12 Oktober, 2009
Tak terasa, satu tahun telah berlalu. Kini mereka sudah menjadi kelas dua. Waktu berlalu begitu cepat. Suasana kantin sedang ramai-ramainya karena sudah waktunya jam istirahat. Monica, Mira, Abi, dan Nanda, teman sebangku Abi sedang duduk di sebuah meja kantin sembari menikmati makanan mereka masing-masing.
"Eh, lihat ke sana, Mon!" Monica menolehkan wajahnya ke arah yang ditunjuk Mira. Seorang siswa dengan wajah blasteran yang tampan sedang tersenyum manis ke arahnya. Monica hanya tersenyum canggung dan merasa salah tingkah saat melihat tatapan kagum dari siswa itu.
"Dari tadi Kak Leo merhatiin kamu terus. Gimana dengan surat yang dia kirim? Udah kamu baca atau kamu balas belum? Kayaknya, kamu cocok deh sama dia, soalnya kan kalian sama-sama blasteran bule, hehe." ucap Mira sambil memandang Monica dan siswa itu bergantian. Monica hanya tersenyum kaku. Surat? Ia bahkan belum membukanya sama sekali. Banyak surat yang ia terima dari para penggemarnya baik adik kelas, kakak kelas, seangkatannya, bahkan ada yang sekelasnya. Ia merasa tak berminat sama sekali untuk membalas ungkapan kagum bahkan cinta dari mereka yang ditujukan untuknya baik melalui surat atau secara langsung. Ia hanya beralasan jika ia sedang fokus sekolah dan belum memikirkan tentang pacaran.
"Ehmm...." Monica dan Mira menolehkan wajahnya dan dilihatnya Abi yang memasang wajah datar seperti biasa. Entah perasaan Monica atau bukan, ia seperti melihat raut wajah tidak suka yang ia tangkap dari ekspresi Abi di balik wajah datarnya.
"Kenapa, Bi? Keselek?" Abi menggeleng. Siswa yang bermata sipit dan berambut cepak bernama Nanda tertawa di sebelahnya.
"Si Abi cemburu kali." ucapnya sambil tertawa pelan. Monica melihat wajah Abi yang memerah meski ia menutupinya dengan berpura-pura sedang menikmati makanannya. Abi cemburu? Apakah tidak salah? Setahunya, Abi selalu bersikap biasa saja dan seperlunya kepadanya, juga tak pernah menunjukkan perhatian lebih yang menunjukkan ciri-ciri jika pemuda itu menyukainya. Abi selalu acuh seperti biasanya dan tak bisa ditebak.
"Ehm..., sepertinya ada sesuatu yang dirahasiakan di sini." ucap Mira dengan wajah yang terlihat menyelidik. Monica merasa semakin salah tingkah dan kikuk.
"Udah ah, cepetan abisin makanannya! Bentar lagi masuk juga. Masih banyak yang ngantri, kasian." ucapnya mencoba untuk mencairkan ketegangan dalam dirinya. Akhirnya, tak ada pembicaraan lagi di antara mereka. Hanya sesekali ditimpali oleh canda tawa Nanda yang masih iseng menggoda Abi yang selalu berwajah datar dan acuh serta seperlunya tersenyum.
***
Bel tanda pulang berbunyi nyaring. Para siswa bersorak senang dan lega karena akhirnya selama 2 jam penantian mereka dalam kejenuhan mendengarkan ceramah panjang lebar dari guru di depan akhirnya tiba juga.
"Baiklah. Jangan lupa kalian kerjakan LKS halaman 40! Minggu depan dikumpulkan."
"Baik, Bu." jawab mereka sambil membereskan peralatan belajar masing-masing. Setelah berdo'a beberapa saat, akhirnya mereka bubar. Monica membuka pesan dari supir keluarganya yang mengatakan ia agak telat menjemputnya karena terjebak macet yang lumayan parah. Monica hanya menghela nafas. Terpaksa ia harus menunggu sekitar setengah jam atau mungkin lebih.
"Monica!" Monica menolehkan wajahnya ke arah suara yang memanggilnya. Dilihatnya Abi yang sedang berjalan ke arahnya menghampirinya. Ia baru sadar jika tinggal mereka berdua yang masih ada di kelas.
"Ada apa, Bi? Tumben kamu belum pulang. Nanti Mira pulang sama siapa?" Abi hanya tersenyum.
"Dia pulang duluan naik bus. Aku..., aku mau ngomong sesuatu dulu sama kamu." Monica mengerutkan keningnya. Sesuatu apa yang ingin Abi sampaikan padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Pieces
RomanceSejauh apa pun cinta meninggalkanmu, jika dia memang takdirmu, dia akan selalu menemukan dirimu lagi bagaimanapun caranya. Masalah usia yang masih muda membuat Abi dan Monica harus merelakan cinta mereka terputus oleh jarak dan waktu setelah mereka...