KERETA KUDA

377 27 6
                                    

Hallo kawan pembaca semua...

Terima kasih telah bersedia meluangkan waktu untuk membaca cerita kami. Kami sangat bersyukur atas dukungan kalian selama ini. Mohon maaf untuk hal hal yang membuat pembaca menjadi tidak berkenan dan kesalahan penulisan atau bahasa yang masih banyak tersebar dalam cerita. Kami memohon dukungannya dan juga saran dan masukan untuk menjadikan kedepannya yang lebih baik.

Mohon maaf atas keterlambatan upload chapter kali ini. Kesibukan harian dan kejaran deadline kantor sedikit buat keteran author. Author mohon maaf sekali ya kawan kawan pembaca.

Happy membaca semua...😘

Terima kasih

Nacha 98


********


KERETA KUDA

Kereta kuda itu berjalan pelan dan hati hati. Tentu saja didalamnya ada seorang putri yang sakit. Kusir pun harus berpikir dua kali jika ingin memacu kereta kuda sembarangan.

Dayang muda yang ada di hadapan putri itu masih menangis. Wajahnya basah oleh air mata yang tidak berhenti sejak mereka berangkat dari istana tadi.

"Ada apa Dalu? Mengapa kau terus menangis seperti itu?" tanya sang putri lembut.

"Huhuhu... Aku tak menyangka Nyimas kalau Prabu akan sekejam ini pada putri kesayangannya. Huhuhu... Apa salah Nyimas hingga Prabu tega membuang anda ke pengasingan seperti ini?" ucap pelayan bernama Dalu itu sambil menangis menutupi wajahnya.

Nyimas menangkap tangan Dalu dan menurunkannya dari wajah Dalu. Ia menatap Dalu sembari tersenyum hangat.

"Aku baik baik saja Dalu. Terima kasih karena telah menyayangiku." ucap Nyimas dengan bangga sembari mengelap sisa air mata Dalu.

"Tapi tetap saja Gusti Prabu sangat tidak adil! Anda dan Nyimas Aci Putih telah difitnah! Seharusnya Gusti Prabu mempercayai anda! Huhuhu..." ucapnya kembali menangis.

"Hust... Kau tidak boleh seperti itu! Aku marah pada ayahanda." ucap Nyimas menenangkan.

"Nyimas begitu lembut dan baik hati. Kalau orang lain begitu memuji kebaikan hati Nyimas Ratu Subang Larang, tapi bagiku Nyimas adalah yang paling baik. Nyimas Subang Larang baik karena putranya adalah putra mahkota. Aku rasa Nyimas itu juga sedang bersenang senang karena akhirnya ia dan anak anaknya kehilangan pesaingnya satu satu. Nyimas Subang Larang selalu disayang oleh Gusti Prabu daripada Nyimas Aci Putih, namun putrinya tidak terlalu disayangkan?! Dia pasti senang karena sekarang hanya Nyimas Rara Santang saja putri Prabu satu satunya...." cerocos pelayan itu tanpa henti. Yang berhenti hanya air matanya saja yang sebelumnya deras.

"Hentikan ucapanmu, Dalu!" ucap Nyimas dingin.

"Nyi...Nyimas..." Dalu pun menjadi gugup melihat Nyimas yang tiba tiba berhenti menyeka air matanya dan menatapnya dingin.

"Aku tidak suka kau bicara seperti itu dan menjelekkan Ibunda dan Yundaku. Mereka bukan orang picik seperti yang kau bicarakan! Ibunda adalah orang yang menangis paling keras untukku saat aku berpamitan untuk pergi. Yunda adalah kakak perempuanku satu satunya yang rela mengalah atas kasih sayang ayahanda dan ibundanya lebih besar untukku. Dan berhenti untuk menyalahkan ayahanda Prabu. Aku yang menerima hukuman pengasingan ini dan tidak merasa keberatan. Jika kalian keberatan untuk ikut denganku, kalian bisa tinggalkan aku sendiri." pungkas Nyimas sangat dingin.

Ia menarik pandangannya dan membuang pandangannya ke arah jendela kereta kuda. Dalu tak dapat bicara atau mengeluh lagi. Sepanjang perjalanan kereta kuda terasa sangat sunyi dan canggung sejak Nyimas mengutarakan ketidaksukaannya.

PRABU SILIWANGI RAJA PADJAJARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang