NYIMAS ACI PUTIH KINASIH
Nyimas Subang Larang mondar mandir cemas dekat gerbang istana. Sudah berapa kali ia harus pergi menanyakan para penjaga mengenai suaminya apakah sudah kembali atau belum dan ia masih mendapatkan jawaban yang sama. Suaminya belum kembali sejak perburuan lima hari yang lalu. Sebuah firasat tak enak membesit hatinya. Pikiran buruknya mulai bergerilya, ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada ayah dari anak anaknya.
"Ibunda..." Sapa Pangeran Walangsungsang yang cemas melihat kondisi ibundanya. Nyimas hanya diam tak menjawab panggilan puteranya.
Pangeran menatap adiknya yang ia tuntun. Mereka terheran dengan ibu mereka yang begitu gelisah menanti ayah mereka. Lagi, kali ini Nyimas Rara yang memanggil lembut ibundanya. Ia menarik narik bagian bawah baju Nyimas hingga Nyimas tersadar ada seseorang dibalik tubuhnya. Ia mendapati wajah kedua buah hatinya yang menatapnya heran. Segera Nyimas berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan kedua tubuh anaknya.
"Pangeran, Nyimas, ada apa nak?" Tanya Nyimas lembut.
"Ibunda, apa Ibunda baik baik saja?" Tanya pangeran. Mendengar pertanyaan puteranya, hati Nyimas terenyuh. Ia begitu mencemaskan keadaan suaminya, tetapi tak bisa ia tunjukkan kecemasan itu dihadapan kedua buah cintanya. Dengan cepat, ia menyimpulkan sebuah senyuman manis diwajahnya.
"Ibunda baik baik saja, nak..."
"Apa ayahanda masih belum kembali, Ibunda?" Tanya Walangsungsang penasaran.
"Sayang, mungkin ayahanda sekalian memeriksa keadaan rakyat dekat hutan tempat berburu. Lebih baik ayo kita doakan ayahanda agar segera kembali dengan selamat..." Ajak Nyimas. Siapa yang Nyimas bohongi? Dirinya atau putera putrinya? Ia mencoba menenangkan puteranya dengan penjelasan positif tetapi dirinya sendiri tak dapat berfikir jernih dan masih mencemaskan suaminya.
Mengalihkan perhatian anak anaknya, Nyimas mengajak keduanya masuk ke ruang belajar dan mengajak keduanya untuk melakukan shalat sunah yang diimami oleh pangeran Walangsungsang.
*****
"Raden, apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Maung penasaran karena Raden sedari tadi tak melanjutkan pembicaraannya.
"Gadis itu... Ayahnya memintaku untuk menjaganya dan menikahinya sebelum ayahnya meninggal. Ia berpesan akan memaafkan ku jika aku bersedia menikahi putrinya dan aku telah berjanji padanya Maung, tapi aku tak bisa melakukannya. Aku tak ingin melukai perasaan isteriku." Ucap Raden setengah gusar. Mata Maung Bodas membelaklak, ia mengerti bagaimana perasaan Raden dan isterinya. Raden tenggelam dalam dilema. Ia tak bisa mengingkari janjinya tapi ia juga tak bisa melihat isterinya terluka.
"Raden, biarkan aku saja yang menepati janjimu..." Tawar Maung Bodas.
Mendengarnya, Raden sangat terharu. Memang Maung Bodas adalah sahabatnya yang setia. Banyak hal ia korbankan demi Raden Galuh itu, bahkan kebahagiannya sendiri. Karenanya Raden tak bisa meminta Maung menepati janjinya walau Maung sendiri yang menawarkannya. Ia adalah seorang pria sejati yang harus menepati janjinya dan ia tak bisa lari dari kenyataan.
"Ki sanak, maaf kan aku karena kembali terlalu lama. Aku akan segera menyiapkan makanan untuk kita sekarang..." Ucap gadis yang tiba tiba datang dengan tubuh setengah basah. Ya, diluar hujannya cukup deras.
Maung melihat beberapa belanjaan yang dibawa oleh gadis itu. Dia tak tega melihat gadis itu harus memasak sedangkan tubuhnya masih basah. Segera Maung berdiri dan mengambil bahan makanan itu dari sang gadis dan memintanya untuk berganti pakaian.
Maung mulai memilah bahan bahan makanan. Walaupun dia seorang pria, dia ternyata juga bisa memasak. Bukan hanya busur atau pedang yang mahir ia kendalikan, tetapi juga beberapa peralatan dapur sudah sangat melekat dengan tangan kekarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRABU SILIWANGI RAJA PADJAJARAN
Historical FictionPrabu Siliwangi adalah seorang raja legendaris yang amat terkenal di wilayah Nusantara terutama di tanah Jawa Barat. Ia adalah seorang Raja besar yang memimpin kerajaan Padjajaran bergelar Sri Baduga Maharaja. Raja yang telah memimpin dan menyatukan...