Monica membuka sedikit matanya perlahan. Hawa dingin terasa menusuk kulitnya. Ia menyadari sebuah lengan kokoh yang memeluk erat tubuhnya dari belakang. Ia tersadar jika mereka berdua telanjang bulat di balik selimut. Ia mengingat malam panas tadi yang mereka lalui dan ia ingin tertawa saat membayangkan apa yang mereka lakukan.
Ia meraih ponselnya dan melihat jam, ternyata sebentar lagi masuk waktu shubuh. Ia membalikkan tubuhnya dan dilihatnya suaminya masih terpejam. Monica tersenyum saat melihat wajah Abi yang terlihat begitu polos dan manis saat tertidur tanpa kaca matanya. Ia mengarahkan jemarinya dan menelusuri tiap jengkal wajah suaminya yang begitu dikaguminya. Abi mengerutkan keningnya saat dirasakannya ada yang menyentuh wajahnya.
"Bangun, Mas! Sudah pagi." bisik Monica pelan. Abi hanya menggumam. Monica terkejut dan langsung memukul pelan tangan nakal suaminya yang tiba-tiba saja menyentuhnya.
"Ih..., masih pagi udah mesum aja. Apa semalem gak cukup?" Abi membuka matanya perlahan dan tersenyum tanpa melepaskan tangannya di tubuh istrinya membuat Monica kembali memanas.
"Sarapan pagi dulu ya bentar?" Belum juga Monica menjawab, Abi langsung bangun dari berbaringnya dan menindih istrinya. Monica hampir menjerit.
"Aku janji akan pelan-pelan." bisiknya lembut membuat Monica terbuai kembali dengan perlakuan manis suaminya.
***
"Mau ke mana, Mas?" tanya Monica saat dilihatnya suaminya sudah rapi dengan kemeja putih biru kotak-kotak dipadu celana jeans hitam yang sedang berdiri di depan cermin rias. Abi yang sedang bercermin menolehkan wajahnya dan tersenyum saat melihat istrinya yang memakai kaos kuning dengan celana putih selutut dan rambut coklatnya dicepol ke atas yang memperlihatkan leher jenjangnya yang dipenuhi tanda merah hasil karyanya semalam.
"Aku mau ketemu Yohan dulu bentar. Ada file penting yang mau aku kasih segera ke dia karena aku masih cuti." Monica mengangguk. Ia melirik ke arah cermin dan seketika matanya terbelalak saat dilihatnya banyak tanda merah yang menghiasi leher putih mulusnya. Refleks, ia menyentuh lehernya. Ia menatap tajam Abi yang sedang menahan tawanya.
"Ini gimana, Mas? Mas sih ganas banget kalau di ranjang!" Abi tertawa.
"Maafin aku, sayang. Sementara kamu tutupin dulu aja." Monica mengerucutkan bibirnya. Ia melihat leher Abi yang hanya sedikit terdapat tanda merah.
"Mas curang! Mas cuma sedikit." Abi tersenyum. Ia mendekati istrinya dan mencium sekilas bibir merah istrinya.
"Nanti juga hilang. Tenang aja." Monica hanya mengangguk.
"Aku pamit dulu, ya?! Kamu hati-hati di rumah." Monica mengangguk. Abi mencium kening istrinya. Mereka berdua berjalan keluar kamar dan Monica mengantar suaminya sampai depan pintu. Ia mencium tangan suaminya sebagai tanda bakti.
"Mas hati-hati, ya!" Abi mengangguk dan memasuki mobilnya. Tak lama, mobilnya berjalan keluar meninggalkan rumah. Monica menutup pintu rumahnya dan berjalan menuju dapur. Dilihatnya Bi Imah sedang berkutat dengan berbagai peralatan dapur di sana.
"Lagi apa, Bi?" tanyanya sambil melihat-lihat apa yang sedang dikerjakan oleh asisten rumah tangganya.
"Eh, Mbak. Lagi bikin kue bolu nih, Mbak." Monica mengangguk. Ia melihat Bi Imah yang begitu cekatan memecah telur dan mencampur terigu serta mentega di baskom. Ia tertarik untuk ikut membantu meski ia tak biasa menyentuh peralatan dapur. Kelemahannya adalah ia tak bisa memasak seperti perempuan pada umumnya. Dan sekarang, ia bertekad untuk belajar memasak karena statusnya sekarang telah berubah. Ia telah menjadi seorang istri yang wajib melayani suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Pieces
RomanceSejauh apa pun cinta meninggalkanmu, jika dia memang takdirmu, dia akan selalu menemukan dirimu lagi bagaimanapun caranya. Masalah usia yang masih muda membuat Abi dan Monica harus merelakan cinta mereka terputus oleh jarak dan waktu setelah mereka...