Monica menggambar coretan-coretan yang membentuk pola sketsa sebuah baju. Hobinya adalah membuat pola-pola yang tertuang dari idenya. Ia bercita-cita ingin menjadi seorang perancang busana nanti. Kali ini tangannya hanya memutar-mutar coretan pensilnya yang membentuk pola tak jelas. Pikirannya saat ini sedang kalut karena terus teringat ucapan Abi kemarin, sehingga ide yang ditunggu-tunggu tak kunjung muncul di benaknya.
Drrrt ... drrrt ....
Monica melirik sebuah pesan masuk di ponselnya. Ia melihat nama Abi tertera di sana. Dengan segera, ia meraih ponselnya dan membukanya.
'Siang Monica. Lagi apa?'
Sebuah senyum terukir dari bibir Monica. Ia segera membalasnya dan tak kunjung lama, balasan kembali muncul. Akhirnya, siang itu mereka saling mengobrol lewat pesan. Sesekali Monica tertawa saat melihat emoticon yang dikirimkan Abi. Baru kali ini Abi berkomunikasi seakrab ini dengannya karena biasanya pemuda itu hanya mengirim pesan jika ada perlu mengenai pelajaran atau PR. Abi hampir tak pernah berbasa basi dengannya.
***
"Mon, kemaren Kak Leo nanyain kamu, lho." Monica yang sedang menyeruput jus alpukatnya mendongakkan kepalanya dan menatap Mira yang sedang menyendok baksonya.
"Terus?"
"Dia minta nomor ponsel kamu. Aku gak kasih soalnya takut kamu gak setuju dan aku belum minta izin sama kamu." Monica menghela nafasnya.
"Gimana sama dia, Mon? Kamu udah kasih jawaban?" Monica menggeleng.
"Dia playboy, Mir. Semua anak di sini juga udah tahu dan banyak yang mengaku udah pernah pacaran sama dia. Aku gak mau berurusan dengan mereka, ah."
"Tapi kayaknya dia ngebet banget pengen berusaha dapetin dan naklukin kamu." Monica hanya tersenyum tipis.
"Aku gak yakin dia bener-bener sama aku. Lagian kita masih sekolah, masih jauh ke nikah. Aku gak mau sekolahku jadi berantakan gara-gara makan hati dia selingkuh sana sini. Aku udah bisa ngebaca cowok kayak apa dia meski aku gak pengalaman dalam masalah ini." Mira hanya mengangguk.
"Bener juga, sih. Eh, kalau si David kelas XI-5 gimana?" Monica hanya mengedikkan bahunya.
"Gak tahu, ah. Aku gak mikirin mereka dan gak peduli." Mira hanya tertawa.
"Eh..., aku ke kelas duluan, ya!" Monica dan Mira mengalihkan pandangan mereka pada Abi yang sudah beranjak dari duduknya. Monica menangkap ekspresi jengkel dari wajahnya. Jantungnya mulai berdegup lagi.
"Hmmm..., kayaknya..., dia lagi jatuh cinta deh sama seseorang." Monica pura-pura tidak mengerti dan menyeruput habis sisa jusnya yang tinggal setengah mendengar nada menyindir dari ucapan Mira. Rona merah mulai menyebar di wajah putih mulusnya.
***
Siswa kelas XI-2 baru saja selesai belajar dan waktunya sekarang untuk pulang. Monica membereskan peralatan belajarnya yang masih berserakan di atas mejanya.
"Aku duluan ya, Mon?!" Monica mengangguk dan bersalaman dengan Mira untuk pamitan.
"Sama Abi?" Mira menggeleng.
"Dia mau latihan futsal dulu katanya, jadi aku naik angkot aja." Monica mengangguk.
"Yaudah, kamu hati-hati, ya!" Mira mengangguk dan berjalan menuju keluar kelas. Monica mengikuti dari belakangnya.
"Monica tunggu!" Monica menolehkan wajahnya saat melihat Abi yang sedang berjalan menghampirinya. Ia mengerutkan keningnya penasaran.
"Ada apa ya, Bi?" tanyanya. Abi tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Pieces
RomanceSejauh apa pun cinta meninggalkanmu, jika dia memang takdirmu, dia akan selalu menemukan dirimu lagi bagaimanapun caranya. Masalah usia yang masih muda membuat Abi dan Monica harus merelakan cinta mereka terputus oleh jarak dan waktu setelah mereka...