Beberapa detik Acha masih memandangi foto yang dikirimnya. Tidak ada tanda-tanda Iqbaal akan membalas dalam waktu dekat, yang tertera di infonya juga Iqbaal terakhir melihatnya sekitar dua jam yang lalu. Mungkin Iqbaal sedang sibuk dengan Meet and Greatnya. Acha memasukkan ponselnya ke dalam tas dan berjalan mendekati mamanya yang sedang membayar di kasir. Rencananya setelah dari salon ini mereka memutuskan untuk makan siang di kafe yang berada tepat di seberang jalan
***
Usai Meet and Greet Iqbaal dan pemain yang lain bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Sore ini hanya dirinya dan Sasha yang akan mengunjungi kantor detik.com untuk melakukan wawancara
Saat ini mereka berada di dalam mobil, keduanya duduk di kursi penumpang di jok belakang, mobil di bawa oleh supir Iqbaal yang Sasha sendiri tidak terlalu mengenalnya jadi ia hanya diam saja tidak ada percakapan
Sasha meringis menatap Iqbaal yang tertidur pulas disampingnya. Ia memandangi setiap lekukan di wajah Iqbaal, ini kesempatannya untuk memandang Iqbaal lekat-lekat. Hidungnya, bibirnya, pipinya, Sasha mengulum senyum tipis memandanginya. Semenjak menyinggung soal permintaan jadian di panggung tadi Iqbaal jadi sedikit pendiam, bahkan saat Sasha bertanya pun ia hanya menjawab seadanya
Sasha menghembuskan napas pelan. Tangannya bergerak naik untuk membetulkan poni Iqbaal yang agak turun dan menutupi mata, tetapi setelah beberapa detik tangannya mengambang di udara ia mengurungkannya
***
Acha menguap, tangannya ia gunakan untuk menutupi mulutnya yang terbuka. Kepalanya terasa berat untuk bangun, entah ia sedang tidak enak badan atau capek karena terlalu banyak tidur. Acha melihat ke celah jendela, hari sudah mulai sore tapi Iqbaal belum juga memberi kabar. Entah kenapa Acha jadi mencemaskan Iqbaal, padahal dulu sering kali Iqbaal menghilang tiba-tiba saat mereka sedang chatting tapi Acha biasa-biasa saja. Tapi sekarang Acha merindukan Iqbaal, ia mulai tersenyum mengingat kemarin malam saat Iqbaal mencium keningnya untuk pertama kalinya Acha gugup di depan Iqbaal
Acha jadi mengingat percakapan dengan mamanya di kafe tadi siang
“Aku jadi keinget ceritanya guru aku deh ma” ujar Acha
“Emang kenapa guru kamu?”
“Guru aku cuma pacaran setahun doang langsung di lamar sama suaminya mah” Acha mulai bercerita
“Terus?”
“Iya gitu mah padahal waktu itu guru aku masih kelas 2 SMA langsung di lamar sama suaminya tapi ngga langsung nikah sih, setelah 7 tahun mereka tunangan baru mereka nikah. Katanya guru aku itu juga di jodohin loh ma” Acha menceritakan tentang kehidupan cinta guru Bahasa Indonesianya. Gurunya yang bernama ‘Bu Devi’ itu sangat di kagumi Acha, Bu Devi juga sangat akrab dan dekat dengan Acha. Mengingat Bu Devi yang pernah bercerita seperti itu Acha jadi yakin kalau pertunangan di usianya yang masih sekolah itu tidak buruk
“Ya bagus gitu dong nemenin dari nol, dari bawah, berjuang sama-sama. Daripada tiba-tiba dateng pas cowonya udah sukses?”
“Kok omongannya mama sama kayak omongannya Bu Devi sih ma?”
“Ha ha ha masa sih” Sindy terkekeh, “Jadi beneran nih kamu udah jadian sama Iqbaal?” sambungnya
“Apaan sih ma, enggak”
“Akhirnya mama punya calon mantu yang diidamkan semua ibu-ibu ya” Sindy mencolek dagu anaknya makin membuat wajah Acha memerah karena malu
Acha meraih ponselnya dan membuka aplikasi whatsapp. Ia mencari ruang pesan antara dirinya dan Iqbaal. Sedetik kemudian Acha mengernyit, Iqbaal sudah membaca pesan yang ia kirim sekitar 4 jam yang lalu tapi Iqbaal tidak membalasnya. Segitu sibukkah ia?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BESTFRIENDNEMY [IDR]
Teen FictionSiapa yang tidak kenal Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan? Artis cilik mantan personil boyband yang baru berulang tahun ke 18 ini ternyata diam-diam sudah bertunangan dengan seseorang Apakah pertunangan itu keinginan Iqbaal atau ambisi kedua orang tuanya? ...