🌌 Empat

2.8K 355 4
                                    

Dia memang tampan. Sangat. Sayang terlalu tampan. Bukan tipeku. Jihoon langsung memutuskan pada tatapan pertama mereka. Pria berdarah Jepang dengan kulit putih dan yang hitam legam serta mata sipit tampak terlalu berbahaya untuk dijadikan tipenya.

Sementara itu bos barunya itu hanya menatapnya dengan tatapan menilai-nilai, menimbang-nimbang. Sehingga hening cukup lama dan Jihoon tak juga dipersilahkan duduk.

"Duduklah," Tuan Hoshi tampak tersenyum kecil, seperti puas karena telah memutuskan sesuatu,

"Kau tahu siapa saya?"

Pertanyaan apa itu? Batin Jihoon tanpa sadar mengernyit, tentu saja dia tahu.

Tuan Hoshi tersenyum lagi, seperti menyadari retorika dalam pertanyaannya.

"Ah, maaf saya sedikit gugup."

Sekali lagi Jihoon mengernyit, gugup? Karena bertemu dengannya? Tidak mungkin. Pasti bosnya ini sedang gugup karena sesuatu yang lain.

"Kita belum berkenalan," lelaki itu lalu mengulurkan jemarinya yang ramping ke arah Jihoon dan mau tak mau Jihoon menyambut uluran tangan itu.

"Kita langsung bersikap informal saja ya, mengingat saya dan kamu akan sering sekali berhubungan, apalagi saat Seungkwan memulai periode cuti hamilnya, kamu bisa panggil saya dengan sebutan Tuan Hoshi saja," gumam lelaki itu setelah melepaskan genggaman tangannya yang kuat.

"Saja." Jihoon kadang-kadang merasa geli dengan ketajamannya menganalisa setiap kata perkata, tetapi itu memang tidak bisa ditahannya. Kenapa Tuan Hoshi menggunakan kata "saja" di ahkir kalimatnya? Seolah-olah dia memiliki nama lain, bukankah namanya memang Hoshi?

Lelaki itu berdehem.

"Mungkin kamu bertanya-tanya kenapa kamu dipanggil masuk ke perusahaan ini, saya mempunyai referensi dari universitasmu bahwa kamu adalah lulusan terbaik disana, dan saya sangat senang memberikan pengalaman dan ruang untuk lulusan-lulusan baru sepertimu agar bisa mengeksploitasi kecerdasan dan kemampuan kalian, saya senang mempekerjakan lulusan-lulusan baru," Tuan Hoshi tampak tersenyum dan Jihoon sedikit bergetar ketika menyadari, bahwa jika tersenyum lelaki itu tampak luar biasa tampan,

"Karena lulusan baru biasanya lebih mudah diajari cara-cara modern, mereka mudah menyerap ilmu dan yang pasti mereka sangat bersemangat."

Tuan Hoshi berhenti sejenak untuk melihat apakah Jihoon mendengarkan kata-katanya, lalu melanjutkan.

"Itu juga yang saya harapkan dari kamu, kemampuan untuk menyerap ilmu baru dengan cepat dan semangat yang luar biasa tinggi, bisa?"

"Bisa," Jihoon menjawab dengan cepat, mantap. Dia yakin bisa, dia sangat bersemangat untuk mempelajari hal-hal baru di sini, dunia kerja adalah hal baru baginya dan dia yakin dia memiliki kemampuan untuk belajar secara cepat.

"Bagus," Tuan Hoshi mengangguk puas, "Melihat dari bagusnya angka akademismu, saya yakin kamu juga akan bagus pada prakteknya, kalau begitu, selamat datang di perusahaan ini Nona Jihoon, semoga kerjasama kita baik sampai kedepannya," lelaki itu mengulurkan tangannya lagi, dan tersenyum sangat manis, "Saya sangat mengharapkanmu Jihoon."

Jihoon menerima uluran tangan itu dengan formal.

"Baik, saya akan berusaha sebaik mungkin," kemudian dia berdiri dan berpamitan kembali keruangannya.

"Oh. Jihoon?"

Jihoon yang sudah di depan pintu dan bersiap membukanya menoleh ke arah Tuan Hoshi yang masih duduk tegak di kursinya.

"Saya mendengar kau menggunakan transportasi umum kemari?"

Jihoon mengangguk.

"Benar, saya menggunakan angkutan," jawabnya mengernyit dan bertanya-tanya, bukankah informasi seperti ini sepertinya kurang penting untuk diketahui oleh seorang big boss?

【√】HEROES ↪soonhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang