13.

15.7K 800 11
                                    

versi sudah di revisi ✅

Bagaimana sikap Alisha pada gadis yang sudah ia tolak mentah-mentah kemarin membuat Azka tertarik untuk mengingat hal itu lagi, lagi dan lagi. Azka mengerti maksud Alisha mengajak gadis itu berbicara bahkan sampai berbohong pasti dengan tujuan untuk membuat gadis itu tidak merasa malu terlalu lama.

Ini bukan pertama kalinya Alisha mencetak memori menarik di benak Azka. Hal itu membuat Azka rasanya tak bisa berhenti memikirkan tingkah laku gadis itu. Baru ia mulai berhenti memikirkan kejadian fotokopi, dan sekarang muncul lagi hal baru di pikirannya yang masih seputar gadis itu, Alisha.

Tok... Tok...

Azka yang tengah berbaring di atas kasurnya langsung berdiri dan membuka pintu kamarnya.

"Abang belom tidur?"

"Belom, kenapa?"

"Besok kamu sekolah naik ojek aja, pulangnya nanti Bunda jemput sekalian kita mau kunjungi Azila ya?"

Azka mengangguk sebagai jawaban. Rara menyisir rambut tebal putranya yang sedikit berantakan itu.

"Yaudah sana Azka tidur, udah jam berapa ini?"

"Sepuluh lima belas," jawab Azka sambil menengok jam dinding yang menempel pada dinding kamarnya.

"Maksud Bunda bukan nanya... Sana tidur!"

"Iya."

---

Alisha menelan sarapannya pagi ini dengan susah payah, ia mencoba menahan tangisnya lantaran pagi ini yang di hidangkan ialah pertengkaran antara kedua orangtuanya di meja makan. Revo yang duduk di hadapan Alisha terlihat menahan amarahnya.

"Mas pikir enak jadi saya!? Saya ini orang berpendidikan yang hancur karena Mas!" ujar Kania penuh emosi sembari menunjuk-nunjuk suaminya dengan jari telunjuknya.

"Kamu pikir saya yang mau semuanya seperti ini? Ini semua sudah kejadian Kania, tanpa rencana, saya bisa apa?" jawab Aji terdengar dari nada suaranya segala perasaan. Marah, sedih dan frustrasi.

Baik Alisha dan Revo batin mereka sama-sama terguncang, keluarganya semakin rapuh, kedamaian dan kebahagiaan semakin menghilang dari lingkup keluarga kecilnya.

Alisha melirik abangnya yang sudah mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga tubuhnya bergetar dan

Trang!

Revo membanting sendoknya membuat suasana hening seketika.

"Mah, Pah, pisah aja sekalian! Jangan kayak orang hilang akal! Bertengkar gak kenal waktu!" ujar Revo yang sudah tak tahan dengan kehidupan keluarganya yang tak kunjung membaik.

Alisha membulatkan matanya terkejut mendengar pernyataan abangnya barusan.

"KALIAN PIKIR! CUMA KALIAN YANG PALING MENDERITA DI SINI!? KITA GIMANA?

Hilang harta gak masalah buat Revo dan Alisha asal jangan sampai hilang perasaan tenang!

Gak ada yang lebih penting dari sebuah rasa tenang Pah, Mah. Dan sekarang milik kami berdua sudah di hancurkan sama kalian berdua!

Revo gak pernah benar-benar ngerasa hidup di dalam sebuah rumah selama ini."

Revo pergi meninggalkan meja makan dengan kalimat terakhirnya itu. Kania dan Aji hanya diam tak sanggup memberi respon apapun.

Alisha juga tak sanggup lebih lama lagi berada di sana, ia akhirnya memutuskan untuk pamit dan pergi ke sekolah menggunakan angkutan umum.

---

OREOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang