🌌36

3.7K 279 10
                                    

Ketika Jihoon diantarkan ke kamar pasien, Soonyoung sudah menunggu dengan cemas. Menit-menit berlalu selama Soonyoung menunggu dan jantungnya berdebar. Apakah benar yang didengarnya tadi? Ataukah dia salah dengar?

Jihoon tampak begitu tenang dan nyaman. Putri kecilnya terlelap dengan kenyang di boks bayi kecil yang diletakkan di samping ranjang. Dengan hati-hati Soonyoung melangkah mendekati ranjang dan duduk di tepinya,

"Bagaimana keadaanmu?" dengan lembut diselipkannya sedikit rambut Jihoon yang menjuntai ke balik telinganya.

Jihoon melirik ke arah bayinya dengan lembut, lalu menatap Soonyoung dan tersenyum, "Aku baik-baik saja."

"Apakah kau mau mengulangi perkataan yang kau katakan di ruang melahirkan tadi?" Soonyoung langsung bertanya, tidak kuat menahan penantian yang membuat debaran jantungnya makin melaju,

"Perkataan apa?" Jihoon mengerutkan keningnya menggoda Soonyoung. Hal itu membuat wajah Soonyoung menjadi pucat.

"Jihoon." Soonyoung mengingatkan bahwa dia serius, tahu kalau Jihoon sedang menggodanya.

Jihoon tersenyum dan menghela napas, jemarinya menyentuh kerutan lembut di antara kedua alis Soonyoung, mengusapnya hingga kerutan itu hilang, "Aku mencintaimu Kwon Soonyoung... suamiku."

"Jihoon!" Soonyoung memekik, dan langsung membungkukkan tubuhnya, memeluk Jihoon erat-erat penuh kebahagiaan.

***

Mereka berdiri berdampingan di depan makam kedua orang tua Jihoon. Soonyoung merangkul Jihoon erat-erat. Dalam keheningan yang syahdu. Setelah itu, tanpa kata, Soonyoung meletakkan rangkaian bunga ke makam ayah dan ibu Jihoon.

"Apa yang kau katakan kepada mereka?" Jihoon menatap suaminya dengan lembut, ketika mereka berjalan pulang melalui areal pemakaman itu.

Hari ini Helena genap berumur dua bulan. Setiap bulan mereka mengunjungi makam kedua orang tua Jihoon dan meletakkan bunga.

Soonyoung tersenyum dan mengecup dahi Jihoon dengan lembut, "Kata-kata yang sama, bahwa aku meminta maaf dan berjanji akan menjaga putri mereka dengan sebaik-baiknya."

Jihoon memeluk Soonyoung dengan erat, "Kau sudah melakukan janji itu dengan sangat baik."

"Dan akan terus kulakukan tanpa mengenal lelah." jawab Soonyoung lembut.

Mereka melangkah menuju mobil mereka dan melanjutkan perjalanan pulang dalam keheningan, Suasana terlalu syahdu dan indah untuk dipecah dengan percakapan.

Sesampainya di rumah, Jihoon langsung menuju kamar bayi. Menengok putrinya, Helena sedang tertidur pulas di balik selimut warna pinknya. Tadi dia sudah menyusui anaknya sebelum meninggalkannya sebentar untuk ke makam.

Soonyoung menyusul, berdiri di belakangnya dan memeluknya lembut, bersama-sama mereka menatap buah hati mereka yang tertidur dalam damai,

"Dia sangat cantik...seperti ibunya." Soonyoung mendesahkan pujiannya, lalu mengecup leher Jihoon dari belakang, "Hmmmm kau sangat harum, aroma bedak bayi..." bisik Soonyoung mesra.

Jihoon tertawa. Bekas memandikan anaknya telah meninggalkan aroma khas bayi di tubuhnya, dengan manja dia membalikkan tubuhnya dan mendongakkan kepalanya, lalu menatap Soonyoung menggoda,

"Mau tidur siang?"

Soonyoung mengernyitkan keningnya, menatap Jihoon dengan ragu. "Memangnya kau sudah bisa?"

Soonyoung belum pernah menyentuh Jihoon sejak pertikaian hampir setahun yang lalu. Bahkan ketika Jihoon hamil dia juga tidak menyentuh Jihoon, sesuai janjinya. Sampai kemudian Jihoon melahirkan dan mereka menyelesaikan permasalahan merekapun, Soonyoung tetap tidak bisa bercinta dengan isterinya karena Jihoon masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan.

【√】HEROES ↪soonhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang