang ada di sana. Adam mengikutinya dan duduk di sebelahnya.

"Aku tahu apa yang terjadi tadi di bawah. Meski aku tidak ke sana, tapi aku melihatnya dari atas. Aku rasa itu adalah urusan putri kita karena dia sudah dewasa." Adam masih diam. Shinta menyentuh pelan bahu suaminya.

"Kenapa Mas gak berikan mereka kesempatan sekali lagi untuk membuktikan keseriusan mereka? Mereka sudah dewasa sekarang. Mereka juga sudah meminta maaf padamu, Mas. Mas harus memaklumi jika dulu mereka masih remaja." Adam menatap istrinya.

"Aku tidak percaya dengan pemuda itu jika dia bisa membahagiakan putri kita. Dulu saja dia malah membuat Monica lupa dengan kewajibannya dan membuatku kecewa. Aku hanya takut dia akan menyakiti putriku sewaktu-waktu dan Monica sudah terikat dengannya. Monica yang paling dirugikan di sini." Shinta tersenyum. Ia mengerti kekhawatiran suaminya.

"Apa Mas lupa jika dulu tak mudah bagi kita untuk bersatu? Keluarga Mas sempat menolak saat Mas memutuskan untuk pindah keyakinan dan bisa menikah denganku. Kita berjuang untuk mendapatkan restu mereka hingga akhirnya kita bisa bersatu dan memiliki Monica dalam hidup kita. Apa Mas gak bisa melihat itu dari keseriusan Abi saat dia berjuang untuk putri kita?" Adam terdiam sejenak.

"Aku yakin, Abi adalah lelaki baik dan tepat untuk putri kita. Aku seorang ibu, Mas. Dan feeling seorang ibu selalu benar jika menyangkut anaknya. Apa Mas gak bisa lihat dia sangat mencintai dan menyayangi putri kita sampai dia berani untuk menghadapmu dan meminta Monica? Aku sudah merestui mereka saat Monica mengatakan yang sejujurnya padaku." Adam menatap serius istrinya.

"Kamu sudah tahu?" Shinta mengangguk.

"Maaf aku baru jujur sekarang. Aku mencari waktu yang tepat untuk bicara tentang ini. Tolonglah Mas, berikanlah mereka kesempatan sekali lagi! Kita tak tahu apa yang akan terjadi ke depan. Mungkin ini rencana Tuhan yang menjodohkan mereka dan kita harus yakin, jika rencana Tuhan pasti yang terbaik. Aku mohon Mas bisa membuka hati sedikit untuk Abi dan memberikan kepercayaan padanya untuk menjaga dan menyayangi putri kita." Adam terlihat berpikir. Shinta masih berusaha untuk terus membujuk suaminya.

"Percayalah padaku, Mas! Semuanya akan baik-baik saja. Kita serahkan semuanya pada Allah yang sudah mengatur semuanya." Adan menatap istrinya sejenak.

"Akan aku coba." Shinta tersenyum lega. Semoga waktu bisa meruntuhkan kerasnya dinding pertahanan yang dibangun suaminya dan bisa membuka pintu hatinya untuk merestui Monica dan Abi.

***

Abi masih berpikir keras untuk terus mencari cara agar ia bisa mendapatkan restu dari papinya Monica. Ia melihat kedua orang tuanya yang sedang berkumpul di ruang keluarga sambil menonton televisi. Ia menghampiri mereka yang sedang fokus memandang layar lebar di depan mereka.

"Yah, Bu...." Risti dan Fahmi mengalihkan pandangan mereka dari layar di depannya dan melihat putranya yang berdiri dengan wajah yang terlihat gelisah. Mereka mengerutkan keningnya penasaran.

Two PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang