versi sudah di revisi ✅
Malam ini yang menjadi backsound dari gadis yang tengah bergelut dengan buku-buku pelajarannya itu adalah suara pertengkaran antara ibunya dan ayahnya yang tak kunjung usai. Setiap kali mendengar suara adu mulut itu Alisha hanya mampu menarik nafasnya dan membuangnya secara perlahan, hanya untuk menenangkan dirinya dan sebagai tanda kalau ia benar-benar muak dengan suara itu. Tadinya Alisha pikir pindah ke Jakarta akan membuat suara itu tak ia dengar lagi, tetapi ia salah, gak ada bedanya antara di Surabaya dan di Jakarta. Alisha hanya bisa berharap semoga ia gak harus mendengar suara ini selamanya dalam hidupnya.
Alisha gak pernah ngeluh soal pertengkaran antara kedua orangtuanya, karena yang ia pikirkan gak mungkin kedua orangtuanya bertengkar tanpa alasan yang jelas, dan dengan menuntut mereka untuk tidak melakukan itu, menurut Alisha hanya akan membuat kedua orangtuanya semakin terbebani. Biarkan mereka mengekspresikan emosinya sesuka mereka, tetapi jika mereka membutuhkan Alisha, ia akan selalu ada tanpa merasa kecewa terhadap kedua orangtuanya. Menjadi orangtua itu berat, dan Alisha gak mau posisinya sebagai anak hanya membebani peran kedua orangtuanya.
Hal itu juga yang menyebabkan Alisha gak pernah mau macem-macem sama jalan hidupnya.
Sudah satu minggu berlalu, akhirnya Alisha, Rissa dan Neira lolos seleksi dan menjadi anggota OSIS. Saat itu Alisha dan Rissa masuk dalam kandidat untuk menjadi wakil ketua OSIS, dan Alisha tau kalau Rissa benar-benar menginginkan posisi itu, jadi yang Alisha lakukan adalah mengundurkan diri dari kandidat itu, yang berakhir dirinya di ceramahi habis-habisan oleh Gerald yang sudah yakin kalau Alisha akan terpilih menjadi wakil. Memang seperti itulah Alisha, ia sering kali menjadikan option 'mengalah' sebagai cara agar orang lain bisa merasa bahagia dengan kemenangan, dan Alisha gak pernah menyesal dengan keputusannya itu.
Mengenai oreo, Rissa masih belum mau memberi tau siapa sosok di balik nama samaran itu, tetapi dirinya tak habis-habisnya menceritakan perasaannya akan sosok oreo itu. Setiap hari, setiap hari Rissa pasti menceritakan betapa dirinya menyukai oreo, dan Alisha dan Neira hanya bisa mendengarkan dan terus menerka-nerka siapa orang itu.
Kabar mengenai oreo juga sudah tersebar di sekolah, Bina Bhakti memang paling cepat kalau urusan gosip. Bahkan orang-orang lain juga ikut menebak siapa oreo itu, dan sejujurnya hal itu sangat menganggu ketenangan Rissa.
"Riss, soal oreo itu kayaknya ada di antara one two three geng ya," ucap Alisha yang duduk di lapangan tepat di sebelah Rissa. Mereka sedang dalam jam pembelajaran olahraga, dan Alisha berkali-kali mendapati Rissa yang tengah memandang ke kelas 12ipa-1-2-3.
"Heem.. kok lo nebak gitu?"
"Abisnya dari tadi lo ngeliat ke arah sana terus, setiap mereka jalan lo juga antusias banget, bener kan gue?"
"Enggak ah salah."
Ya, dan selalu seperti itulah jawaban Rissa, bahkan Neira sudah nyaris menyebut seluruh nama siswa laki-laki di sekolah ini dan Rissa hanya menjawab "Enggak ah salah." Atau "Ah sok tau lo."
Usai selesai dengan pembelajaran olahraga mereka kembali ke dalam kelas, dan sudah mendapati Bu Intan yang sedang duduk manis dengan setumpuk buku. Bu Intan adalah guru paling rajin di Bina Bhakti, gak pernah terlambat masuk kelas semenitpun. Mungkin di mata kepala sekolah itu adalah nilai plus, tapi bagi siswanya itu adalah nilai minus.
Jadi mereka harus membuang jauh-jauh pikiran kalau usai pembelajaran yang menguras keringat di lapangan itu, mereka bisa istirahat. Karena nyatanya sekarang dengan tubuh yang masih berkeringat dan wajah yang masih merah akibat terlalu lama berada di lapangan, seisi kelas sunyi mendengarkan materi pembelajaran yang di sampaikan Bu Intan dengan mata yang nyaris tertutup.Alisha tersenyum kecil saat mengintip apa yang temannya itu sedang lakukan pada bagian belakang buku tulisnya. Rissa membuat kaligrafi bertuliskan oreo, yang memenuhi kertas putihnya.
"Lisha! lo ngintip!" histeris Rissa saat sadar kalau teman sebangkunya memperhatikan aktivitasnya.
"Hahaha sorry sorry... lo sesuka itu ya sama dia?"
Rissa mengangguk antusias.
"Trus kenapa lo rahasia-rahasiain begini?"
"Karena gue malu sih, malu aja gitu suka sama dia."
Jawaban Rissa membuat Alisha mengerutkan dahinya, "Hah? malu? apa yang salah dari punya perasaan suka ke orang, Riss?"
Rissa tersenyum kikuk dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Kesannya gue gatau diri gitu."
"Gatau diri?" ulang Alisha.
"Udahlah Lish, susah jelasinnya! nih ibaratnya dia itu di sini, nah gue di sini," jelas Rissa yang memberi tanda pada baris paling atas pada buku tulisnya, dan menandai pada baris terakhir sebagai 'nah gue di sini'.
"Ada banyak cara menuju roma wahai Clarissa," ucap Alisha, membuat Rissa tertawa nyaring.
"Oiya! bener juga ya, harusnya gue coba buat deketin dia."
Mulai dari kalimat itu sampai sekarang mereka sedang berada di kantin, Alisha semakin yakin bahwa oreo adalah salah satu dari anggota 123 Geng itu.
Selama di kantin, Rissa terus memperhatikan siapapun yang datang, dan mengecek meja yang biasa di duduki oleh laki-laki itu, secara berulang kali.
Dan yang paling mencurigakan, Rissa mau menjemput Neira ke kelasnya, yang padahal dirinya paling malas kalau di minta untuk menjemput Neira ke kelasnya yang tepat bersebalahan dengan kelas 12-Ipa-1-2-3.
"Nei, firasat gue makin kuat, Rissa suka sama 123 Geng nih pasti," ujar Alisha sembari tersenyum kecil.
"Oh ya!? siapa? bukan Rafa kan!!!"
Rissa mendorong lemah pundak Neira, "Gila aja kali lo!"
"Ya kali aja... Rafa kan ganteng.
Trus siapa dong?"
Tak lama keenam laki-laki itu memasuki area kantin dan langsung menuju meja yang biasa mereka duduki, bahkan tak ada yang duduk di tempat itu karena tau siapa pemiliknya. Padahal mereka tidak masalah jika mejanya di duduki oleh siswa yang lain, toh ini fasilitas sekolah. Tetapi entah mengapa banyak yang tidak mau duduk di sana dengan alasan meja itu milik mereka.
Rissa tak lepas menatap keenam laki-laki itu, mulai dari mereka memasuki kantin sampai duduk di meja yang letaknya paling ujung.
Hal itu membuat Alisha dan Neira langsung saling bertukar pandangan.
"Azka!?" tebak Neira saat sadar siapa yang dari tadi Rissa perhatikan.
Rissa langsung menoleh dan tertawa kecil, "Orang mana yang berani suka sama dia?"
"Hem... iya juga sih... tapi siapa si yang gak suka sama dia? gue aja suka!"
"Ya itu sih suka dalam artian yang beda Nei," balas Rissa dijawab anggukan mengerti oleh Neira.
"Oke, kasih kita satu ciri," pinta Alisha yang melipat tangannya di atas meja dan menatap Rissa serius, menanti jawaban dari temannya itu.
Neira pun juga mengikuti posisi Alisha yang menghadap Rissa, sambil menunggu gadis itu berpikir.
"Bukan anak vespa," ucap Rissa.
Alisha dan Neira langsung saling pandang dengan alis yang sama-sama bertaut.
"Ini sih susah! masa kita tanyain satu-satu siapa yang pake vespa dan yang enggak?" ucap Neira gusar.
"Enggak Nei, gak gitu... kita cuma perlu cari tau salah satu dari 123 itu, gue yakin kok salah satu dari mereka orangnya."
"Yasss smart! hemm Rafa sih pake vespa, tapi kalo temennya ada sih yang gak pake, cuma gue lupa," ucap Neira sambil berusaha mengingat merk motor milik teman-teman kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OREO
Teen Fiction(Batal Terbit) When you fall in love, there is no way to stop it. Just let it feel. Let it hurt. Let it flow. Karena gak ada yang salah dari sebuah perasaan. ~~~ (start 26, 01, 2018) (finish 22, 09, 2018)