KUE MAWAR

550 29 4
                                    

KUE MAWAR

Dua hari setelah keberangkatan Nyimas Kentring Manik, tiba tiba saja istana di kepung oleh beberapa warga yang tak suka dengan penobatan putra mahkota.

Tentu saja mereka mendesak agar Raden Walangsungsang turun tahta dan digantikan oleh raden Sura Wisesa adiknya. Alasannya tentu saja raden Walangsungsang dan saudara saudarinya yang lain bukan keturunan asli kerajaan Sunda.

Sebenarnya mereka mengakui kebaikan hati Nyimas Subang Larang dan putra putrinya. Tetapi fanatisme mereka melebihi akal sehat mereka. Awalnya fanatisme ini tidak terlalu bermasalah akan tetapi kejadian di istana hari itu membuat ego mereka naik.

"keluar kau Walangsungsang! Kami tidak suka di pimpin oleh dirimu!" teriak salah satu dari mereka dengan sangat tidak sopan.

"jaga bicaramu!" bentak pengawal penjaga gerbang istana. Jika bukan karena instruksi Nyimas dan raden, mungkin orang itu sudah disumpal oleh pedang.

"keluar kau wanita ular! Keluar!" makinya lagi semakin kurang ajar.

Tak lama Raden Walangsungsang bersama ibundanya keluar menghadap mereka. Nyimas mengenal mereka dan sangat ingat dengan mereka.

Tentu saja mereka orang orang yang waktu itu mengusirnya dan juga orang orang yang dulu selalu bertindak ramah dihadapannya. Nyimas ingat dulu mereka sendiri juga yang meminta agar dari keturunan Nyimas Subang Larang saja yang mereka inginkan menjadi pengganti prabu.

Nyimas tak menyangka dengan apa yang ia lihat hari ini. Ia tak tahu kenapa segalanya bisa jadi seperti ini.

Bukan ia atau putranya yang meminta tahta itu. Putranya sudah dinobatkan oleh mendiang kaisar sebelumnya.

"Ki sanak, tolong jaga bicaramu. Jika kau keberatan dengan penobatanku, kita bisa menunggu hingga ayahanda prabu kembali." ucap raden menenangkan mereka.

Beberapa warga tampak berbisik dan mengisyaratkan mereka setuju. Toh memang benar saat ini istana kosong. Prabu bersama kedua putranya, istrinya dan putrinya sedang tidak di istana dan Nyimas Kentring Manik yang juga pewaris langsung kerajaan Sunda sedang pergi meredam pemberontakan Barat.

"Kami ingin kau segera menjemput gusti Prabu Siliwangi dan Raden Sura Wisesa pulang dan nobatkan ia menjadi pewaris tahta!" ucap pria itu amat kasar.

"aku akan segera mengirim pengawal untuk menjemput ayahanda dan rayi Sura Wisesa pulang. Sebaiknya kalian pulang ke rumah masing saat ini. Jika ayahanda prabu telah kembali, kalian bisa langsung menyampaikan pendapat kalian." pinta raden dengan sangat sabar.

Warga merasa usulan raden sangat masuk akal. Mereka tak memperpanjang masalah sampai prabu kembali. Satu persatu mereka bubar meninggalkan istana.

Para provokator tidak mendapat bagian besar dalam kekacauan hari ini. Tentu saja raden tidak akan berbuat kasar seperti yang mereka perkirakan sebelumnya. Karena tahta itu sudah pasti bukan raden yang benar benar menginginkannya.

****

Tiga bulan sudah berlalu.

Secara perlahan wabah berkurang dan menghilang tanpa terasa. Kebijakan prabu untuk mengkarantina warga untuk tidak keluar desa ternyata efektif menekan penyebaran wabah dan tabib pun bisa lebih efektif dalam menangani pasien mereka.

Tentu saja prabu bertanggung jawab atas hidup rakyatnya selama mereka tidak keluar desa dan terisolasi.

Persediaan pangan ia penuhi dari hasil sitaan penimbunan dan juga bantuan yang terkumpul dari desa desa sekitar. Persediaan minum dan air juga langsung diangkut oleh raden Kian Santang, Hassan dan yang lainnya.

PRABU SILIWANGI RAJA PADJAJARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang