17. Restui Kami! (1)

2.6K 156 0
                                    

"Besok aku akan membawamu ke rumahku. Tunggu aku di tempat biasa! Maaf jika aku masih belum terbuka sepenuhnya akan hubungan kita di hadapan orang tuamu. Aku janji setelah kita mendapat restu dari kedua orang tuaku, aku akan resmi memintamu pada kedua orang tuamu."

Ucapan Abi yang sangat meyakinkannya saat pertemuan mereka kemarin di taman bermain membuat Monica mulai terbuka dan berani untuk mengatakan tentang Abi kepada maminya hari ini. Meski ia masih diam-diam di belakang papinya, tapi ia yakin ada saatnya nanti mereka akan mengatakan kejujurannya. Ia keluar dari kamarnya untuk mencari maminya di kebun belakang tempat biasa beliau merawat koleksi tanaman mawarnya. Setelah berjalan menuju ke belakang, ia melihat maminya sedang berkutat seperti biasanya dengan tanaman-tanaman mawarnya. Ia menghela nafas sejenak mencoba untuk meyakinkan semuanya akan baik-baik saja. Ia yakin kalau maminya akan selalu bijak dalam menyikapi setiap keputusan ataupun keputusannya.

"Mi...." panggilnya pelan. Shinta menolehkan wajahnya ke belakang dan tersenyum saat melihat putrinya. Ia menaruh semprotan berisi air yang biasa dipakai untuk menyiram tanamannya di meja kayu di dekatnya.

"Ada apa, sayang? Oh iya, bagaimana dengan survey tempat yang akan kamu pakai sebagai butik yang akan kamu buka di sini?" Monica tersenyum.

"Aku dapet kabar dari temen, katanya ada ruko yang dipakai sebagai toko sembako yang lumayan besar milik pamannya yang mau dijual. Tempatnya lumayan strategis. Insyaallah, minggu depan mau nego lagi sama pemiliknya. Do'ain aja ya moga Momo bisa beli tempat itu?!" Shinta tersenyum dan mengangguk.

"Amiin. Nanti Mami bantuin." Monica tersenyum dan mengangguk. Ia menarik nafas sejenak. Saatnya ia mengatakannya sekarang.

"Mi, ada yang mau Momo bicarain sama Mami." Shinta mengerutkan keningnya saat mendengar nada serius putrinya. Ia menatap wajah putrinya yang juga berubah serius.

"Bicara apa?" Monica memejamkan matanya sejenak.

"Se-sebenarnya, beberapa hari yang lalu..., Momo, Momo ketemu sama...," Shinta penasaran dengan kelanjutan kata-kata putrinya.

"Sama Abi, Mi. Pacar Momo waktu SMA di sini." Shinta langsung membulatkan matanya seakan tak percaya dengan apa yang baru didengar dari mulut putrinya. Monica menatap wajah maminya takut-takut.

"Kamu serius, Nak?" Monica mengangguk. Shinta menghela nafasnya mencoba untuk bersikap bijak. Putrinya sudah dewasa dan ia yakin ia bisa memilih yang menurutnya terbaik untuknya.

"Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?" Monica merasa jantungnya berdegup kencang. Ia teringat dengan pertemuan mereka kembali yang berujung dengan ciuman itu. Jangan sampai maminya mengetahui itu.

"Awalnya kami tak saling mengenal. Setelah dia mengenal namaku dan yakin dengan wajah kami yang terasa tak asing, akhirnya kami tahu jika kami adalah sepasang kekasih 6 tahun yang lalu. Kami bercerita tentang kabar kami selama ini dan dia bilang..., jika dia masih mencintaiku dan aku juga gak bisa bohongin perasaanku kalau selama ini aku juga masih cinta dia, Mi. Aku gak bisa hapus perasaan ini sekuat apa pun aku mencobanya." Shinta tergugah saat mendengar nada sendu putrinya. Ia mengelus lembut rambut putrinya.

"Lalu, apa rencana kalian selanjutnya?" tanyanya.

"Dia..., dia berencana untuk melamarku menjadi istrinya, Mi. Maafin aku, sebenarnya kemarin..., aku ketemuan sama Abi. Maaf aku belum jujur sama Mami. Aku takut dengan penolakan kalian lagi. Percaya sama kami, Mi! Kami sudah sama-sama dewasa sekarang dan dia juga sudah matang dan mapan." jelas Monica mencoba untuk meyakinkan maminya. Ia berharap maminya akan memberi lampu hijau untuknya. Shinta tersenyum.

"Jika memang niat dia baik ingin segera meresmikan kamu, Mami dukung-dukung aja. Kalian sudah sama-sama dewasa. Mami rasa tak ada halangan lagi untuk kalian untuk berlanjut ke jenjang yang lebih karena memang usia kalian saat ini sudah waktunya." Monica tersenyum lebar. Ia langsung memeluk maminya.

Two PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang