Monica menatap pantulan dirinya di cermin kamarnya. Ia menatap sekali lagi kebaya putih yang membalut tubuh indahnya. Rambut coklatnya disanggul dengan rangkaian melati dan hiasan lainnya yang menghias kepalanya. Ia menatap wajah cantik yang terlihat begitu berbeda hari ini, begitu terlihat dewasa, anggun, dan bersinar. Hari yang ditunggu-tunggu selama hidupnya kini tiba juga. Hari yang paling bersejarah untuk dirinya dan Abi.
"Momo!" Monica mengalihkan pandangannya ke arah maminya yang masuk ke kamarnya. Ia tersenyum. Shinta menatap takjub putrinya yang terlihat seperti ratu hari ini.
"Mami...." Shinta tersenyum dan mendekati putrinya. Ia menyuruh penata rias yang masih ada di kamar putrinya untuk keluar. Monica mengikuti maminya duduk di ranjangnya.
"Putri kesayangan Mami sangat cantik sekali hari ini. Mami nyampe pangling lihatnya." Monica tertawa pelan.
"Mami bisa aja. Di bawah masih ijab qabul?" Shinta mengangguk.
"Iya. Abi pasti bakalan terpesona untuk kesekian kalinya lihat putri cantik Mami." Monica tertawa.
"Momo deg-degan, Mi." Shinta tersenyum dan mengelus lembut bahu putrinya.
"Yakinlah semuanya akan berjalan sesuai rencana. Gak terasa ya putri Mami sudah dewasa sekarang, sudah mau jadi istri orang lagi." Monica tersenyum. Matanya tiba-tiba berkaca-kaca.
"Momo gak tinggal serumah lagi dong sama Mami dan Papi. Kita gak akan ketemu tiap hari lagi." Shinta tersenyum. Sejujurnya, ia sendiri siap tidak siap harus mau menerima kenyataan jika putrinya sudah mempunyai kewajiban yang lebih utama karena statusnya sebentar lagi sudah menjadi istri yang wajib mengikuti kemana pun suaminya membawanya, dan ia harus paham akan hal itu. Ia memeluk putrinya. Monica meneteskan air matanya haru. Mau tak mau, ia harus siap untuk pergi dari orang tuanya mengikuti suaminya kemana pun akan membawanya karena inilah resiko jika sudah menikah.
"Kamu sebentar lagi resmi menjadi seorang istri. Kamu harus mengutamakan kewajiban kamu terhadap suami kamu dibanding kami. Mami percaya, kamu pasti bisa menjadi istri yang baik dan bisa diandalkan." Monica mengangguk sambil menghapus air matanya hati-hati agar tidak merusak riasannya.
"Insyaallah akan Momo coba, Mi. Doa'in Momo selalu ya, Mi?!" Shinta tersenyum dan mengangguk.
"Mbak, ijab qabulnya udah selesai. Pengantin perempuan boleh turun sekarang." ucap salah satu saudara mereka. Shinta mengangguk.
"Ayo! Abi sudah menunggumu di bawah." Monica mengangguk. Ia berdiri sambil dibantu oleh maminya dan berjalan keluar kamar. Mereka menuruni tangga dan menghampiri para tamu yang sudah hadir di sana. Para tamu mengalihkan pandangan mereka ke arah pengantin perempuan yang sedang berjalan menuju mempelai prianya. Mereka menatap takjub Monica yang terlihat sangat cantik hari ini. Abi yang sedang menunduk mengikuti arah pandang orang-orang dan seketika jantungnya terasa berhenti berdetak. Bidadarinya yang tengah digandeng oleh maminya sedang berjalan mendekatinya. Matanya tak berkedip sedikit pun menatap gadis tercintanya yang kini sudah resmi menjadi istrinya.
"Ehmm... Jangan dilihatin terus Mas istrinya. Tenang aja, gak akan kabur, kok." Abi tersentak dan tersenyum malu. Mereka semua tertawa. Monica menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya yang sudah merah seperti kepiting rebus. Dengan gugup dan gemetar, ia mencoba meraih tangan Abi untuk menyalaminya. Ia mencium punggung tangan Abi yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Monica mendongakkan kepalanya dan mata abu-abunya bertemu dengan mata hitam Abi. Mereka saling bertatapan dengan jantung yang berdegup kencang. Mereka saling tersenyum. Abi memasangkan cincin emas di jari manis istrinya dan juga Monica yang melakukan hal yang sama. Ia mencium kening istrinya penuh cinta. Monica memejamkan matanya saat merasakan kecupan lembut Abi di keningnya. Ia membuka matanya dan tatapan mereka bertemu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Pieces
RomanceSejauh apa pun cinta meninggalkanmu, jika dia memang takdirmu, dia akan selalu menemukan dirimu lagi bagaimanapun caranya. Masalah usia yang masih muda membuat Abi dan Monica harus merelakan cinta mereka terputus oleh jarak dan waktu setelah mereka...