29.

15.3K 693 20
                                    

Everybody has a chapter they don't read out loud.

Jam satu malam Rara dan Kamal ditelepon oleh pihak rumah sakit terkait kondisi putrinya. Azila dikabarkan bangun dari komanya setelah tiga tahun mereka menanti hari ini tiba, namun rupanya tak berlangsung lama, bahkan saat mereka masih di perjalanan, rumah sakit kembali memberi kabar bahwa Azila kembali tidak sadarkan diri.

Begitu banyak harapan yang Kamal, Rara dan Azka pegang kokoh, mereka tak pernah sekali pun menyerah memohon kepada Sang Kuasa atas kesempatan kedua bagi putrinya untuk bisa sehat kembali.

Azka duduk di bangku besi yang berada di luar ruangan, sementara Rara dan Kamal berada di dalam. Azka meletakkan siku tangannya di atas lututnya dan memandang kosong ke depan.

Saat satu hari di mana adiknya bisa terbangun lagi, dia pasti akan terkejut dengan banyaknya perubahan yang terjadi selama dia tertidur, salah satunya perpisahan antara kedua orang tuanya. Terkadang Azka marah, ia merasa tidak adil hanya dirinya yang mengalami masa-masa sulit itu, namun terkadang Azka bersyukur kejadian kelam itu terjadi saat adiknya tak bisa merasakan suasana itu. Saat-saat di mana dirinya dikejutkan oleh pengkhianatan yang terjadi di antara keluarganya, belum lagi dirinya diminta memilih antara Rara dan Kamal. Sejauh ini, itu adalah pilihan tersulit dalam hidup Azka. Andai ada Azila, mungkin dia bisa membagi dukanya bersama adiknya itu, namun apa daya ia harus melewati semuanya sendiri.

---

Alisha pikir, menginjak kelas dua belas ia bisa lebih fokus untuk belajar mata pelajaran UTBK guna menjadi persiapannya mengikuti tes nanti. Namun, ternyata di kelas dua belas ia semakin tak punya waktu untuk menekuni beberapa mata pelajaran saja, karena nyatanya kelas dua belas semakin banyak tugas, ujian, tugas, ujian yang seakan tak ada hentinya menghantam otaknya, belum lagi materi pelajaran yang semakin rumit membuatnya ingin sekali cepat-cepat lulus.

Alisha menjambak rambutnya guna meringankan pening yang terasa di kepalanya saat Bu Rita keluar dari kelas, Rissa merebahkan kepalanya di atas meja dan memperhatikan Alisha.

"Kenapa lo?"

Alisha menggeleng sambil memejamkan matanya dan tangannya juga masih mencenkam rambutnya.

Mungkin alasan dari sakit kepalanya karena pagi ini ia tak sarapan apapun dan langsung berangkat ke sekolah, di tambah pelajaran pertama adalah fisika yang semakin membuat energinya seakan terkuras.

Alisha beralih menidurkan kepalanya di atas meja seperti Rissa sambil menunggu guru selanjutnya datang untuk mengajar, ia membuka ponselnya.

Azka : Ketemu.

Azka : Yuk!

Love your partner in their love language. Semenjak Alisha tau apa bahasa cinta Azka ia selalu menyanggupi hal itu.

Alisha tak pernah menolak permintaan Azka untuk bertemu, sesibuk apapun dirinya, selelah apapun dirinya, ia tak pernah mengatakan tidak.

Baginya, Azka telah memberikan banyak hal untuknya, meliputi kebahagiaan yang sederhana namun nyata dan bermakna mewah bagi Alisha. Alisha sadar, hidupnya sudah jauh dari kata harmonis, namun hadirnya Azka seakan menjadi lentera baginya untuk masih bisa tersenyum, karena hanya tinggal laki-laki itu yang masih mengharapkan senyumnya.

Saat pulang sekolah, Azka menjemput Alisha langsung dari Depok, jadi tentu membutuhkan waktu yang lama. Namun, Alisha tak mengeluh sama sekali, walaupun dirinya harus menunggu Azka di luar gerbang lantaran sekolah sudah kosong dan dikunci.

Alisha mempersiapkan senyumnya saat mobil hitam itu berhenti tepat di depannya. "Hai," sapa Alisha sembari duduk.

Azka hanya diam, dari wajahnya Alisha sudah bisa membacanya kalau suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja.

OREOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang