11. Hari Ajaib

3.3K 264 3
                                    

Iqbaal melepas pelukannya, menatap wajah Acha begitu lama seakan ia tidak akan bisa menatapnya lagi besok. Perlahan Iqbaal menutup matanya dan semakin mendekatkan wajahnya. Acha gelagapan, dalam posisi sedekat ini ia sudah bisa merasakan napas Iqbaal yang memburu

Acha menjauhkan tubuhnya dan mendorong bahu Iqbaal kasar. Langit sudah menggelap, bianglala yang mereka naiki sudah berada di tempat pendaratan. Acha takut ada yang melihatnya dalam posisi Iqbaal yang hampir menciumnya, ia bergegas untuk turun dan meninggalkan Iqbaal yang baru sadar kalau bianglalanya sudah selesai berputar. Iqbaalpun berlari mengejar langkah Acha yang sudah jauh

***

Acha menyenderkan tubuh dan kepalanya pada kursi mobil. Senyumnya tak henti terukir di wajah cantiknya, memandangi Iqbaal yang sedang menyetir dan bercerita mengulas kembali kejadian seharian ini. Acha bahagia. Ia sangat bahagia bersama Iqbaal di hari ini

“Ha ha ha lu dari dulu masih ga berani aja naik tornado chaa”

“Maennya ke istana boneka lagi”

“Gila lu parah banget, gua panglima tempur nih lu ajakin main boneka-bonekaan”

“Apalagi itu tuh yang komedi putar”

“Sekali lagi gua ini panglima tempur chaa jadi mendadak nunggangin kuda-kudaain biru gitu”

Acha tersenyum, sesekali tergelak mendengar Iqbaal yang protes tentang hari ini. Dimana sang panglima tempur mendadak menunggangi kuda-kudaan biru dan masuk ke istana boneka hanya karena rengekan Acha

“Ha ha ha seneng?” tanya Iqbaal. Ia menoleh sekilas pada Acha yang nampaknya sangat lelah

Acha mengangguk, senyumnya tak pernah lepas dari bibirnya
Iqbaal mengacak rambut Acha gemas. Setelahnya ia kembali fokus ke jalanan yang malam ini sedikit gerimis. Ini akhir Desember tak heran jika hujan akan datang setiap hari

“Sebenernya kita udah jadian ngga sih?” Acha membuka pembicaraan

“Menurut lo?”

“Kok tadi ngga ada pertanyaan ‘lo mau ngga jadi pacar gue?’”

“Mau!”

Acha mendelik langsung menegakkan badannya, “Gue kan nanya bukan mau nembak elu geblek!”

“Ha ha ha”

“Kita pacaran ngga sih sebenernya?” Acha bertanya untuk memastikan

“Masih harus nyatain kalo kita pacaran? Kan kita langsung tunangan?”

Deg!

Jantung Acha mendadak diajak lompat-lompat seperti ada kanggurunya atau juga seperti tersengat listrik. Acha kembali menyandarkan tubuhnya  dan mengalihkan pandangannya pada kaca jendela disampingnya. Sebenarnya ia berusaha menyembunyikan semu merah di wajahnya karena perkataan Iqbaal. Acha harus menahan untuk tidak teriak saat ini juga. Ia sangat bahagia. Ia berpikir betapa ajaibnya hari ini. Acha senang harus bertemu dengan hari ini dan Iqbaal di dalamnya

***

“Acha…”

“Cha…”

“Bangun cha udah nyampe rumah”

“Hei…”

Iqbaal menggoyang-goyangkan tubuh Acha secara perlahan, bermaksud untuk membangunkannya. Acha tertidur sangat pulas, nampaknya dia sangat lelah seharian ini

Disaat seperti inilah Iqbaal bisa memandangi Acha dengan leluasa, tanpa omelan Acha dan tanpa tonjokan Acha karena tidak mau dipandang Iqbaal terlalu lama atau bisa jadi juga karena malu. Iqbaal tersenyum sendiri mengingatnya sambil membenahi poni Acha yang sedikit menutupi wajahnya

MY BESTFRIENDNEMY [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang