🌌33

2.7K 295 8
                                    


"Tidak apa-apa kan kalau kita tidur sekamar?" Soonyoung berkata ketika dia selesai mandi, menemui Jihoon di ruang keluarga. "Aku berjanji tidak akan menyentuhmu atau memaksakan hasratku. Aku hanya ingin menjagamu. Biasanya perempuan hamil sering pusing, muntah, atau membutuhkan hal -hal lainnya di tengah malam atau dini hari. Aku ingin bisa ada dan membantumu kalau aku tidur di sebelahmu."

Soonyoung tampak begitu tulus. Jihoon membatin. Dia mungkin bisa mempercayai Soonyoung. Tetapi dia tidak bisa mempercayai dirinya sendiri. Bayangan tidur bersama Soonyoung lagi setelah sekian lama membuatnya gemetar. Dan di ranjang itu, ranjang yang sudah tak terhitung berapa kali banyaknya, menjadi tempat mereka berdua larut dalam hasrat sensual.

Jihoon gemetar. Tetapi dia menahan diri. Apa yang dikatakan Soonyoung itu bisa diterimanya. Kadang dia memang bangun di tengah malam, merasa lapar, atau kehausan yang luar biasa. Dan memikirkan ada Soonyoung di sebelahnya membuatnya merasa tenang.

***

Malam itu, malam pertama mereka tidur bersama setelah sekian lama. Jihoon berbaring jauh di sudut ranjang yang lain. Matanya nyalang, tidak bisa tidur. Sementara Soonyoung yang berbaring di sudut ranjang yang lain, tidak ada bedanya. Lelaki itu bolak-balik menggerakkan badannya dengan gelisah, membuat ranjang bergerak-gerak.

Ketika akhirnya Jihoon berhasil memejamkan matanya, Soonyoung yang sedang membalikkan badannya, tanpa sengaja menyentuhkan lengannya ke pundak Jihoon,

"Ups maaf."

Jihoon merasa kesal. Dia gelisah dan tidak bisa tidur, dan Soonyoung membuat semuanya makin buruk, "Jangan bergerak-gerak terus..."

Di luar dugaan Soonyoung terkekeh, membuat Jihoon memutar tubuhnya dan memelototi suaminya itu,

"Kenapa kau tertawa?"

"Karena kita berdua lucu." Lelaki itu tersenyum simpul. Dan tiba-tiba dengan gerakan cepat hingga Jihoon tidak sempat menolaknya, Soonyoung merengkuh Jihoon ke dalam pelukannya, kepala Jihoon bersandar di rengkuhan lengan dan dada Soonyoung, sementara lengan Soonyoung melingkari pinggang Jihoon dengan posesif,

"Apa-apaan..." Jihoon berusaha melepaskan diri, tetapi Soonyoung menahannya dengan lembut,

"Please Jihoon. Biarkan aku memelukmu. Aku tidak akan berbuat lebih. Mungkin dengan posisi begini kita bisa tidur lebih nyenyak. Aku butuh tidur Jihoon, aku kurang tidur beberapa hari ini."

Karena menungguinya di rumah sakit dan harus tidur di sofa yang tidak nyaman itu. Jihoon membatin, sedikit merasa bersalah. Akhirnya dia terdiam, menikmati gerakan naik turun napas Soonyoung yang teratur di pipinya. Dan menikmati suara debaran jantung Soonyoung, yang bagaikan musik pengantar tidur untuknya.

***

Semua wanita hamil di dunia ini pasti menginginkan suami seperti Soonyoung. Jihoon membatin. Lelaki itu selalu siap sedia. Menggenggam lengan Jihoon dengan lembut ketika berjalan. Di pagi hari ketika Jihoon lari ke kamar mandi dan memuntahkan makanannya, Soonyoung menyusulnya, memijit tengkuknya dengan lembut, lalu melap wajahnya dengan handuk dan air hangat untuk membuatnya merasa lebih baik. Ketika kembali ke kamarnya, di sana sudah tersedia teh mint dan biskuit asin untuk mengatasi rasa mualnya.

Pun di malam harinya, ketika Jihoon terbangun, merasakan haus, atau lapar. Lelaki itu langsung terjaga, menuangkan air untuknya, atau mengupaskan apel untuk mengisi perutnya. Dan setelah itu semua, Soonyoung akan memeluk Jihoon di atas ranjang, mengusap punggungnya yang pegal dengan lembut, hingga Jihoon tertidur dengan nyaman.

Kehamilannya sudah mencapai usia sembilan bulan. Tanpa terasa mereka menjalani kehidupan perkawinan dengan baik, tanpa ada percikan pertengkaran di dalamnya. Mereka saling menghargai, saling menghormati, dan menjaga satu sama lain.

Meskipun ada yang berbeda. Soonyoung tampak formal dan jauh. Lelaki itu memposisikan dirinya sebagai penjaga dan perawat Jihoon. Tidak lebih dari itu. Pelukannya di malam haripun tidak mengandung unsur sensual, hanya dilakukannya untuk membuat Jihoon merasa nyaman. Tidak ada sentuhan penuh gairah, tatapan membara ataupun bisikan serak bernada sensual. Soonyoung benar-benar menepati janjinya.

Pernah di suatu malam, ketika Soonyoung memeluknya, bayinya menendang untuk pertama kalinya, mendesak Soonyoung, membuat lelaki itu memandang Jihoon dengan takjub. Jemari mereka saling bertumpukan di perut Jihoon, merasakan momen menakjubkan mereka sebagai orangtua untuk pertama kalinya. Malam itu, mata Soonyoung berkaca-kaca, dan lelaki itu mengecup bibirnya lembut, penuh emosi. Tetapi hanya itu. Setelah itu Soonyoung memeluk Jihoon seperti biasa sampai tertidur.

Jihoon bisa melihat dengan jelas kasih sayang Soonyoung untuknya. Bisa merasakan ketulusan lelaki itu untuknya. Jauh di dalam hatinya, dia menyayangi suaminya itu. Tetapi di sisi lain, kenyataan tak terelakkan tentang masa lalu mereka menjadi penghalang. Jihoon masih belum siap untuk memaafkan Soonyoung, atas kebohongannya dan atas kelalaiannya yang menyebabkan kematian ayahnya. Apakah ayah dan bunya akan marah kepadanya kalau dia memaafkan Soonyoung? Jihoon sering bertanya-tanya seperti itu di dalam hatinya. Merasa takut bahwa ternyata dia telah mengkhianati keluarganya dengan memberikan kesempatan kepada Soonyoung.

Bayi ini sudah akan lahir. Jihoon mengelus perutnya yang membesar, dan tersenyum. Anak mereka akan lahir dalam waktu dekat, dan Jihoon tidak sabar menanti untuk merengkuh bayi itu ke dalam pelukannya.

Tetapi benaknya terasa berat. Memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah anak ini lahir.

Tbc






Keren banget beuh😍😍😍

Teaser aja keren, apalagi MV😍😍

【√】HEROES ↪soonhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang