Sebagai seksi acara Alisha terus memantau persiapan acara, pagi ini ia sudah berkeringat lantaran mondar-mandir untuk mengecek perkembangan persiapan.
Para siswa baik kelas sepuluh, sebelas, dan dua belas sudah berkumpul semua di sekolah. Bell sekolah di bunyikan dan acara pelepasan siswa kelas dua belas mulai di laksanakan.
Dari kejauhan Azka yang berdiri dengan kedua tangannya yang ia letakkan di balik tubuhnya menyapu bersih sekelilingnya, hingga akhirnya yang di cari dapat Azka temukan juga di samping panggung.
Alisha memakai kaos berwarna hitam dengan tema pensi yang di gelar sekolahnya terpampang di bagian tengah kaos, lengkap dengan tanda pengenal panitia yang tergantung di lehernya, di tangan kanannya ia memegang talkie walkie, dan di tangan kirinya ia memegang kertas berisi susunan acara.
Auranya semakin cantik saat dirinya sedang sibuk seperti ini, bahkan kunciran rambutnya yang terlihat berantakan karena dirinya yang banyak gerak memberikan kesan sederhana namun menarik. Tapi itu sih menurut Azka, kalo menurut Alisha dirinya saat ini dekil bin kumel.
"Duduk," ucap Alby seraya menarik ujung kemeja batik Azka.
Azka langsung tersadar dan akhirnya duduk di bangku yang di sediakan tepat di samping Alby.
Saat ini lapangan di penuhi oleh bangku yang bersusun rapi yang di peruntukkan untuk siswa kelas dua belas dan orangtua mereka yang juga di undang dalam acara kelulusan putra-putrinya.
Alisha tersenyum bangga saat nama lengkap Azka di panggil oleh kepala sekolah untuk maju menerima penghargaan karena memperoleh nilai ujian tertinggi di sekolah.
Azka berdiri dari duduknya, sebelum melangkahkan kakinya, matanya mencari sosok Bundanya. Posisi keduanya cukup jauh, Rara menoleh menatap bangga Azka dengan seulas senyum di wajahnya. Azka membalas senyuman Bundanya, lalu melangkah menaiki panggung dan menerima piala serta mendali dari kepala sekolah.
"Azka Faeyza Arsaga mendapat rata-rata nilai 90.98, berikut uraiannya.
Bahasa Indonesia 88.26, Bahasa Inggris 93.32, Matematika 90.58, Fisika 95.20, Kimia 88.13, dan Biologi 89.87," ujar pembawa acara di atas panggung mengundang tepuk tangan kompak dan teriakan meriah dari penonton.
Di atas panggung Azka masih tersenyum kecil menatap Bundanya yang melambaikan tangannya padanya, Rara menangis bahagia memandang putranya di atas sana.
Kamal beserta keluarga dari mantan suaminya itu, tak jarang menghinanya dan menganggap segala perilakunya salah dalam mendidik Azka. Tetapi Rara selalu sabar seakan menutup kedua telinganya dengan segala kata-kata yang merendahkannya itu, ia selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk Azka dan puji syukur Azka tubuh menjadi anak yang berbakti kepadanya. Bahkan alasan Azka ingin sukses bukan untuk kekayaan, bukan untuk kekuasaan, bukan untuk populeritas, tetapi untuk membuktikan kalau ibunya membesarkannya dengan sangat baik.
Saat turun dari panggung Azka langsung menghampiri Rara dan memeluknya.
"Makasih Bunda."
"Azka pintar sekali, Nak."
Rara menyium dahi putranya penuh sayang.
Azka mengambil satu tangan Rara dan menyium punggung tangan Bundanya.
---
Andrian melangkah ke kanan namun sosok di hadapannya ikut melangkah ke arah yang sama sehingga menghalangi jalannya, kemudian ia mengambil satu langkah ke kiri namun lagi-lagi di halangi oleh sosok di hadapannya itu.
Biasanya mudah untuk menyudahi degupan hebat di dadanya setiap kali bertemu gadis ini, namun sekarang rasanya bukan sebuah kebetulan mereka bertemu, tapi gadis ini menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OREO
Teen Fiction(Batal Terbit) When you fall in love, there is no way to stop it. Just let it feel. Let it hurt. Let it flow. Karena gak ada yang salah dari sebuah perasaan. ~~~ (start 26, 01, 2018) (finish 22, 09, 2018)