24. Kerikil Permulaan

3.6K 184 0
                                    



Sudah hampir seminggu mereka menikah. Abi hanya diberi cuti 3 hari dari kantornya dan hari ini ia sudah masuk bekerja lagi. Monica melihat suaminya yang sedang merapikan pakaiannya sambil menyemprotkan parfumnya ke tubuhnya di depan cermin. Ia tersenyum dan mendekati suaminya.

"Wangi banget suamiku...." bisiknya sambil memeluk erat tubuh Abi dari belakang.

Abi tersenyum dan membalikkan tubuhnya. Ditatapnya wajah polos istrinya tanpa riasan apa pun yang anggun dan cantik. Ia mendekatkan wajahnya dan memagut bibir merah menggoda istrinya. Monica membalas ciuman suaminya dan mereka berciuman dengan mesra.

"Udah mau berangkat juga masih sempet-sempetnya mesum. Udah ah, takut nanti kebablasan! Nanti Mas kesiangan lagi." ucapnya dan ia melihat kilat gairah di manik hitam Abi.

"Boleh gak sekali aja sebelum berangkat?" pintanya dengan suara agak serak. Monica menghela nafasnya. Setelah menikah suaminya makin menjadi saja mesumnya, bahkan melebihi dirinya. Ia menggelengkan kepalanya.

"Ya Allah, Mas... Ada waktunya nanti yang lebih tepat. Nanti kamu kesiangan. Ini hari pertama Mas masuk kerja." Abi benar-benar ingin menyentuhnya sekarang.

"Aku janji kalau udah waktunya nanti, Mas gak perlu khawatir gak akan dikasih. Sekarang Mas harus kerja dulu, ya?!" Mendengar itu, Abi langsung mengangguk.

"Janji, ya?!" Monica menghela nafasnya. Ia mengangguk.

"Iya, suamiku."

Abi tersenyum dan mengecup sekilas bibir istrinya. Baru saja tadi malam mereka melakukannya beberapa kali sampai Monica kelelahan melayani suaminya. Ternyata di balik acuh dan dinginnya sikap Abi, lelaki itu sangat kuat di ranjang. Ia mengambil tas kerja Abi dan berjalan keluar kamar untuk mengantar suaminya sampai depan.

***

Abi melangkahkan kakinya ke dalam gedung besar tempatnya bekerja. Ia membalas sapaan dan senyum orang-orang yang berpapasan dengannya seadanya seperti sikapnya yang seperlunya kepada orang lain. Ia menaiki lift untuk menuju lantai di mana ruang kerjanya berada. Kini ia menjalani hari-harinya dengan lebih semangat karena sekarang ada wanita yang dicintainya dari dulu yang setiap hari selalu di sisinya memberi warna-warna indah di hidupnya. Ia melenggang dengan santai menuju ruang kerjanya. Saat ia masuk ke ruang kerjanya, teman-temannya di sana langsung menyorakinya dan bersiul.

"Wah..., pengantin baru udah datang. Gimana rasanya cewek bule?" celetuk salah satu temannya frontal yang disambut oleh gelak tawa yang lainnya. Abi tersipu malu dan wajahnya memerah.

"Beda banget kalau udah nikah. Dulu wajahnya datar banget kayak tembok. Sekarang lebih cerah dan bersinar kayak bulan, hahaha...." Abi benar-benar digoda habis-habisan begitu datang ke sana.

"Iseng banget kalian jailin orang. Gak usah cemburu, nanti juga bakal ngerasain." timpal Yohan. Abi hanya tersenyum. Ia sudah terbiasa dengan suasana ini yang membuatnya lebih terbuka dari sebelumnya.

"Gue udah pernah ngerasain kali." Abi memilih untuk duduk di kursi kerjanya dan berkutat dengan layar di depannya. Banyak juga temannya yang meminta maaf karena tidak hadir saat acara pernikahannya dan memberi selamat untuknya. Ruangan masih riuh dengan suara tawa dan obrolan orang-orang di sana yang membuat suasana seperti pasar saja.

Seharian berkutat dan fokus dengan layar di depannya, Abi merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal. Ia melirik jam tangannya dan sudah menunjukkan jam sebelas siang. Ia teringat dengan istrinya. Mungkin sekarang istrinya sudah ada di tempat yang sebentar lagi akan dijadikan butiknya seperti rencananya tadi malam yang bilang akan pergi ke sana hari ini. Ia meraih ponsel yang tergeletak di meja kerjanya. Dipandanginya foto Monica yang diambilnya saat istrinya sedang tertidur yang dijadikan wallpaper. Wajah polos dan cantik dengan mata terpejam yang membuatnya selalu jatuh cinta setiap waktu. Ia bergerak menulis sebuah pesan kepada istri tercintanya itu. Belum sehari berpisah, ia sudah sangat merindukan wanitanya dan ingin cepat-cepat pulang ke rumah untuk bertemu dengan wanita tercintanya untuk melepas rasa lelah setelah seharian bekerja hanya dengan melihat senyuman lembut dan manisnya yang terukir di wajah cantiknya. Ia beranjak dari duduknya untuk pergi ke meja pantry untuk membuat kopi. Ia merasa mengantuk karena semalam ia dan Monica menghabiskan malam dengan bercinta tanpa lelah. Efeknya, ia menjadi kurang tidur dan mengantuk sekarang, dan untuk itu ia memutuskan untuk membuat secangkir kopi. Setelah sampai di sana, ia melihat seorang gadis dengan pakaian kerjanya dan rok hitam di atas lutut sedikit sedang mengaduk minuman di cangkirnya.

Two PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang