Nyimas dilarikan kerumah seorang tabib yang tak jauh dari tempatnya pingsan. Betapa terkejut dan cemasnya Prabu Anggalarang melihat keadaan putrinya. Ia sangat tahu hati menantunya begitu lembut hingga tak kuasa mendengar jerit tangis rakyatnya.
"Gusti Prabu..." Seorang tabib keluar dan memberi hormat.
"Bagaimana keadaan menantuku tabib?" Tanya Prabu cemas.
"Tenang Gusti Prabu. Nyimas baik baik saja, mungkin ia hanya kelelahan dan karena tubuhnya sedang mengandung ia jadi mudah lelah." Jelas tabib dengan tenang.
"Apa? Mengandung?"
"Benar Gusti. Nyimas sedang mengandung dan selamat untuk Anda dan Raden Pamanah Rasa. Anda sebentar lagi akan menjadi seorang Kakek dan Raden akan menjadi seorang ayah." Prabu Anggalarang bernafas lega. Ia tersenyum bahagia mendengar kabar gembira yang disampaikan tabib. Rakyat yang menunggui disana pun merasa bahagia dan memberikan ucapan selamat mereka pada Prabu dan Nyimas.
"Selamat Gusti Prabu. Selamat Nyimas Subang Larang. Semoga Nyimas selalu sehat."
"Terima kasih untuk kalian semua. Aku berjanji akan segera menyelesaikan masalah yang terjadi di desa kalian. Aku akan mempertemukan kalian dengan anak anak kalian lagi dan mengembalikan hak hak kalian yang sudah dirampas. Sampai hari itu tiba, kalian ikutlah denganku dan tinggallah untuk sementara waktu di tempat rahasia yang telah kusiapkan. Kalian akan aman disana dan tidak akan ada yang bisa menyakiti kalian." Ucap Prabu penuh kebahagiaan.
"Terima kasih Gusti Prabu...." Mereka sujud dihadapan Prabu.
"Hidup Gusti Prabu Anggalarang... Hidup Nyimas Subang Larang.... Hidup Gusti Prabu Anggalarang... Hidup Nyimas Subang Larang..."
*****
Nyimas dan Prabu kembali ke istana dengan perasaan bingung. Satu sisi mereka merasa kecewa dengan kinerja para punggawa kerajaan, mereka sedih dan miris dengan kenyataan yang baru mereka terima. Namun ada pula rasa senang dan penuh harapan. Sebuah kabar gembira yang akan jadi hadiah penyambutan kepulangan Raden Pamanah Rasa hari ini.
"Hidup Raden Pamanah Rasa! Hidup Raden Pamanah Rasa!" Sorakan kebahagiaan mengiringi perjalanan Raden dan rombongannya. Satu persatu prajurit yang mengikuti Raden mulai terpecah untuk menghampiri sanak saudara yang telah menunggu kepulangan mereka. Tinggal Raden dan beberapa punggawa saja yang tersisa di sepanjang jalanan gerbang istana.
Pintu gerbang terbuka lebar, menampilkan sesosok wanita cantik yang wajahnya sudah membasah karena air mata kebahagian. Melihat wanita itu, Raden turun dari kudanya dan berlari kearah sang wanita. Dipeluknya erat wanita itu.
"Dinda... Aku sangat merindukanmu... Aku benar benar merindukanmu..." Raden menarik lembut pinggang Nyimas dan menenggelamkan kepalanya dalam bahu Nyimas. Air mata kerinduannya pun tumpah di atas bahu istrinya.
"Aku juga sangat merindukanmu Kanda... Aku sangat merindukanmu... Terima kasih Ya Allah kau telah mengembalikan suamiku dengan selamat..." Isakan Nyimas dalam dekapan Raden pun tak kalah kuatnya. Air mata keduanya pecah membayar kerinduan yang sudah kian membuncah selama sebulan tak bertemu. Keduanya benar benar larut dalam kerinduan yang akhirnya mampu mereka bayar dengan puas.
Setelah puas melepas rindu lewat pelukan hangat, Nyimas mencoba melepas pelukannya dan Raden paham bahwa istrinya kini cukup tenang untuk bicara.
"Kanda, ada yang ingin aku bicarakan padamu." Ucap Nyimas dengan suaranya yg lembut dan gemulai. Ia tersenyum malu malu menatap suaminya. Tangannya mengusap perutnya dengan manja, berharap Raden Pamanah Rasa sadar bahwa ia sedang mengandung buah cinta mereka.
"Kau ingin bicara apa Dinda? Apa perutmu sedang sakit?" Ucap Raden Pamanah Rasa menggodanya.
"Raden, kau akan segera menjadi ayah. Karena kini aku tengah mengandung buah cinta kita, Raden." Aku Nyimas dengan penuh bahagia. Raden menatapnya dengan rasa bahagia tak percaya. Matanya membelaklak, ia mencengkram lembut bahu istrinya. "Kau serius, Dinda?"
Nyimas hanya mengangguk tersenyum mengiyakan pertanyaan suaminya. Raden Pamanah Rasa amat gembira begitupun rakyat yang hadir disana. Mereka turut berbahagia atas kehamilan Nyimas. Dipeluknya erat Nyimas Subang Larang. Air mata bahagia keduanya tak dapat lagi dibendung.
"Selamat Raden Pamanah Rasa.. Selamat Nyimas Subang Larang..." Sorak rakyat bahagia melihat kebahagiaan sepasang kekasih yang berbahagia itu.
*********
Raden mengajak Nyimas jalan-jalan santai ditaman istana. Keduanya sangat bahagia, terlihat dari senyum malu malu yang menyembul di wajah keduanya. Nyimas yang memang pemalu tak berani menatap wajah tampan suaminya.
Melihat ekspresi isterinya yang hanya menunduk sejak tadi, Raden menghentikan langkahnya begitu pula dengan Nyimas. "Nyimas, apa aku begitu jelek hingga kau tak mau menatap wajahku?" Goda Raden.
Nyimas tersentak mendengar pertanyaan suaminya. Ia tergagap menjawab pertanyaan itu. "A... a... i..i..itu...itu..." jawabnya guugup bercampur malu. Nyimas hanya merunduk tak melanjutkan ucapannya. Dia bingung harus jawab bagaimana, mana mungkin dia jawab iya, sudah jelas suaminya sangat tampan bagaimana bisa kata ya cocok untuk menjawabnya. Nyimas menggigiti jemarinya karena terlalu gugupnya Ia.
Raden yang melihat kegugupan isterinya hanya tersenyum senyum geli. Ia semakin jahil untuk menggoda wanita yang dicintainya itu. Wajahnya di tundukkan dan ia condongkan tepat di depan wajah Nyimas.
Nyimas yang melihat sikap jahil suaminya semakin tersipu malu. Ia tak lagi sanggup bicara dan hanya tersenyum malu. Jantungnya berdetak semakin kencang, membuatnya jadi semakin tak nyaman.
Grepp...
Tiba tiba Raden memeluk tubuh Nyimas dari belakang. Nyimas semakin kaget, jantungnya berdegup semakin cepat. "Kanda..."
"Dinda, kau tak perlu gugup seperti ini." Raden semakin merapatkan pelukannya. Ia bahkan dengan manja menundukkan kepalanya di bahu Nyimas. Nyimas tersenyum, tangannya tanpa sadar langsung mengelus lembut rambut suaminya.
"Kanda, aku sangat gugup... Aku tidak tau apa yang harus aku katakan..." aku Nyimas.
"Dinda, tahukah kau bahwa aku sangat sangat merindukanku. Hari hari di medan perang begitu sangat berat bagiku.." Ucap Raden manja. Dia tetap pada posisinya, tangannya didekapkan didepan dada isterinya dan kepalanya disandarkan dibahu isterinya.
"Benarkah, Kanda?"
"Heem... Sepanjang waktu dimedan perang aku selalu memikirkanmu. Aku sering bertanya pada diriku sendiri, Dinda kau sedang apa? Dinda, apa kau sudah makan? Dinda apa kau baik baik saja? Dinda... Dinda... Dinda..." Nyimas hanya tersenyum geli mendengar ucapan suaminya yang belagak seperti pujangga.
"Oh iya Dinda, aku punya hadiah untukmu." Raden melepaskan pelukannya. Nyimas menatapnya penasaran. "Hadiah? Apa itu kanda?"
"Ikutlah denganku..." Raden langsung menyambar tubuh isterinya dan digendongnya sepanjang jalannya.
"Kita mau kemana Kanda?"
"Stttt.... Kau ikutlah saja denganku..."
Nyimas hanya menurut dan menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya dengan manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRABU SILIWANGI RAJA PADJAJARAN
Tarihi KurguPrabu Siliwangi adalah seorang raja legendaris yang amat terkenal di wilayah Nusantara terutama di tanah Jawa Barat. Ia adalah seorang Raja besar yang memimpin kerajaan Padjajaran bergelar Sri Baduga Maharaja. Raja yang telah memimpin dan menyatukan...