versi sudah di revisi ✅
Azka memangku gitarnya dan memetik senar-senar tersebut hingga mengeluarkan nada-nada tak beraturan. Ia melamun sambil memainkan jari-jarinya pada senar gitar.
Usai larut dalam lamunannya Azka menghentikan gerak tangannya dan menoleh pada Andrian yang tengah berbaring di atas kasur dengan laptop yang ia letakkan di atas perutnya, di sebelahnya lagi ada Alby yang sudah tertidur pulas. Saat ini mereka sedang berada di rumah Azka, besok adalah hari libur dan sesuai rencana mereka akan menginap di rumah Azka. Rafa, Kavin dan Nevan sedang keluar untuk membeli camilan.
"Tanya."
Andrian yang tengah serius menonton film di laptop Azka menoleh sekilas, "Apaan?"
"Alisha," ucap Azka lagi.
"Lagi apa," lanjutnya.
Andrian akhirnya menoleh pada Azka yang tengah memandang lurus ke depan dengan gitar yang terlentang di atas pangkuannya.
"Ka lo mau sampe kapan begini? Maju sebagai diri lo sendiri, jangan berlindung di balik orang lain untuk menjadi pelindung, nahlo puyeng kan lo sama kata-kata gue?" ucap Andrian, sejujurnya ia sudah lelah dengan sikap Azka yang seakan terus bersembunyi di balik dirinya. Bukan karena Andrian lelah membantu temannya itu, melainkan Andrian tidak suka mendapat kata "terimakasih" yang seharusnya bukan dirinyalah yang berhak mendapat kata itu.
"I just- i can't."
"You can! Stop calling me for her!"
"Gue jamin lo gak akan di tolak Ka, serius gue bisa jamin!" ucap Andrian lagi sekarang ia merubah posisinya menjadi duduk.
"Bukan soal terima atau tolak."
"So?"
"Sanggup gak gue buat dia nyaman," ungkap Azka masih dengan tatapan kosong.
"You're good person Ka! Im pretty sure you can."
"Not really."
"Why?"
Azka membuang nafasnya gusar lalu menyenderkan kepalanya pada tembok di belakangnya.
"Bunda bilang banyak kemiripan antara gue sama Ayah, gue cuma takut nantinya gue treat dia kayak... Ayah gue," jelas Azka.
Jujur Andrian sedikit terkejut dengan penjelasan Azka. Ternyata temannya tidak sepengecut itu. Alasannya tidak mau mendekati Alisha ialah karena ia takut melakukan kesalahan yang bisa menyebabkan gadis itu hancur seperti apa yang pernah Ayahnya lakukan pada Ibunya.
"Lo beda sama dia Ka, lo bisa milih untuk gak ngelakuin kesalahan kayak apa yang bokap lo pernah lakuin."
"Lo tau An, kadang sikap kita dibawah alam sadar."
"Lo bisa kendaliin sikap lo Ka, lo cuma takut, lo. cuma. takut.
Mau sampe kapan lo begini hah?" tanya Andrian penuh penekanan.
"Gak tau."
Andrian membuang nafasnya kesal.
"Okey up to you," ucapnya kemudian kembali merebahkan tubuhnya.
"Cuma penyemangat nih, bisa jadi besok atau lusa gue naksir tuh cewek," ujar Andrian dengan pandangan yang kembali fokus pada layar laptop.
Azka menoleh cepat, "Jangan."
"Why not?" balas Andrian setengah tersenyum.
Azka kembali diam dan melanjutkan lamunannya.
"Dia suka ke Indomart malem-malem," ucap Andrian mengundang Azka untuk menoleh lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
OREO
Teen Fiction(Batal Terbit) When you fall in love, there is no way to stop it. Just let it feel. Let it hurt. Let it flow. Karena gak ada yang salah dari sebuah perasaan. ~~~ (start 26, 01, 2018) (finish 22, 09, 2018)