🌌19

2.3K 247 23
                                    

"Makanan ini enak sekali." Yuju sepertinya sudah berdandan habis-habisan untuk makan malam mereka. Gaun sutranya panjang dan berwarna keemasan, nampak membungkus tubuh indahnya dengan sempurna dan indah. "Mungkin aku harus membujuk kokimu supaya mau ikut denganku."

"Alfred tidak akan mau. Baginya pulau ini adalah rumahnya."

Yuju tersenyum sensual kepada Soonyoung, "Ah, kau seperti lupa bagaimana caraku membujuk dan merayu.. Soonyoung, mungkin aku harus mencari kesempatan untuk mengingatkanmu kembali."

Jihoon hampir tersedak mendengar rayuan yang diucapkan dengan gamblang itu. Oh Astaga, apakah dia harus menghadapi itu setiap hari ketika Yuju ada di sini? Dia merasakan sengatan perasaan aneh setiap Yuju merayu Soonyoung entah dengan bahasa tubuhnya ataupun dengan kata-kata tersiratnya. Seperti sengatan perasaan marah yang membuat dadanya panas. Membuatnya terdorong untuk menyembunyikan Soonyoung di balik punggungnya, lalu menghadapi Yuju dengan galak sambil berteriak Soonyoung adalah Suamiku.

Apakah dia merasa cemburu? Jihoon mengernyitkan keningnya sambil mengaduk-aduk makanan di piringnya. Oh astaga. Kalau benar dia cemburu berarti dia mempunyai perasaan lebih kepada Soonyoung. Apakah dia mencintai lelaki itu? Mungkin saja. Mungkin saja dia sudah mencintai lelaki itu tanpa sadar di saat-saat kebersamaan mereka yang menyenangkan, di saat-saat percintaan mereka yang penuh gairah sekaligus kelembutan. Mungkin saja Jihoon sudah mencintai Soonyoung.

"Kenapa kau tidak menyantap makananmu Jihoon?" Soonyoung berbisik lembut kepada Jihoon yang duduk di sisi kirinya, mengamati isi piring Jihoon yang tetap utuh tidak disentuh, hanya dimain-mainkan di piring.

"Aku sedikit tidak enak badan." Jihoon tidak berbohong, tiba-tiba saja dia merasa pening.

Soonyoung langsung menyentuh dagunya, membuat Jihoon mendongak menatapnya, lalu mengamati wajah Jihoon dengan cemas, "Kau sakit sayang? Ada dokter di desa, aku akan memanggilkannya untukmu."

"Tidak perlu." Jihoon meringis, "Mungkin aku hanya perlu tidur lebih awal."

"Aku akan mengantarmu." Soonyoung hendak beranjak sambil menghela Jihoon ketika Yuju bergumam,

"Ada yang perlu kubicarakan denganmu Soonyoung, penting. Setelah kau mengantar istrimu, aku menunggumu di perpustakaan."

Soonyoung tidak menjawab, hanya mengucapkan permisi dengan sopan. Lalu membimbing Jihoon ke kamar, meninggalkan Yuju sendirian di ruang makan.

***

Soonyoung membaringkan Jihoon dengan lembut dan menyelimutinya,

"Kalau pusingmu tidak membaik, aku akan memanggil dokter."

"Aku cuma perlu tidur." Jihoon tersenyum lembut kepada Soonyoung.

Soonyoung duduk di tepi ranjang dan membalas senyuman lembut Jihoon, diusapnya rambut di dahi Jihoon dengan penuh sayang,

"Yuju bisa tidak tertahankan kalau dia mau. Jangan sampai dia membuatmu sakit. Dia akan senang kalau berhasil melakukannya." Dengan hati-hati dikecupnya dahi Jihoon,

"Tidurlah sayang, semoga ketika kau bangun nanti, pusingmu sudah hilang."

"Mau kemana?" Jihoon berseru tanpa sadar ketika Soonyoung berdiri dan hendak menjauh dari ranjang. Soonyoung tersenyum meminta maaf,

"Aku akan ke perpustakaan. Aku ingin tahu apa yang ingin dibicarakan Yuju, sehingga aku bisa tahu apa tujuannya datang ke sini, mungkin aku bisa mengusirnya secara halus." Jemari Soonyoung menyentuh ujung jari Jihoon dengan lembut, "Jangan cemas. Aku akan membereskan semuanya,"

Sepeninggal Soonyoung, Jihoon berbaring dengan mata nyalang semakin merasa pening. Tadi dia menahan diri sekuat tenaga untuk tidak berteriak dan mencegah Soonyoung pergi dari kamar ini. Jauh di dalam hatinya dia tidak mau Soonyoung pergi dan menemui perempuan cantik itu. Bagaimana kalau Soonyoung jatuh dalam godaan Yuju? Perempuan itu begitu cantik, dan suasana perpustakaan di malam hari begitu intim.... dan mengingat betapa gigihnya Yuju, tidak menutup kemungkinan perempuan itu akan berhasil merayu Soonyoung bukan?

Ingin sekali Jihoon menyusul ke perpustakaan, sekedar untuk memastikan, atau mungkin mencuri dengar. Tetapi dia menahan diri. Tidak. Dia harus mempercayai Soonyoung.

***

"Sekarang kita tinggal berdua saja." Yuju tersenyum menggoda dan menghempaskan dirinya di sofa empuk di perpustakaan itu, dia lalu menyilangkan kakinya dengan menantang, "Duduklah Soonyoung, terasa aneh kalau kita berbicara berjauhan begini." ajaknya kepada Soonyoung yang dari tadi berdiri sambil bersandar di meja kerjanya di ujung ruangan.

Wajah Soonyoung tampak dingin, tidak menanggapi ajakan Yuju.

"Kenapa kau kemari Yuju, apa tujuanmu?"

"Apakah tidak boleh? Aku merindukanmu Soonyoung, merindukan saat-saat kita bersama."

"Aku sudah beristri dan sekarang sedang berbulan madu. Kurasa itu sudah cukup jelas untukmu."

"Kau sudah beristri atau tidak, sama sekali tidak ada pengaruhnya untukku. Aku tetap bersedia menjadi kekasihmu. Tempatmu melampiaskan gairahmu." Suara Yuju menjadi serak dan sensual, seperti ajakan untuk bercinta

Soonyoung menyipitkan matanya. Wajah tampannya nampak mengeras, menahan amarah.

"Aku tidak butuh kekasih karena aku sudah beristri. Aku sudah punya tempat untuk melampiaskan gairahku."

Kata-kata Soonyoung itu langsung menggores hati Yuju, membuatnya terbakar cemburu yang luar biasa. Tetapi tentu saja perempuan itu tidak membiarkan Soonyoung melihatnya. Dia lalu berdiri dan mendekati Soonyoung, mereka berhadap-hadapan dengan begitu dekatnya,

"Aku bisa lebih hebat dari perempuan manapun menyangkut soal seks. Kau juga mengakuinya kan? Bertahun lamanya kau tidak bisa melepaskan diri dariku, kau selalu datang kepadaku ketika kau bergairah, dan aku yakin, perempuan seperti dia tidak akan bisa menyaingiku."

Soonyoung memalingkan mukanya dengan jijik. Jihoon memang tidak bisa dibandingkan dengan Yuju. Bukan karena teknik di ranjangnya. Tetapi karena Jihoon telah berhasil memuaskan Soonyoung, secara fisik, dan secara batin. Itu yang tidak dapat dilakukan oleh Yuju, dan karena itulah Soonyoung meninggalkannya.

Ketika Soonyoung kembali menatap Yuju, pandangannya begitu dingin,

"Jangan ganggu Jihoon, atau aku akan membuatmu menyesal."

Yuju memundurkan langkahnya, mengenali kemarahan menakutkan dalam diri Soonyoung.

"Diakah perempuan yang selalu kau panggil ketika bercinta denganku?" Suara Yuju mulai goyah, tidak bisa lagi menutupi emosinya.

Soonyoung menatap Yuju dengan tajam. "Ya."

Sebuah tamparan keras langsung mendarat di pipi Soonyoung. Tamparan dari Yuju, begitu kerasnya sampai membuat pipi Soonyoung terasa panas. Tetapi dia diam dan membeku, menatap Yuju tanpa ekspresi. Mungkin dia pantas menerima tamparan ini.

Mata Yuju berkaca-kaca, kebencian dan kemarahan meluap dari dalam dirinya, ketika dia berbicara, suaranya gemetar,

"Padahal aku mencintaimu...." Yuju mulai terisak, "Dan aku menahan kepedihan ketika kau memanggil nama wanita lain setiap bercinta denganku. Aku bertahan.... tetapi kau... kau.... kau sungguh lelaki yang tidak punya hati!" Yuju tidak dapat melanjutkan kata-katanya lagi. Dia membalikkan tubuhnya dan setengah berlari pergi.

Sementara itu Soonyoung membeku beberapa lama setelah Yuju pergi. Kemudian jemarinya mengusap bekas tamparan di pipinya.

Oh Astaga. Yuju mencintainya?





Tbc

【√】HEROES ↪soonhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang