22. The Night's Full Of Love

4K 182 0
                                    


"1, 2, 3...." Monica melempar buket bunga yang dipegangnya ke belakang di mana para hadirin sudah berkumpul untuk mewanti-wanti mendapat bunga yang dilempar oleh sang pengantin. Buket bunga terlempar dan tertangkap oleh Gia. Monica dan Abi menolehkan wajah mereka ke belakang dan memandang Gia yang sedang tertawa-tawa sambil memegang buket bunga yang didapatnya.

"I think..., someone will follow you to the same day sooner." Monica tertawa.

"Yes. I hope too." mereka semua tertawa bahagia. Monica berharap Gia memang akan segera menyusulnya.

"Thanks. I wish he will propose me sooner." mereka mengangguk sambil mendo'akan dalam hati.

Acara selesai hingga sore. Para tamu sudah pulang satu per satu. Monica dan Abi sedang bersiap-siap untuk pamitan karena mereka akan segera pergi ke rumah baru yang sudah disiapkan Abi saat menikah nanti. Mereka memang sudah setuju untuk langsung pergi ke rumah itu setelah menikah.

"Momo pamit dulu ya, Mi?!" ucapnya sambil memeluk erat maminya dengan air mata yang membasahi wajahnya. Shinta mengelus lembut punggung putrinya yang bergetar karena menangis.

"Jadi istri yang baik dan nurut sama suami ya, sayang! Kini kamu sudah punya kewajiban dan ridhomu kini ada di suamimu." Monica mengangguk mengerti. Abi melirik Adam yang kini sudah menjadi mertuanya. Ia mendekati lelaki bule itu.

"Papi...." Adam menolehkan wajahnya. Ia menatap datar lelaki berkaca mata yang kini sudah menjadi menantunya itu.

"Terima kasih atas restumu yang sudah mengizinkan aku untuk memiliki putrimu." Adam hanya mengangguk.

"Jaga dia baik-baik! Kamu akan tahu sendiri akibatnya kalau sampai kamu menyakitinya sedikit saja." tegasnya dengan nada agak mengancam. Abi tersenyum tipis. Ia tahu mertuanya belum sepenuhnya percaya padanya. Ia mengangguk mantap.

"Insyaallah, Pi. Papi tenang aja! Selama Tuhan masih memberikan aku hidup, aku akan menjaga dan mencintai serta menyayanginya dengan seluruh jiwa dan ragaku." tegasnya mantap.

"Buktikan!" Abi mengangguk. Lalu, ia mendekati istrinya untuk segera masuk ke mobil yang baru dibelinya. Mereka berpamitan terlebih dahulu kepada orang tua mereka.

"Bilang aja sama Ibu ya kalau Abi macem-macem!" Monica tertawa pelan saat mendengar ucapan ibu mertuanya. Ia mengangguk saja.

"Iya, Bu. Kami pamit dulu, ya?! Assalamualaikum." pamitnya sambil menyalami tangan mereka satu per satu.

"Jangan lupa ya cepet kasih aku keponakan!" seru Mira sambil tertawa. Monica dan Abi tersipu dan tersenyum malu. Tak lama, mereka segera masuk ke mobil mereka dan pergi meninggalkan keluarga masing-masing karena kewajiban yang baru sudah menunggu mereka.

***

"Di mana Bi rumahnya?" tanya Monica sambil memperhatikan jalanan sekelilingnya. Abi tersenyum penuh rahasia.

"Nanti kamu akan tahu sendiri." Monica hanya mengangguk.

"Panggilnya jangan nama lagi, dong! Kita kan sudah resmi sekarang." Monica tersenyum malu.

"Maaf, hehe... Kebiasaan. Kalau aku panggil Mas gimana?" Abi mengangguk sambil pandangannya tetap fokus pada setir kemudinya.

"Bagus. Aku suka." Monica hanya tersenyum. Setengah jam kemudian, akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju. Mobil Abi memasuki sebuah kawasan perumahan dan berhenti di sebuah rumah yang bagus dan lumayan besar. Monica menatap takjub rumah yang asri itu. Meski tidak semewah dan sebesar rumahnya, tapi ia sangat menyukai desain rumah itu yang terlihat sejuk dan menenangkan dengan tanaman-tanaman hias yang menghiasi halaman rumah itu. Mereka disambut oleh seorang penjaga rumah di sana.

Two PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang