Alisha mengetuk terlebih dahulu pintu kamar Azka sebelum dirinya membukanya. Azka duduk dengan kaki di luruskan di atas kasurnya dan tubuhnya bersander pada tembok, ekor matanya menatap ke arah pintu saat Alisha membukanya.
Alisha menghampiri Azka dan duduk di tepi kasur, tangannya bergerak merapikan rambut laki-laki itu yang terlihat tidak rapi.
"It's okey to be sad after making the right decision, Kak."
"Do you think it's right decision, Al? To see her face just beating up my heart, bahkan sampai sekarang."
"Azila sedih kalo kamu gak mau liat dia," ucap Alisha.
Azka kembali meneteskan air matanya dan memeluk Alisha, menyembunyikan wajahnya di balik rambut gadis itu.
"Ikhlas, ya, Kak, Allah knows everything while you know not."
Azka mengangguk tetapi ia masih mengeluarkan tangisannya. "Aku kira dia bakal sadar, Al," ucap Azka penuh isakan dan suaranya yang terbata-bata.
Alisha mengelap kedua pipi Azka yang basah oleh air mata. "Bagi Allah ini yang terbaik, ikhlas, ya? Pelan-pelan."
Azka mengangguk dan kembali meletakkan kepalanya di atas pundak Alisha.
"Kamu mau apa? Kata Ayah kamu disuruh makan dulu." Azka menggeleng sebagai jawaban. "Ini udah jam lima sore loh." Azka hanya diam tak menjawab. "Kamu mau apa?"
"Kamu di sini, temenin aku."
Hari itu Alisha bermalam di rumah Azka, ia menemani Azka hingga laki-laki itu akhirnya bisa tertidur. Beberapa kali Alisha tak sengaja tertidur, dan saat ia terbangun Azka masih tak kunjung bisa memejamkan matanya.
Alisha kembali membuka matanya perlahan dan untungnya kali ini Azka benar tertidur.
Alisha perlahan turun dari kasur dan keluar dari kamar Azka saat waktu menunjukkan pukul jam tiga pagi. Suasana rumah Azka sudah sangat sepi, semua pintu kamar juga sudah tertutup. Saat keluar dari kamar, Alisha mendapati punggung seseorang yang duduk di anak tangga paling atas.
Alisha berjalan perlahan dan menepuk pundak orang itu. "Om?"
Kamal mengelap air matanya dengan cepat lalu bergeser, ia pikir ia menghalangi jalan gadis itu, namun Alisha justru kembali masuk ke dalam kamar Azka dan keluar lagi dengan membawa tisu. Ia memberikannya pada Kamal dan ikut duduk di sebelah laki-laki itu.
"Azka gimana?" tanya Kamal sambil mengelap wajahnya.
"Syukurnya udah bisa tidur. Om gak tidur?"
"Saya gak bisa tidur, pikiran saya terpecah belah."
Alisha mengangguk mengerti. Keduanya di selimuti kesunyian cukup lama, hingga suara Kamal terdengar lagi.
"Waktu Azka lahir, saya sama Rara sebut dia jantung kita," ucap Kamal dengan pandangan tertuju ke depan, ia juga tersenyum saat mengucapkannya. "Anak pertama laki-laki itu segalanya banget buat kita. Lalu lahir Azila, kita sebut dia sapu tangan, pembersih segala duka kita. Dia anak yang ceria, membawa banyak warna di keluarga saya, hingga dia jatuh koma karena tabrak lari. Sapu tangannya saya sama Rara pergi, gak ada lagi yang bisa bersihin sedihnya kami."
Alisha masih menatap wajah laki-laki di sebelahnya yang menujukan tatapannya ke depan, sambil menyatukan jari-jari tangannya.
Kamal memberi jeda cukup lama dari cerita singkatnya, Alisha kembali mengalihkan tatapannya ke depan saat laki-laki itu ia pikir sudah selesai berbicara.
Terdengar tarikan napas panjang sebelum Kamal melanjutkan ucapannya, "Saya kehilangan keduanya, Azila pergi ninggalin saya, Azka juga benci sama saya."
"Sebenci apapun Azka sama Om, dia pasti gak bisa bohongin hatinya, dia tau Om sayang sama dia, dia juga sayang sama Om. Kalo Azila, dia pasti lebih ngerti Om, karena dia lebih bisa liat semuanya. Om udah cukup baik sebagai Ayah versi diri Om sendiri."
Kamal menoleh pada Alisha dan tersenyum simpul. "Gak ada orang tua yang merasa cukup baik, Alisha, sebaik apapun dia."
Beberpa detik setelah perbincangan itu, Kamal dan Alisha sama-sama dikejutkan oleh suara teriakan kencang dari kamar Azka yang berada di belakang mereka.
"HAAAA!"
Baik Kamal maupun Alisha langsung berlari menuju kamar Azka. Kamal langsung memeluk putranya yang terbangun dari tidurnya dengan tangisan dan teriakan memanggil nama adiknya.
"Relakan, Nak."
Kamal terus menemani Azka hingga dia tenang dan bisa tertidur lagi. Bahkan, Kamal ikut tertidur dengan posisi duduk memeluk putranya.
Alisha meninggalkan kamar Azka selama Kamal menemaninya di dalam sana. Alisha turun ke lantai bawah, di sofa terdapat kelima teman Azka yang ikut menginap di sana, mereka lah yang membantu membereskan rumah Azka ketika keluarga Azka sibuk berduka.
Alisha melewati mereka dengan berjalan perlahan. Ia pikir, semuanya sudah tertidur di waktu jam tiga pagi ini, namun rupanya Andrian sudah terbangun dan mengikutinya sampai ke teras rumah.
"Huah!" pekik Alisha cukup terkejut dengan kehadiran Andrian di belakangnya.
"Azka gimana?" Suara berat khas bangun tidurnya terdengar.
"Tadi kebangun, teriak-teriak, denger gak?"
Dengan mata masih mengantuk Andrian mengangguk. "Iya, tadi denger."
Alisha duduk di bangku yang berada di luar rumah Azka tepatnya di teras depan pintu masuk. "Dia sayang banget ya sama adiknya," ucap Alisha.
"Banget, Lish. Gak lebay, sih, Azka sesedih itu ditinggal Azila, dia banyak ngelewatin masa-masa sulit, salah satunya ngeliat Azila kecelakaan."
"Kak Azka liat?"
Andrian mengangguk. "Dia yang dihubungi pertama sama orang setempat. Setelah itu, dia gak bisa tidur berhari-hari, kerjaannya ngelamun, tidur sebentar, terus teriak dan kebangun," tambah Andrian lagi.
Alisha baru tau kisah ini, ternyata Azka banyak melewati masa-masa sulit juga, pantas Azka paling anti membahas soal adiknya, ternyata kisah Azila menciptakan goresan luka pada dirinya.
"Tante Rara gimana?" tanya Alisha.
"Tadi gue denger, kata tantenya Azka dia gak tidur sama sekali, masih nangis."
Alisha hanya meresponsdengan menarik napas panjang dan membuangnya perlahan. Alisha belum mengenalAzila, namun tampaknya ia bisa menyimpulkan seberapa indah sosok gadis itulewat kepergiannya.
---
HAI!! OREO batal terbit guys huhu maaf yaa buat kalian yang tanyain soal OREO versi buku kapan terbit dls, maaf udah buat kalian nunggu tapi endingnya batal, aku juga sedih huhu tapi gapapa!! YOK BISA YOK LIFE IS STILL GOING ON <3
Enjoyy versi wattpad aja ya teman-teman!!
Have a nice day <3
KAMU SEDANG MEMBACA
OREO
Teen Fiction(Batal Terbit) When you fall in love, there is no way to stop it. Just let it feel. Let it hurt. Let it flow. Karena gak ada yang salah dari sebuah perasaan. ~~~ (start 26, 01, 2018) (finish 22, 09, 2018)