versi sudah di revisi ✅
Andrian dan Andrean memang punya sikap yang 360 derajat berbeda. Semua orang tau betapa bobroknya Andrean dan betapa berkharismanya Andrian. Bagi Andrean teman Andrian adalah temannya juga, tak jarang ia ikut nebeng di mobil teman kembarannya itu, seperti saat ini.
“Huh, kenapa lo bawa mobil? Motonya lagi di cuci ya?” tanya Andrean yang duduk di bangku baris kedua tepat di tengah-tengah, dan pertanyaan itu di tujukkan untuk Azka yang tengah serius mengendarai mobil miliknya.
“Huh?” ulang Kavin tak mengerti, begitupun yang lainnya yang ikut menatap Andrean dengan tanda tanya.
“Iya huh, Azka kan dingin hehe.”
“Lah? Gimana-gimana?” sekarang Rafa yang bertanya.
“Nih coba lo ngomong Hah gitu ke tangan lo, trus lo ngomong Huh gitu, rasain deh perbedaannya.”
Penjelasan Andrean membuat semuanya langsung mengikuti perintahnya.
“Oiya! Kalo Huh gitu dingin, kalo Hah panas! Wih keren dah!” ujar Kavin antusias sembari mengulangi hal itu berkali-kali.
Andrean dan Kavin memang paling cocok jika bersama, apapun bisa mereka jadikan tawa, apapun.
“Oiya Ndre, tadi lo kenapa di hukum?” tanya Andrian yang duduk di kursi depan.
“Gara-gara gue nyontek pas ulangan, trus Alisha yang kasih tau, jadi kena juga deh dia.”
“Alisha tuh temen cewek lo kan?” tanya Nevan pada Rafa yang di jawab anggukan.
“Baik banget dia mau kasih jawaban ke lo, tapi pasti dia marah kan jadi di hukum karena lo,” ujar Rafa yang menyenderkan kepalanya di bahu Alby sembari bermain game di ponselnya.
“Dia gak marah, tapi gue ngerasa bersalah banget, berkali-kali deh tuh gue bilang maaf, trus dia jawab it’s okey sekalian berjemur, gitu.”
“Wah gila! Baik banget sih tuh cewek!” ungkap Rafa setengah tak percaya.
“Gue kalo jadi dia udah gue golok pala lo serius!” sambung Nevan sembari memperagakan menggores leher Andrean dengan tangannya.
“Itu sih bodoh.”
Seketika semuanya langsung duduk tegap dan menoleh ke si pengemudi. Azka.---
Tak hanya bising yang terdengar tetapi juga bunyi barang yang berjatuhan bersatu padu dengan teriakan. Alisha memeluk abangnya semakin erat saat bunyi barang berjatuhan itu semakin kencang. Semakin hari tidur nyenyak nyaris punah bagi Alisha, sudah pukul satu malam, ia terbangun dari tidurnya dan menelpon abangnya untuk datang ke kamarnya.
“Bang...” ucap Alisha menarik baju Revo saat abangnya beranjak untuk keluar.
“Kamu di sini aja, tidur udah malem.”
“Bang Revo mau kemana?”
“Keluar,” jawab Revo lalu keluar dari kamar Alisha dan menutup pintunya.
Alisha duduk di atas kasur, sambil memeluk lipatan kakinya, dan menegadahkan wajahnya di atas lututnya. Berharap waktu bisa berputar, dimana dirinya pernah hidup bersama keluarga yang damai dan saling mencintai. Satu hal yang Alisha pelajari dari kehidupan keluarganya adalah... kalau manusia itu bisa berubah. Jangan pernah mengharapkan seseorang akan menjadi dirinya yang abadi, karena suatu saat mereka akan berubah, entah menjadi lebih baik, atau menjadi buruk seperti apa yang terjadi di antara kedua orang tuanya.
Alisha gak tau jelas masalah apa yang membuat keluarganya menjadi jauh dari kata damai, yang ia tahu hanyalah sudah dua tahun ayah dan ibunya selalu bertengkar nyaris setiap hari.
Usai malam yang panjang akhirnya pagi tiba, Alisha datang ke sekolah dengan berjalan kaki pagi-pagi sekali. Jarak rumahnya ke sekolah sangat jauh, membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk sampai. Alisha sengaja memilih berjalan kaki karena ia butuh refreshing dari penatnya isi kepalanya semalaman.
Tentu berjalan kaki menguras cukup banyak tenaga dan waktu. Suasana sekolah sudah ramai saat Alisha datang, Alisha berjalan menuju kelasnya yang terlihat... ramai?
Alisha mempercepat gerak kakinya saat semakin jelas ia bisa melihat kalau banyak siswa dari kelas-kelas lain yang menggerubungi kelasnya, hingga jendela penuh oleh mereka yang mengintip. Cukup sulit untuk masuk ke dalam kelasnya, berulang kali Alisha menekuk tubuhnya dan memaksakan diri untuk masuk ke dalam kelas dengan cara menyalip setiap orang yang menghalanginya, hingga akhirnya terjawab sudah pertanyaan Alisha saat dirinya berhasil masuk.
“Jangan berani-berani lo deketin Azka!” ujar gadis dengan tubuh tinggi dan rambutnya yang bergelombang.
“Azka?” ulang Alisha dengan nada kecil.
Rissa dan jiwa pemberaninya, ia menatap berani ketiga senior yang berdiri di hadapannya, namun Rissa hanya diam, tak menjawab apapun, hanya mampu menunjukkan wajah sarkasnya.
Saat ketiga kakak kelas yang Alisha tentunya tau siapa mereka itu pergi, Alisha segera menghampiri Rissa yang masih diam di tempatnya.
“Riss?”
“Apa!” bentak Rissa seraya menepis lengan Alisha yang memegang pundaknya.
“Puas lo bikin gue malu!?”
Alisha masih bertanya-tanya dengan apa yang baru saja terjadi, ia juga terkejut melihat reaksi Rissa yang membentaknya seperti ini, di tambah wajah gadis itu yang memerah membuat Alisha semakin kehabisan kata-kata.
Rissa pergi meninggalkan kelas dengan membawa tasnya, Alisha tak berusaha mengerjarnya dan membiarkan gadis itu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
OREO
Teen Fiction(Batal Terbit) When you fall in love, there is no way to stop it. Just let it feel. Let it hurt. Let it flow. Karena gak ada yang salah dari sebuah perasaan. ~~~ (start 26, 01, 2018) (finish 22, 09, 2018)