🌌35

3K 311 17
                                    


Soonyoung melangkah menelusuri areal pemakaman ini, yang amat sangat dikenalnya. Tadi di tempat parkir, dia melihat mobil Wonwoo di sana. Jadi adiknya dan Jihoon memang benar-benar sedang ada di sini. Dia sering sekali kemari. Meletakkan bunga di atas makam Ayah Jihoon, kemudian menghabiskan waktu berjam-jam di sana untuk meminta maaf. Memohon ampun kepada ayah dan ibu Jihoon.

Langkahnya terhenti ketika melihat dua sosok yang sangat familiar di kejauhan, itu, Jihoon dan Wonwoo, Soonyoung mempercepat langkahnya untuk kemudian menemui Wonwoo yang sedang berseru panik sambil berusaha membimbing Jihoon yang berjalan tertatih-tatih.

"Ada apa?" Soonyoung bertanya cepat, dan ketika melihat keadaan Jihoon dia sudah tahu apa yang akan terjadi, bahkan sebelum Wonwoo menjelaskannya.

"Air ketubannya pecah." Wonwoo menjerit panik, "Kita harus segera membawanya ke rumah sakit, Soonyoung!"

Soonyoung berdebar. Oh astaga. Jihoon akan segera melahirkan, dan mereka masih di sini, di tengah areal pemakaman yang luas, yang harus ditempuh dengan jalan kaki beberapa ratus meter lebih sebelum mencapai parkiran mobil. Tetapi Soonyoung tidak sempat berpikir, dengan sigap dipeluknya Jihoon dan diangkatnya ke dalam gendongannya.

"Berjalanlah dulu ke mobil, aku akan menyusul." Soonyoung memerintahkan Wonwoo yang segera berlari untuk mengambil mobilnya. Dengan langkah cepat, Soonyoung setengah berlari sambil mengangkat Jihoon, sambil tetap berhati-hati agar tidak menabrak batu-batu nisan yang berjajar.

"Maafkan aku Soonyoung, aku tidak tahu kalau sekarang saatnya."

"Tidak apa-apa sayang, Bertahanlah ya, aku akan membawamu ke rumah sakit."

Jihoon berpegangan erat di tubuh Soonyoung yang sedang berjalan cepat. Lelaki itu tampak sedikit terengah. Tentu saja, dengan usia kehamilannya yang sembilan bulan ini, Jihoon sangat berat, dan Soonyoung menggendongnya sambil setengah berlari.

Beberapa lama kemudian, mereka sampai ke areal parkiran, Wonwoo sudah menunggu di ujung paling dekat dengan pintu penumpang belakang yang terbuka. Soonyoung langsung masuk dan menutup pintunya. Lalu Wonwoo melajukan kendaraannya menuju rumah sakit terdekat.

"Bagaimana keadaanmu Jihoon?" Wonwoo berteriak sambil melirik dari kaca mobil.

"Dia bertahan." Soonyoung yang menjawab karena Jihoon sedang mengerang merasakan kontraksi, sementara itu ban mobil berdecit karena Wonwoo menghindari pengendara yang menyalip dari sebelah kiri, "Fokus ke jalan, Wonu!"

Soonyoung merasakan cengkeraman erat Jihoon di lengannya ketika Jihoon mengalami kontraksi. Jarak kontraksinya makin dekat dan Soonyoung makin cemas.

"Tarik napas dalam-dalam Jihoon." Soonyoung mengingatkan Jihoon cara menarik napas, seperti yang pernah diajarkan kepada mereka ketika mengikuti latihan persiapan kelahiran beberapa waktu lalu. "Nah begitu, hembuskan pelan, tarik napas lagi. Sebentar lagi kita sampai."

"Maafkan aku Soonyoung....aku..." Jihoon menarik napas panjang, di sela kontraksinya, "Aku tidak tahu akan melahirkan sekarang, kalau tahu, aku akan diam saja di rumah."

Soonyoung tersenyum frustasi, "Selama ini aku menahanmu di rumah supaya ketika kau melahirkan aku bisa dengan cepat membawamu ke rumah sakit, tetapi bayi ini rupanya punya maunya sendiri. Bertahanlah Jihoon." Soonyoung menggenggam tangan Jihoon ketika kontraksi itu datang lagi, "Kita sudah hampir sampai."

***

Mereka sampai beberapa waktu kemudian dengan kelihaian Wonwoo menembus kemacetan jalan raya. Ketika sampai di UGD, Jihoon ditidurkan di atas ranjang dorong, dan Soonyoung terus memegangi tangannya. Sampai Jihoon dipindahkan ke ruangan melahirkan.

Alat-alat dipasang. Dan alat pemindai detak jantung bayi disambungkan. Suara keras langsung terdengar, suara degup jantung si bayi yang mengencang ketika Jihoon mengalami kontraksi.

Soonyoung terus menggenggam tangannya ketika team dokter dan perawat mempersiapkan proses kelahiran bayi mereka. Dengan lembut digenggamnya tangan Jihoon, memberikan semangat,

"Ayo sayang. Kita lahirkan bayi kita ke dunia."

***

Helena Kwon lahir dua puluh menit kemudian dengan tangisan kerasnya yang memekakkan telinga. Dia bayi yang cantik, sehat, dengan kulit kemerahan dan rambut tebal dan gelap, sedikit ikal seperti rambut ayahnya.

Dokter memotong tali pusarnya dan para perawat membersihkannya untuk kemudian menyerahkan bayi yang masih menangis keras itu ke dalam pelukan ibunya.

Jihoon berkeringat, setelah proses melahirkan pertamanya yang melelahkan. Tetapi dia bahagia, mendengarkan tangis bayinya yang begitu keras dan sehat, memenuhi ruangan. Diterimanya tubuh bayinya yang lembut dan hangat itu dalam buaiannya, kepalanya mendongak menatap Soonyoung yang sedang menatap anaknya dengan terpesona. Sama-sama takjub. Pengalaman ini luar biasa, mengantarkan anak mereka lahir ke dunia ini.

Mereka menjadi orangtua sekarang, dari seorang bayi kecil yang tanpa dosa. Tanggung jawab yang membahagiakan melimpahi pundak mereka, tanggung jawab untuk membahagiakan anak mereka. Buah cinta mereka. Bagaimana mungkin Soonyoung bisa melepaskan Jihoon setelah semua ini?

Jihoon mendekatkan puting bayi itu ke mulutnya, dan dengan alami mulut bayi itu mencari-cari, menemukan puting itu, melahapnya dan menghisapnya. Air susunya memancar deras, melimpahi anaknya.

Soonyoung menyentuhkan jemarinya di pipi anaknya, matanya basah tanpa sadar, oleh rasa haru dan bahagia,

"Dia putri kecilku yang pintar...." Soonyoung berbisik, suaranya tercekat. Tidak tahu harus bilang apa.

Jihoon tersenyum kepada Soonyoung, merasakan betapa dia mencintai suaminya. Suaminya yang lembut, penyayang, dan mencintainya sepenuh hati. Betapa kejamnya dirinya, mendera Soonyoung dengan hukuman kejam, tidak memaafkannya atas kesalahan masa lalu yang dilakukannya. Soonyoung sudah menebus dosanya, dia sudah berusaha. Jihoon seharusnya membuka hatinya dan memaafkan Soonyoung dari dulu.

"Aku mencintaimu, Soonyoung." Jihoon berbisik, membuat Soonyoung yang sedang mengamati putrinya yang menyusu terperanjat, di tatapnya Jihoon dengan pandangan ragu,

"Apa Jihoon? Kau tadi bilang apa?", Soonyoung sudah mendengarnya tentunya. Tetapi hatinya terlalu takut untuk percaya. Dia butuh mendengar sekali lagi....

Jihoon memberikan senyumannya yang paling indah untuk Soonyoung, dan membuka mulutnya untuk mengulangi pernyataan cintanya kepada lelaki itu, tetapi para perawat tiba-tiba menyela mereka.

"Permisi Tuan Hoshi, kami akan membersihkan sang ibu. Mungkin tuan bisa menunggu di kamar pasien. Kami akan mengantar Nyonya Jihoon dan putri anda ke sana nanti."

Soonyoung sebenarnya hendak membantah, tetapi kemudian melihat para perawat dengan cekatan menyelesaikan tahap akhir perawatan pasca melahirkan kepada Jihoon. Dengan diam dia melangkah mundur dan keluar dari ruangan itu.

Jantungnya masih berdebar. Tidak percaya dengan pernyataan cinta Jihoon, ketika dia menemui Wonwoo dan mamanya yang menunggu dengan cemas di luar.

"Kami mendengar tangisannya, bagaimana Jihoon dan bayinya?" Wonwoo berdiri menatap tidak sabar ke arah kakaknya.

"Keduanya baik-baik saja. Bayinya...putriku sehat dan begitu cantik." Soonyoung tersenyum, lalu menatap adiknya dengan rapuh. "Dia tadi bilang dia mencintaiku."

"Apa?"

"Jihoon tadi bilang dia mencintaiku." Mata Soonyoung mulai basah dan panas, dadanya terasa sesak oleh berbagai perasaan yang bergejolak, diusapnya wajahnya dengan tangan gemetaran. "Dia mencintaiku, Jihoon mencintaiku."

Wonwoo menatap kakaknya dengan haru dan mengerti. Ini adalah saatnya. Ini adalah ujung penantian Soonyoung. Lelaki itu hidup dengan menanggung rasa bersalah sebagai yang tak termaafkan. Beban itu luar biasa berat di pundaknya, membebaninya setiap saat. Dan sekarang, dengan pernyataan cinta Jihoon, berarti Jihoon sudah memaafkan Soonyoung. Soonyoung sudah dimaafkan. Wonwoo menyadari betapa beban itu telah terlepas sepenuhnya dari pundak Soonyoung.

Dengan lembut dipeluknya kakaknya, Soonyoung tidak menolak pernyataan kasih sayang itu, dia menyandarkan tubuhnya kepada adiknya, menumpahkan rasa harunya yang meluap-luap membuat matanya basah. Sementara sang mama menyusut air matanya sambil mengusap punggung Soonyoung penuh rasa haru.

Tbc

【√】HEROES ↪soonhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang