MENANTU

3.5K 129 2
                                    


Setelah berhasil mendapatkan Nyimas Subang Larang dan menumpas punggawa punggawa korup, Pamanah Rasa pulang ke Keraton Galuh bersama istri barunya. Wanita yang telah membuatnya lupa akan Rasa sakit dan sedihnya dimasa lalu karena kehilangan isteri pertamanya.

Prabu Anggalarang amat senang mendapat kabar kepulangan puteranya. Apalagi puteranya akan pulang dengan seorang menantu baru. Ia benar benar sangat bahagia karena akhirnya ada seorang gadis yang berhasil menyapa kesepian Pamanah Rasa yang menduda karena kepergian Nyi Ambet Kasih.

Prabu menggelar sebuah penyambutan yang meriah untuk putera dan menantunya. Diadakan pesta besar besaran untuk merayakan pernikahan putera kesayangan Anggalarang itu. Seluruh rakyat sangat bahagia menghadiri pesta bangsawan kerajaan itu. Banyak dari mereka yang memberikan berbagai macam hadiah.

Tak hanya rakyat Galuh saja yang diundang dalam pesta, namun rekan rekan dan delegasi dari kerajaan tetangga pun banyak yang diundang. Kaisar dari China memberikan Nyimas Subang Larang sebuah ramuan kecantikan dan ramuan awet muda yang biasa dipakai oleh ratu ratu disana.

Para pedagang Gujarat memberikan sutra dan mutiara sebagai hadiah. Dan lagi lagi karena Subang Larang adalah wanita berbudi emas, ia membagikan sebagian besar hadiahnya untuk mereka yang membutuhkan. Prabu semakin terpesona oleh sifat Budi pekerti menantunya. Ia amat bersyukur karena Pamanah Rasa mendapatkan istri yang tepat.

Jika kerajaan Galuh sedang bersuka cita dengan pernikahan akbar antara Raden Pamanah Rasa dengan Nyimas Subang larang, lain lagi di kerajaan Sunda. Kerajaan yang masih berkerabat dengan Galuh. Disana Amuk Marugul masih merasa terhina karena telah dikalahkan dua kali oleh Pamanah Rasa. Rasa angkuh dan dendamnya sudah mengakar. Wanita pujaan hatinya kini sudah menjadi istri dari lawannya. Raden Pamanah Rasa.

****

"Kanda, aku sangat bahagia bisa berjalan jalan seperti ini denganmu." Subang Larang amat bahagia. Sepanjang perjalanan ia tak pernah melepas senyum dan pegangan tangannya pada tangan Pamanah Rasa.

"Dinda, sudah sangat lama aku ingin seperti ini bersamamu dan akhirnya aku bisa melakukannya."

"Ouh kanda, sebenarnya aku sudah sangat jatuh cinta pada dirimu sejak pertama kita bertemu di desa. Saat itu kau amat gagah membela kami."

"Benarkah?" Goda Pamanah Rasa. Ia menangkup kedua pipi Subang Larang dengan telapak tangannya.

"Heem. Kau sangat mengagumkan saat itu. Kau datang menolong ku saat orang orang itu hampir menyakitiku. Aku sangat bersyukur hari itu karena bisa bertemu denganmu."

"Tentu saja aku akan menolong mu. Takkan ku biarkan tangan tangan kasar itu menyakitimu. Sebenarnya aku sudah sangat lama mencintaimu. Jauh sebelum kejadian di desa itu...." Pamanah Rasa menceritakan isi hatinya selama ini pada istrinya. Bagaimana wanita itu sanggup mencuri hatinya. Dan bagaimana dengan pesonanya mampu meluluh lantakan hatinya dan meruangi sebuah ruang kerinduan dihati sang pangeran saat ia jauh dari wanita itu.

"Kanda. Purnamanya malam ini sangat indah sekali. Seakan akan purnama itu sedang menemani kita yang sedang berduaan." Tiba tiba Pamanah Rasa termenung mengingat sesuatu. Raut wajahnya jadi murung bercampur cemas.

"Kanda, mengapa kau jadi terlihat murung dan cemas. Ada apa?" Tanya sang istri dengan lembut.

"Dinda, kemarin ayahanda Prabu memberiku sebuah tugas. Raka Amuk Marugul kembali ingin menyerang Galuh dan sekutu sekutunya." Belum selesai ia menjelaskan, raut wajah tuan putri cantik itu langsung berubah cemas dan kecewa.

"Apa yang terjadi hingga Raka Amuk Marugul ingin menyerang Galuh?"

"Tentu saja ia masih amat dendam padaku karena pernah kukalahkan di perang Japura sebelumnya dan juga diacara sayembara memperebutkan dirimu." Jelasnya ditutup dengan senyuman manis.

Pamanah Rasa memeluk istrinya. Ia mendekapnya dengan sangat erat penuh cinta dan kerinduan. Tangannya membelai rambut indah Puteri Subang Larang.

"Kanda, bolehkah aku ikut menyertaimu?"

"Tidak Dinda. Kau tetaplah di istana, aku tidak ingin kau dijadikan alat kelamahanku oleh musuh musuhku. Kau akan dijaga oleh ayahanda Prabu di istana. Dan juga tolong temani ayahanda Prabu dalam kepemimpinannya. Aku sangat mempercayai dirimu sayangku."

"Baik kanda, aku akan melakukan apa perintahmu."

Mereka saling melepas kerinduan yang esok akan menerpanya selama berhari hari dalam perpisahan antara tempat dan waktu. Jarak dan waktu meski tak saling direngkuh bersama untuk beberapa saat, namun mereka tetap yakin kepada masing masing akan saling menjaga cinta dan kasih sayang yang ada di hati mereka.

****

Puteri Subang Larang melepas kepergian suaminya dengan doa. Berharap agar suami dan pasukannya pulang dengan merengkuh kemenangan. Walau berat, sang Puteri tetap melepas kepergian pangeran dengan senyuman. Senyuman ketir seorang istri yang sangsi dengan keselamatan suaminya yang akan pergi jauh darinya.

"Ananda Puteri, kau tak perlu bersedih. Aku sendiri yang membesarkan Pamanah Rasa suamimu. Dan aku sangat mengerti dirinya, ia tidak akan pulang dari peperangan tanpa membawa kemenangan."

"Iya ayahanda Prabu. Ananda berharap kakanda pangeran kembali dengan selamat."

****

Hari hari dilalui oleh putri Subang Larang dengan penuh kerinduan pada suaminya. Tiap hari ia panjatkan doa agar suaminya cepat pulang dengan selamat ke kerajaan.

Walau ia sedang larut dengan kerinduan pada kakandanya, ia tetap tidak lupa menjalankan tugasnya sebagai putri Galuh. Ia sering berjalan jalan sendiri di kampung kampung dengan menyamar untuk melihat keadaan kerajaan juga membantu warga yang membutuhkan. Memang membantu tampaknya sudah jadi hobi baru baginya.

"Ananda Putri, hendak kemana kau dengan penyamaran seperti ini?" Tanya Prabu Anggalarang yang tiba tiba memergoki menantunya berpakaian ala pengembara.

"Ampunkan hamba ayahanda Prabu. Hamba hendak berjalan disekitaran desa kerajaan Galuh untuk melihat langsung kondisi rakyat dan membantu mereka yang membutuhkan bantuan hamba." Ucapnya sopan.

"Kau dengan suamimu memang sangat mirip. Pamanah Rasa juga sering blusukan untuk melihat kondisi rakyat. Padahal dia bisa memantaunya dari laporan para pejabat."

"Ampun ayahanda Prabu. Tapi, bukankah lebih baik kita turun langsung untuk mengenal rakyat dan mendengar pendapat rakyat secara langsung. Itu akan menumbuhkan rasa cinta kita sebagai anggota kerajaan kepada rakyatnya dan menumbuhkan kepercayaan rakyat pada kerajaan."

"Kau memang sungguh cerdas dan bijaksana wahai menantuku. Tak salah jika putraku jatuh hati padamu."

"Kau terlalu berlebihan memujiku ayahanda."

"Aku ingin ikut denganmu Ananda Putri. Haruskah aku menyamar juga?" Putri hanya tersenyum.

‌***

PRABU SILIWANGI RAJA PADJAJARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang