PULANG
Kakek dan nenek nelayan itu merasa heran dengan perubahan sikap Gendhis dan Cakra. Sudah sejak beberapa hari keduanya lebih banyak diam dan berbicara seperlunya saja.
"nak Gendhis, nak Cakra, kalian berdua kenapa? Kok akhir akhir ini nenek lihat kalian jarang mengobrol? Apa kalian sedang bertengkar?" tanya nenek hati hati. Mendengar pertanyaan itu, raden dan Gendhis langsung terbatuk batuk tersedak makanan mereka karena sanking terkejutnya.
Tak segera menjawab keduanya malah langsung menyambar sebuah gelas yang tanpa sengaja tangan keduanya malah mengambil gelas yang sama. Membuat mereka malah jadi semakin salah tingkah dan tersipu malu. Raden sontak mengalah melepas gelas itu dan mengambil gelas lainnya.
Gendhis menunduk dalam dalam menyembunyikan wajahnya yang memerah tersipu malu. Kakek dan nenek yang melihatnya jadi mengerti apa yang sebenarnya terjadi tanpa harus menunggu jawaban dari anak muda itu.
"kalau kakek lihat, kalian berdua adalah pasangan yang sangat cocok. Mengapa kalian tidak menikah saja?" tanya kakek hati hati yang benar saja malah membuat kedua malah jadi salah tingkah.
"loh. Ada apa nak? Apa kakek salah bicara ya? Maafkan kakek nak kalau kakek salah bicara..." tanya kakek merasa bersalah atas pertanyaan pertamanya.
"tidak ada apa apa kakek. Sebaiknya kita selesaikan makan kita saja." jawab raden mengalihkan pembicaraan. Kakek mengetahui Cakra tak ingin membahas hal itu lagi hanya terdiam. Hingga akhir makan malam, tak ada lagi suara atau perbincangan kecil seperti biasanya.
Gendhis cukup sedih mendengar jawaban raden saat makan bersama tadi. Jadi selama ini hanya dirinya saja yang mencintai raden. Raden tak pernah mencintainya bahkan meliriknya sedikitpun. Mungkin baginya aku hanya sahabatnya sejak kecil. Batin Gendhis.
"apa yang kau pikirkan, Gendhis?" tanya raden mengejutkan Gendhis yang terus duduk diteras sejak selesai makan malam tadi.
"tidak ada Cakra. Aku hanya ingin menikmati hawa malam saja." jawab Gendhis berbohong.
"aku tau kau berbohong. Kau pasti sedang memikirkan Arya Dana bukan? Maafkan aku. Kalau bukan karena aku, saat ini kau pasti sudah berbahagia menjadi istri Dana." ucap raden merasa bersalah. Ia menghela nafas berat untuk menghilangkan kecanggungan diantara keduanya.
Gendhis mengernyitkan dahinya bingung dengan ucapan raden.
"apa maksudnya raden? Menjadi istri Dana?" tanya Gendhis bingung.
"aku sudah tau, Arya Dana sudah melamarmu saat di padepokan beberapa bulan lalu. Kau tidak perlu lagi menutupi hal tersebut dari ku!" jawab raden tersenyum pahit. Ia benci harus mengatakannya tapi ia adalah pria sejati yang harus tegar menerima kenyataan.
Gendhis tertawa kecil hingga kini gantian raden yang dibuat bingung.
"apa aku salah bicara?" tanya raden heran melihat Gendhis masih terkekeh pelan.
"kau dapat berita darimana raden? Sangat jarang sekali kau langsung percaya akan berita tanpa bertanya kembali kebenarannya." tanya Gendhis yang bukan heran malah terkekeh geli.
"aku melihatnya sendiri." berbeda dengan Gendhis, raden malah menundukkan kepalanya karena kecewa mengingat pujaan hatinya sudah dipinang sahabatnya sendiri.
"kau pasti mengira kalung pemberian Dana ini adalah tanda lamaran untukku kan? Kau salah paham raden..." jawab Gendhis sambil terkekeh puas. Ia begitu senang ternyata raden selama ini cemburu pada sahabatnya.
"Arya Dana menitipkan kalung ini untuk Nyimas Rara Santang...." lanjutnya.
"adikku?" tanya raden heran. Gendhis hanya mengangguk kecil dengan senyum manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRABU SILIWANGI RAJA PADJAJARAN
Historical FictionPrabu Siliwangi adalah seorang raja legendaris yang amat terkenal di wilayah Nusantara terutama di tanah Jawa Barat. Ia adalah seorang Raja besar yang memimpin kerajaan Padjajaran bergelar Sri Baduga Maharaja. Raja yang telah memimpin dan menyatukan...