Monica mengerutkan keningnya dalam tidurnya saat merasakan perutnya tidak enak dan bergejolak. Ia langsung melepaskan tangan Abi yang memeluk erat tubuhnya dari belakang dan bangkit dari tidurnya sambil membekap mulutnya untuk menuju kamar mandi tanpa mempedulikan ketelanjangannya.
Hoekk ... hoekk ....
Ia memuntahkan seluruh isi perutnya di wastafel kamar mandi sambil memegangi perutnya. Abi membuka matanya perlahan saat dirasakannya tidurnya terusik saat mendengar suara orang muntah dari kamar mandi. Ia meraba tempat di sebelahnya yang ternyata kosong. Ia langsung membuka matanya dan bangkit dari berbaringnya. Ia meraih celana boksernya dan langsung memakainya serta berdiri berjalan menuju kamar mandi. Dilihatnya istrinya sedang menumpukan kedua tangannya di pinggiran wastafel sambil memejamkan matanya. Ia langsung mendekati istrinya.
"Kamu kenapa, sayang?" saat akan menjawab, Monica membekap kembali mulutnya dan muntah lagi. Abi mengurut pelan pundak istrinya.
"Gak tahu, Mas. Tiba-tiba aja perutku mual banget sama pusing." Abi melihat wajah istrinya yang terlihat pucat. Ia merasa menyesal karena selalu meminta istrinya untuk melayaninya tidak cukup sekali dalam sehari. Tadi malam saja mereka melakukannya berkali-kali. Mungkin istrinya masuk angin karena hampir tiap pagi sebelum shubuh mereka selalu mandi untuk membersihkan diri. Ia memapah istrinya menuju ranjang mereka dan membaringkan tubuhnya yang masih telanjang bulat. Abi melihat dada istrinya yang semakin membesar dan tubuhnya terlihat berisi yang membuat hasratnya langsung naik. Tapi, ia harus bisa mengontrol egonya untuk tidak terus menyentuh istrinya tanpa tahu situasi. Ia mengelus lembut rambut coklat Monica yang terlihat berantakan dan merapikannya.
"Kita batalin aja ya pergi ke nikahannya Mira? Kamu lagi sakit dan butuh istirahat." Monica menggeleng lemah.
"Jangan, Mas. Gak apa-apa, kok. Mungkin aku cuma masuk angin aja. Gak enak kalau kita gak sampai datang. Mira kan adiknya Mas. Masa sebagai keluarga kita gak datang." Abi terlihat berpikir sejenak. Istrinya benar juga. Mira pasti akan protes kalau sampai mereka tak datang di hari pentingnya.
"Tapi kamu lagi sakit. Mira juga pasti ngerti." Monica tersenyum dan menyentuh lengan suaminya mencoba untuk meyakinkannya kalau ia baik-baik saja.
"Percaya sama aku, Mas! Nanti kalau udah dibalur juga pasti sembuh." Abi berpikir sejenak. Ia menatap istrinya sekali lagi.
"Baiklah. Tapi kalau gak kuat jangan maksain, ya?!" Monica tersenyum dan mengangguk.
***
Hari ini Monica dan Abi akan menghadiri acara pernikahan Mira. Adik kembar Abi itu memutuskan untuk menikah setelah sebulan pernikahan Abi dan Monica. Mereka baru sampai di sebuah gedung tempat diadakannya resepsi pernikahan Mira. Sebentar lagi acara akad nikah akan dilangsungkan di mesjid besar yang tak jauh dari gedung itu. Mereka turun dari mobil dan berjalan menuju tempat di belakang gedung di mana keluarganya sedang berkumpul. Abi mengenakan kemeja pendek batik warna coklat dan Monica yang memakai kebaya coklat yang berwarna senada dengan suaminya dengan model rambut disasak dan dibentuk one-sided atau dikesampingkan. Abi menggandeng Monica yang masih terlihat pucat meski tidak terlalu kelihatan karena ditutupi oleh make up yang dipakainya. Mereka disambut oleh keluarga yang sudah berkumpul di sana.
"Eh, baru dateng. Ayo masuk!" seru seorang wanita paruh baya yang memakai kebaya dengan hijab hijau muda yang senada dengan kebayanya. Abi dan Monica masuk ke dalam.
"Ayah sama Ibu mana, Bude?" tanya Abi sambil menyalami wanita itu diikuti istrinya.
"Ada di dalem. Ayo!" mereka berdua mengangguk. Dilihatnya ibunya sedang mengobrol dengan seorang wanita yang terlihat masih muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Pieces
RomanceSejauh apa pun cinta meninggalkanmu, jika dia memang takdirmu, dia akan selalu menemukan dirimu lagi bagaimanapun caranya. Masalah usia yang masih muda membuat Abi dan Monica harus merelakan cinta mereka terputus oleh jarak dan waktu setelah mereka...