1.

32.5K 1.3K 8
                                    

versi sudah di revisi ✅

Pagi hari di SMA Bina Bhakti Jakarta cuacanya sangat sejuk dan berawan, gedung besar yang di hiasi banyak tumbuhan hijau pun tampak segar karena terkena cahaya matahari. Langkah kaki, gelak tawa dan desas desus suara dari para siswa SMA Bina Bhakti membuat suasana bising dan berwarna. Seperti biasa sebelum bell masuk berbunyi banyak siswa yang berhamburan di koridor dan lapangan sekolah untuk mencari kesenangan sebelum jam pelajaran membuat mereka bosan.

Pagi seharusnya menjadi awal yang indah untuk menjalankan hari. Seperti kata pepatah, bukan hari yang indah yang membuat mu bahagia, tetapi kamu yang bahagia lah yang membuat hari terasa indah. Namun rupanya gadis pengagum pepatah itu akan gagal hari ini.

Alisha namanya, gadis dengan rambut hitam, kulit putih, tubuhnya yang lumayan ideal dan tak lupa otaknya yang encer, si gadis yang selalu peringkat satu itu hampir kehabisan nafasnya lantaran ia berlari dengan kekuatan supernya untuk menempatkan dirinya masuk ke dalam gerbang yang sedikit lagi rapat tertutup.

“Astaga Neng Alisha.... mau minum gak Neng?” ucap Pak Satpam sekolah yang terkejut melihat penampilan gadis yang tengah mengatur nafasnya itu.

“Huft.... masuk dulu ya Pak, oiya ini buat ngemil biar makin... " Alisha mengengembungkan wajahnya.

“Bisa aja Neng, makasih yaa gak usah repot-repot,” ucap Pak Satpam menyambut plastik berisikan kue-kue yang Alisha berikan.

Mengawali pagi dengan berlari bukanlah hal yang menyenangkan, karena bukan hanya kaki yang berlari tetapi degup jantung juga.

Alisha berjalan di koridor sembari membenarkan dasinya, yang selalu miring, kusut, dan berantakan. Memakai dasi adalah pekerjaan yang sangat sulit bagi gadis ini. Kalau tidak di bantu Mama atau Bang Revo, pasti ini yang terjadi.

Enam bulan sudah gadis kelahiran Surabaya ini bersekolah di SMA Bina Bhakti Jakarta. Awalnya ia kesulitan menghilangkan logat khas jawa Surabayanya yang sepertinya sudah melekat pada lidahnya. Namun seiring berjalannya waktu, ia bisa juga merubah nada bicaranya yang ke-jawa-an itu.

"Nanti pas istirahat jangan lupa ya, lo udah siapin semuanya kan?" tanya Rissa.

Teman sebangku Alisha.

Alisha mengangguk antusias, sembari meletakkan tasnya di atas bangkunya.

"Udah siap semua kok, tapi kalo mental... ya jelas gak pernah siap... hehhee... gue kan bukan lo Riss yang gak punya rasa takut."

Menjadi siswa pindahan dan berteman dengan manusia seperti Rissa adalah anugrah bagi Alisha. Di Bina Bhakti punya ritual aneh, yang katanya setiap ada anak pindahan harus di tatar, atau bahasa gampangnya di jail-in dulu selama beberapa hari. Tapi syukurnya Alisha lolos dari ritual aneh itu, dan hal itu berkat Rissa.

Rissa adalah gadis dengan wajah sangar, suara berat, tatapan mengintimidasi, dan gayanya yang agak kemaskulinan, membuat beberapa orang gak berani macem-macem sama dia. Fun fact dibalik kesangarannya itu Rissa adalah pecinta dunia per-kpop-an garis keras.

"Sembarangan! Tapi bener juga sih, apa ya yang gue takutin di dunia ini?"

Belum sempat menjawab ucapan Rissa, suara kencang dari ambang pintu membuat kedua gadis itu menoleh kompak, dan mendapati seorang gadis dengan rambut yang terurai panjang.

OREOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang