9.

16.9K 846 3
                                    

versi sudah di revisi ✅

Tiga kelas Alisha lalui dengan isi kepala yang berkecamuk. Usai dari kelas MIPA-1 ia menjadi sulit fokus, entahlah ia malu mengakuinya tetapi... Ia sangat memperhatikan Azka tadi, dan sekarang bayang-bayang laki-laki itu masih menempel di kepalanya. Benar kata Neira, peletnya kuat.

Bayangkan sudah berapa waktu Alisha buang sia-sia hanya untuk memikirkan laki-laki yang katanya melekat pada hati hampir seluruh siswi di sekolah. Lebay dan berlebihan, ya jangan tanya siapa yang mengatakan itu. Jawabannya Neira.

Hari sudah malam dan wajah laki-laki yang seperti sedang salah bantal alias sakit leher itu masih terbayang di pikiran Alisha. Bagaimana gerak tangan Azka saat memasukkan uang amal ke amplop yang Alisha sugukan, bagaimana Azka memegangi lehernya sembari menoleh ke arah tembok saat dirinya sedang bercakap singkat dengan Andrian, bagaimana Azka mendorong tubuh Andrian untuk menjauh seraya mengatakan "Paansi."

"Lo yang apaansih Alisha!" Pekik Alisha menyadarkan dirinya sudah larut dalam lamunannya yang terlalu dalam, sembari menampar lemah kedua pipinya.

Alisha menyalakan ponselnya, membuka roomchat grup yang isinya tidak perlu di pertanyakan lagi. Tetapi mengingat kalau kedua temannya sedang tidak dalam kondisi akur, Alisha jadi mengurungkan niatnya dan berganti menelpon Andrean. Si opsi kedua. Karena temannya ya hanya itu, kalo gak Rissa Neira, ya siapa lagi kalo bukan Andrean.

"Watashi wa nama e wa Andrean san."

Alisha terkekeh geli mendengar suara Andrean yang mencoba mengubah nada bicaranya seperti orang Jepang.

"Sekarang Jepang nih? Perasaan kemarin Arab, besok apa?"

"Sorry gak bisa di prediksi, tergantung mood."

Alisha kembali tertawa, ia memang paling receh kalau soal candaan. Bahkan hal tidak lucu yang seharusnya tidak di tertawakan bisa membuatnya terbahak-bahak.

"Jadi gini Ndre..."

"Ya lo masih mending, lah gue!"

"HEI BELOM MULAI! UDAH ADU NASIB AJA!"

"HAHAHAHA IYA AMPUN OKE LANJUT!"

"Menurut lo, tertarik itu udah pasti suka?" tanya Alisha dengan hati-hati.

"Ya enggak lah, tertarik ya tertarik, suka ya suka."

Jawaban Andrean membuat Alisha bernafas lega, ia juga langsung merebahkan dirinya di kasur usai berjalan mondar-mandir sambil gelisah.

"Kecuali kalo lo mikirin orang itu mulu, apalagi sampe ngelamun gak jelas, itu sih namanya suka dan calon-calon bucin."

Seketika Alisha langsung mengubah posisinya lagi, menjadi duduk tegak di atas kasurnya.

"Yang bener lo Ndre?"

"Ya iya masa boong, kenapa lu?"

"Enggak gapapa, nanya doang, bye."

Sebelum Andrean menghujaninya dengan pertanyaan Alisha memilih untuk memutuskan sambungan telponnya.

Alisha menenggelamkan wajahnya di atas bantalnya, tak kuasa menahan kekesalan lantaran bagaimana bisa ia menyukai Azka!? Bertahun-tahun dirinya belum pernah terpincut rasa cinta dan sekarang ia malah menyukai laki-laki yang di sukai banyak orang!? Sangat tidak kreatif.

Sekarang Alisha jadi memikirkan apa yang akan ia lakukan esok kalau dirinya berpapasan dengan Azka. Haruskah ia menyapa? Tidak, memangnya dirinya ini siapa. Haruskah ia menunduk saja? Tidak, itu akan jadi sangat aneh.

OREOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang