Prabu Anggalarang mengadakan pertemuan mendadak dengan putranya, para penasihat dan Ki Gedeng Tapa. Mereka harus menyusun rencana untuk menghadapi pasukan pemberontak. Pertempuran yang akan mereka hadapi ini bukan pertempuran kecil, banyak kerajaan kecil yang tergabung dalam pemberontakan kali ini. Dan berkat inisiatif Nyimas Subang Larang, jumlah pasukan pemberontak dapat diseimbangkan. Para santri yang ikut bukan santri biasa yang hanya mengaji dan mengkaji, mereka juga belajar ilmu bela diri dan pertempuran kali ini mereka anggap sebagai jihad.
"Kapan kita akan memulainya, Prabu?" Tanya Ki Gedeng Tapa.
"Malam ini Ki..." Jawab Prabu.
Para anggota bubar untuk menyiapkan pasukannya seperti yang sebelumnya direncanakan. Raden Pamanah Rasa membawa sebagian pasukan maju digaris depan dan bertindak sebagai panglima. Sementara Maung Bodas mengambil sebagian pasukan kearah perbatasan yang dekat dengan permukiman warga, tugasnya sekaligus melindungi warga dan mengevakuasi warga disana. Sedangkan Ki Gedeng Tapa dan para santri bergerak secara bergerilya di hutan dekat ibu kota guna membebaskan tawanan dan para Sandra. Dan Prabu Anggalarang membawa sebagian pasukan di dekat gerbang kerajaan sebagai pasukan cadangan bantuan dan pengaman keluarga kerajaan.
Dalam perang kali ini, Prabu mengikutsertakan cucunya Raden Walangsungsang ikut bersamanya. Walau sebelumnya hal tersebut ditentang oleh Raden Pamanah Rasa, namun Nyimas Subang Larang meyakinkannya bahwa sudah saatnya Raden Walang belajar untuk melindungi rakyatnya.
Nyimas Subang Larang pun tak hanya diam, dia memimpin para dayang istana dan tabib sebagai juru dapur umum dan pengobatan bagi prajurit yang terluka.
**********
"Ki Agung, apa anda benar benar yakin kalau Galuh telah kehilangan pasukannya?" Tanya seseorang dengan angkuh.
"Hamba sangat yakin, tuan karena hamba sendiri yang mengirim mereka ke desa Curug hingga pengawal yang tersisa di istana tidak akan cukup menandingi kekuatan pasukan Burangrang saat ini..." Jawab lelaki yang ditanya dengan penuh keyakinan.
"Apa posisimu di kerajaan itu hingga kau begitu yakin akan hal ini?" Tanya pria tadi dengan sangat angkuh dan penuh penekanan.
"Hamba disana adalah orang yang sangat dekat dengan Prabu dan keluarganya..." Jawab lawan bicaranya tak kalah angkuh.
"Yang mulia, yang Anda perlu cemaskan saat ini bukanlah jabatan saya di kerajaan Galuh, karena saat ini saya dipihak Anda. Dan Anda perlu ingat akan janji Anda...." Ancam pria tadi. Yang diancam hanya geram dan kesal, tampak dari kepalan tangannya yang begitu kuat ditutup.
***********
"Ayahanda Prabu, Ananda merasa lebih baik pangeran Walangsungsang tidak ikut dalam perang ini..." Lagi Raden merasa ragu.
"Tidak Kanda, pangeran kecil kita harus diberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya." Jawab Nyimas mantab. Mendengar jawaban nyimas yang begitu mantab membuat Raden sedikit lega. Setidaknya isterinya sebagai ibu pangeran meridhai kepergian putranya ke medan pertempuran.
Pasukan gerilya bergerak lebih awal. Mereka mulai mengintai tenda musuh dari jauh dan didapati hal yang sangat mengejutkan Ki Tapa. Patih Galuh ternyata membelot dari jalannya. Ki Agung adalah dalang dibalik pertempuran ini, sudah sangat jelas kalau ia sudah menjadi penghianat.
Seketika Ki Tapa teringat akan banyak hal. Saat Ki Agung begitu tidak suka pada dirinya, putrinya dan kedua cucunya. Ia pun teringat kalau dulu Ki Agung berencana menjodohkan putrinya dengan Raden Pamanah Rasa, namun hal itu ditolak oleh Raden dan putrinya sendiri. Ki Tapa mulai tersangka sangka, apa selama ini Ki Agung memang sudah berniat menguasai tahta Galuh?
KAMU SEDANG MEMBACA
PRABU SILIWANGI RAJA PADJAJARAN
Historical FictionPrabu Siliwangi adalah seorang raja legendaris yang amat terkenal di wilayah Nusantara terutama di tanah Jawa Barat. Ia adalah seorang Raja besar yang memimpin kerajaan Padjajaran bergelar Sri Baduga Maharaja. Raja yang telah memimpin dan menyatukan...