DUA ORANG PRIA

1.3K 53 2
                                    

"Pengumuman! Kerajaan membuka lowongan untuk menjadi punggawa. Semua orang bisa ikut mendaftar. Laki laki ataupun perempuan. Bila ada yang berminat, segera hubungi Nyimas ratu Subang Larang dan Nyimas ratu Aci Putih dekat gerbang utama sampai senja ini."

Dengan lantang, punggawa berbadan kekar itu membacakan surat titah. Dan setelah membacanya, ia menempelkannya pada sebuah tembok bambu di salah satu rumah warga.

"Kau dengar itu?" Bisik seorang pria yang sedari tadi menyamar dengan memakai topi.

"Punggawa ya... Tidak buruk juga. Jika kita berhasil masuk istana, kita bawa kedua anak sialan itu pergi dan kita beri pelajaran!" Gumam lainnya yang juga pria bertopi dan bercadar hitam.

"Benar. Karena anak anak itu, bisnis kita hancur seperti ini."

"Ayo, batas waktunya hanya sampai senja ini bukan?!"

Keduanya lalu keluar dari kerumunan orang orang.

******

"Nyimas ratu, boleh kami mendaftar?" Pria itu terus menunduk dan menutup wajahnya dengan topi hitamnya padahal wajahnya sudah tertutup oleh cadar. Nyimas merasa curiga dengan doa orang berpenampilan aneh ini.

"Boleh saja tapi sebelumnya kuminta kalian lepaskan dulu topi dan cadar kalian!" Pinta Nyimas Subang Larang selembut mungkin untuk meredam kecurigaan mereka dan menyingkirkan pikiran buruknya.

Kedua pria itu sedikit keberatan. Tangan salah seorang dari mereka mengepal kuat kuat. "Maafkan aku Nyimas, kami tidak bisa melakukannya." Pinta pria lainnya berusaha menahan emosi.

"Mengapa tidak bisa. Kami tidak akan memandang fisik kalian, hanya saja sangat wajib bagi kami mengetahui wajah dan ciri fisik para punggawa dan calon punggawa kerajaan Padjajaran." Bujuk Nyimas Subang Larang semakin curiga.

"Bukankah menjadi punggawa hanya cukup kuat dan setia melindungi keluarga istana?!" Sindir satu pria yang membuat Nyimas merasa tersinggung.

"Maaf Ki sanak. Mungkin Anda salah paham mengenai punggawa istana. Mereka tidak hanya melindungi keluarga istana tetapi juga melindungi seluruh rakyat Padjajaran. Para punggawa adalah benteng dan malaikat bagi rakyat Padjajaran. Mereka adalah orang orang yang akan menemani anggota istana berdiri terdepan untuk membela kehormatan negaranya, keselamatan bangsanya dan kebahagiaan rakyatnya dengan jiwa raga mereka. Mereka yang dengan segenap jiwanya memberikan kesetiaan pada Prabu Padjajaran sebenarnya bukan hanya bersumpah pada Prabu tetapi juga pada rakyat, keluarga, saudara dan anak anak mereka bahwa mereka akan membawa kemenangan bagi negaranya dan akan mati terhormat menyelamatkan harga diri bangsanya." Jelas Nyimas Subang Larang dengan santun.

"Oh begitu ya... Apa yang didapat para punggawa yang rela mati demi rakyatnya dan rajanya setelah ia gugur membela kehormatan mereka sedangkan kehormatannya dan keluarganya dilucuti?!" Cibir salah satu pria itu membuat Nyimas merasa tersinggung.

"Mereka mendapatkan kehormatan dan rasa bangga. Mati di Medan perang demi menyelamatkan orang lain, membela harga diri negara dan menegakkan kebenaran adalah sebuah kematian suci dan suatu kehormatan." Balas Nyimas Subang Larang datar.

"Kehormatan macam apa yang membiarkan anak anak para pahlawan kelaparan. Membuat janda para pahlawan melucuti kehormatan mereka dengan menjajakan tubuh mereka pada lelaki bangsawan biadab hanya untuk sesuap nasi dan harapan dihari besok. Dan kehormatan macam apa saat mereka ditertawakan, ditindas, dihina dan dicaci bahkan banyak dari mereka difitnah dan berkahir dengan kehilangan nyawa dan kehormatan di kekuasan orang yang telah mereka bela. Apakah itu kehormatan dan kesucian yang kalian jual untuk membunuh rakyatmu sendiri?!" Pria itu meninggikan nada suaranya di kalimat terakhir hingga membuat Nyimas tersentak dan tanpa sadar sudah menangis sejak tadi.

Berpasang pasang mata melihat ke arah mereka. Seorang wanita bangsawan dan dua pria bertopi dan bercadar.

"Apa kau merasa sedih atau berpura pura mengasihani mereka, Nyimas ratu?!" Sindir keduanya. Nyimas meremas kuat kuat kertas dan alat tulis di kedua tangannya.

"Kau memang hanya seorang ratu yang tidak tau kepahitan hidup rakyatmu. Pakaian yang kau pakai adalah rajutan air mata kami. Makanan yang kau makan adalah panenan keringat kami. Nyanyian yang kau dengar adalah jeritan tangis kami. Dan..."

"Cukup! Kau tidak pantas melakukan itu pada Nyimas ratu Subang Larang! Dia adalah ratu yang baik. Dia sudah banyak melakukan berbagai upaya sebisanya untuk melakukan yang terbaik untuk kita semua." Bela seorang pria membungkam ucapan pria tadi. Ia merasa gerah melihat pria itu merendahkan ratunya hingga wanita hamil itu menangis.

"Apa yang kau tau, bodoh?!" Cibir pria itu.

"Nyimas ratu Subang Larang adalah ratu yang sangat baik. Dia sudah melakukan banyak kebaikan untuk kami selama ini. Dia juga sangat peduli dengan kesusahan kami. Dan..." Kini giliran pria itu dipotong ucapannya.

"Dan apa? Itu hanya sandiwara keluarga kerajaan! Kalian terlalu dibodohi oleh wanita lemah ini!" Tambahnya yang makin menyakitkan hati Nyimas. Nyimas berusaha menahan isak tangisnya walau dadanya sudah merasa sesak.

"Beraninya kau membuat Nyimas ratu menangis?!"

"Nyimas ratu orang yang baik!"

"Benar!"

"Benar!" Bela yang lain. Nyimas tidak dapat berkata apa apa untuk membela dirinya. Dia bukan wanita egois yang bisa membela kesalahannya. Ia menerima semua keluhan keras pria itu yang merasa tidak puas oleh keluarga kerajaan selama ini.

"Nyimas kalian yang lemah ini, dia tidak lebih hanya seorang wanita lemah dan seorang wanita penjilat! Dia..."

Sebelum selesai melanjutkan ucapannya, pria itu sudah terkejut dengan sebuah anak panah yang melesat di samping wajahnya dan untungnya hanya menggores sedikit wajahnya.

"Kurang ajar!" Geram pria kasar itu.

"Tidak akan ku biarkan orang lain merendahkan Ibunda ratu!" Ucap seorang pria muda yang tak lain Raden Walangsungsang. Ia juga yang tadi memanah pria itu.

"Ouh rupanya dua bocah manja dan sok pahlawan ya..."

"Kau..." Dana bergumam.

"Dua bocah sialan. Kebetulan sekali." Gumam pria itu.

"Kalian..."

"Pergilah kalian dari sini! Kalian tidak pantas merendahkan Nyimas Subang Larang!" Protes warga yang hadir.

"Semuanya..." Semua terkejut ketika Nyimas ratu membuka suaranya.

"Aku... Aku...."

"Apa yang terjadi?" Tanya Prabu dari kejauhan. Melihat kehadiran Prabu dan penasihatnya, kedua pria tadi buru buru undur diri. Warga menyoraki mereka dan mencaci mereka.

"Aku minta maaf pada kalian semua. Aku.... Aku dan keluargaku belum bisa melakukan yang terbaik untuk kebahagian kalian dan juga...." Tubuh Nyimas ambruk dalam pelukan madunya. Prabu yang melihatnya menjadi sangat panik. Ia segera menghampiri keduanya dan memeriksa keadaan Nyimas Subang Larang. Wajahnya pucat, tubuhnya lemas seakan kehilangan tenaga. Tiba tiba saja.

"Kanda... Perutku..." Keluh Nyimas kesakitan. Ia merasakan sesuatu yang sangat sakit pada perutnya seakan ia ingin melahirkan.

Prabu menjadi tambah cemas ketika melihat darah mengalir dari kaki istrinya. Nyimas terus mengeluh sakit sambil membaca istighfar. Tangannya mencengkram kuat ujung bajunya sedang tangan lainnya meremas kuat baju Prabu.

Prabu segera membopong Nyimas yang kesakitan kedalam istana dan meminta istrinya yang lain mengurus sisanya.

Tak hanya Prabu yang panik. Nyimas Aci Putih dan semua orang yang hadir disana merasa panik. Nyimas Aci Putih meminta warga untuk kembali dahulu kerumah masing masing dan Nyimas sendiri dan anak anak dijemput beberapa punggawa untuk pulang.

*****

PRABU SILIWANGI RAJA PADJAJARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang