20.

14.6K 766 8
                                    

versi sudah di revisi ✅

Andai seniornya itu tau bahwa dua kata yang ia ucapkan sama sekali tidak membantu gadis dengan piyama biru ini bisa tidur nyenyak malam ini. Alisha tak bisa menghilangkan senyum di wajahnya, bahkan berulang kali ia mencoba serius untuk memejamkan matanya dan loncat ke alam mimpi namun lagi-lagi gagal saat dirinya kembali teringat wajah, nada suara, dan kata "sleep tight" yang Azka ucapkan sebelum dirinya masuk ke dalam rumahnya.

Alisha merubah posisi tidurnya menjadi terlentang dan terkekeh sambil memandang langit-langit kamarnya.

"Tadi itu beneran Kak Azka kan?" gumamnya.

Alisha mulai mengenal Azka sedikit demi sedikit. Ya beginilah nasib menjadi secret admirer yang biasa menerka-nerka seperti apa sikap dia, seperti apa cara dia menyelesaikan masalah, apa kelebihan dia, apa kekurangan dia. Yap biasanya semua itu hanya tebakan dalam benak Alisha sebelum tidur, namun sekarang ia mengetahui hal itu satu persatu.

Mengenal Azka adalah hal yang akan membuat Alisha berpikir dua kali untuk membenci kota ini.

Jakarta yang mempertemukan dirinya dengan laki-laki itu. Jadi Alisha gak punya banyak alasan lagi untuk terus membenci kota ini. Kota ini sudah mengajarkannya banyak hal tentang cinta yang sebelumnya Alisha tidak ketahui.

Ternyata cinta tidak serumit itu. Tetapi Alisha jadi berpikir lagi, mungkin tidak rumit karena posisinya mencintai bukan saling. Karena katanya yang rumit itu jika sudah bersatu, karena akan ada dua kepala yang berbaur.

Terkadang Alisha percaya sama yang namanya cinta, tapi terkadang ia tidak percaya jika melihat bagaimana hubungan kedua orangtuanya.

Apa kisah percintaan yang indah itu hanya akan sampai pada kata pacaran? Alisha pernah berteori kalau ketika sudah menikah dua orang yang saling mencintai itu akan berubah menjadi dua orang dengan tujuan memenuhi kebutuhan saja, hanya sebatas itu.

---

Azka berdiri tepat menghadap sisi tembok yang berada di ruang tamu, kedua tangannya ia lipat di dada, matanya memandang figura berukuran besar berwarna hitam yang menampakkan foto kedua orangtuanya, dirinya, dan adiknya.

Melihat putranya cukup lama memandangi figura itu Rara datang dan berdiri tepat di samping Azka.

"Bun."

"Yaa?"

"Kenapa ya doa Azka gak di dengar," ucap Azka tanpa menoleh.

Di sebelahnya Rara menatap putranya yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Hush! Kok ngomongnya gitu!" ucap Rara sembari menepuk lengan Azka.

"Kenyataan.

Azila gak membaik."

Nada suara Azka sangat mewakili perasaannya, Rara merangkul putranya dan mengelus lembut lengan Azka.

"Banyak orang lupa, kalo fungsi doa itu meminta, bukan memaksa.

Kamu harus percaya pada apa pun yang kamu doakan Bang."

Azka membuang nafasnya perlahan, ucapan Bundanya benar, ia terlalu menuntut agar doanya di jabah sampai lupa kalo Allah lebih paham atas segalanya.

---

Berkali-kali Andrian mengamati teman sebangkunya yang tampak lesu hari ini. Azka menidurkan kepalanya di atas meja setiap kali guru meninggalkan kelas. Tak seperti biasanya, setiap guru selesai menjelaskan sudah menjadi kewajiban bagi Azka untuk selalu mencatat materi penjelasan guru tersebut dengan indah di bukunya.

OREOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang