10. Unreplaceable

2.2K 148 0
                                    

Monica mengangkat ponselnya yang terus berdering dengan malas. Ia mengucek matanya, jam setengah dua belas malam. Ia terlalu lelah seharian ini mengurus butik barunya bersama Gia dan kedua teman lainnya. Maklum, banyak barang-barang yang harus ditata dan membagi ruangan yang akan menjadi tempat penyimpanan barang, ruang kerja mereka, dan lantai bawah yang digunakan sebagai tempat untuk memajangkan hasil karya mereka. Ia menatap nama yang tertera di layar ponselnya. Ia menghela nafasnya.

"Ya, Hallo?" sapanya dengan nada malas karena masih mengantuk.

" ..." Monica hanya mengangguk-ngangguk.

"Oke, jika aku tidak ada keperluan mendadak besok." tak lama, ia segera memutuskan sambungannya. Lebih baik ia memutuskan untuk tidur kembali untuk menyambut hari esok yang sudah menunggunya untuk menggeluti kembali aktivitasnya.

***

Monica menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun panjang warna pink magenta dengan model atasan croptop dengan potongan yang melingkari bahu putih mulusnya. Rambut coklatnya dibentuk sasak di bagian atasnya dan tergerai dengan dialihkan seluruhnya ke samping. Gia memandang puas hasil karyanya.

"Kamu cantik sekali, Mon. I think, he will love it." Monica hanya tersenyum tipis. Ia akui dirinya bagai tuan putri yang menunggu sang pangeran menjemputnya. Tapi ia menyadari, pangeran yang ia inginkan selama ini takkan pernah datang.

"Kenapa wajahmu terlihat murung?" Monica menggelengkan kepalanya. Ia mengalihkan pandangannya pada gadis berambut pirang itu yang menatapnya heran. Ia menghampiri Monica dan mengelus bahunya lembut.

"Apa aku bisa?" Gia tersenyum. Ia paham kegelisahan sahabat sekaligus sepupunya itu. Ia tahu apa yang terjadi dengan Monica dan tentang cinta pertamanya semasa SMA di Indonesia.

"Everything will be ok. Believe me, Dear! You should walk away from right now. Your way still be long. Believe me!" Monica mengangguk. Suara bel terdengar tanda ada tamu yang datang.

"Aku rasa dia sudah datang. Cepat buka pintunya!" pinta Gia. Monica berjalan keluar menuju pintu untuk mengetahui siapa yang datang.

"Good Night, Princess. You look so beautiful tonight...." puji seorang lelaki tampan berambut pirang keemasan dan bermata biru yang memandang takjub Monica yang memang terlihat begitu cantik seperti seorang bidadari. Monica hanya tersenyum tipis. Ia merasa tak ada sesuatu yang menggetarkan hatinya mendengar pujian siapa pun selain pujian Abi untuknya.

"Are you ready?" Monica mengangguk. Ia menatap Gia yang mengacungkan jempolnya di belakangnya tanda semoga ia sukses dengan kencannya malam ini. Dengan ragu, ia menyambut uluran tangan si lelaki yang siap untuk menggandengnya. Akhirnya, mereka berdua berjalan meninggalkan apartemen menuju lift yang akan membawa mereka ke bawah sambil bergandengan tangan seperti sepasang kekasih yang terlihat mesra dan harmonis.

***

Monica turun dari mobil mewah yang berwarna hitam mengkilat itu. Ia menatap sebuah restoran mewah yang besar. Ia mengalihkan pandangannya pada lelaki di sampingnya yang tersenyum ke arahnya.

"Are you sure, Richie?" lelaki itu mengangguk. Ia kembali mengamit lengan Monica untuk membawanya ke dalam.

"I have something that I want to show for you. I think, you'll like it." Monica hanya diam dan memilih untuk mengikuti lelaki bernama Richard itu ke dalam. Nuansa romantis dengan pencahayaan ruangan yang remang-remang dan suara musik yang mengalun lembut begitu kental. Ia mengikuti Richard menuju sebuah meja yang terdapat lilin merah yang dirancang khusus untuk acara makan malam romantis bersama kekasih. Monica mengerutkan keningnya ketika melihat sekelilingnya sepi dan tak ada seorang pun selain mereka berdua.

Two PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang