18. Dia yang senyumannya menyembuhkan

3.2K 262 10
                                    

Acha menyeruput cappuccino panasnya yang barusan ia pesan. Ia memandang kosong ke butiran air hujan yang turun lewat jendela café. Ia lebih banyak melamun sehabis pulang dari rumah sakit tadi. Iqbaal yang duduk berhadapan dengannya juga agak sedikit kaku. Tidak ada pembicaraan sedari tadi. Hanya terdengar dentingan sendok yang sesekali bertabrakan dengan piring, Iqbaal sedang menikmati kebabnya dengan terus menunduk seperti sengaja tidak ingin ada kontak mata dengan Acha

Saat ini raga Acha memang bersama Iqbaal, tapi dia rasa pikirannya masih tertinggal pada kejadian 3 jam yang lalu dirumah sakit dimana Acha yang melihat dengan mata kepalanya sendiri calon tunangannya yang dipeluk wanita lain. Pikiran Acha bagai roll film berulang-ulang memutar kejadian itu

Acha POV

“Iqbaal!” Sasha tersenyum sumringah saat mendapati Iqbaal diambang pintu, lebih tepatnya pintu kamar rumah sakit dimana Sasha dirawat. Ia duduk diatas ranjangnya sendirian setelah tadi aku dan Iqbaal berpapasan dengan mama Sasha yang juga sedang keluar. Mamanya bilang pada Iqbaal bahwa dirinya ada keperluan sebentar dan jadilah kami masuk duluan untuk menengok Sasha

Iqbaal tersenyum membalas tapi kemudian dia menoleh kebelakang untuk meraih tanganku, Iqbaal pun menggandengku untuk masuk. Aku bisa melihat senyum Sasha perlahan memudar dan lebih terkesan dipaksakan saat berjabat tangan denganku. Aku juga melihat matanya diam-diam melirik ke arah bawah dimana tangan kiriku masih digenggam erat oleh Iqbaal. Ini kali kedua aku bertemu dengan Sasha lagi setelah dulu aku sempat bertemu dengannya di lokasi syuting film Dilan. Saat itu Sasha ramah padaku, yaa meskipun sekarang aku tidak bilang kalau Sasha tidak ramah loh ya, tapi jika aku boleh menebak mungkin Sasha agak terganggu karena Iqbaal yang datang bersamaku dan malah menggenggam tanganku didepannya

“Aku nanti sore udah boleh pulang, paling lusa kita bisa promo lagi” ucapnya dengan antusias

“Yakin udah bisa?” tanya Iqbaal

Sasha mengangguk semangat sampai selang infus yang terpasang di tangan kirinya bergerak-gerak sedikit, “Aku udah kangen kamu”

Aku menghembuskan napas sengaja aku berat-beratkan

“Kangen kita promo promo lagi hehehe” ralat Sasha, mungkin dia merasa tidak enak padaku, “Kangen yang lain juga hehehe” sambungnya

“Maaf ya baru bisa nengokin” ucap Iqbaal basa basi

Aku diam saja, atau lebih tepatnya aku tidak tahu harus berbicara apa

“Hehe iya ngga apa, tadi pagi juga ada Debo, Yoriko, sama Zulfa kesini nengokin, lagian aku gapapa kok”

Iqbaal manggut-manggut, “Gimana keadaan kamu? Enakan?”

“Aku ngga apa kok Iqbaal” Sasha tersenyum meyakinkan

“Boleh meluk?” tanya Sasha lagi

Tanpa menunggu persetujuan Iqbaal, dirinya langsung menyambar tubuh Iqbaal dan membuat Iqbaal hampir terjungkal

Aku terkejut dan sempat menahan napas selama beberapa detik. Aku belum pernah membayangkan Sasha akan memeluk Iqbaal didepanku seperti itu. Aku tiba-tiba merasa sesak. Dengan gerakan lamban aku melepaskan genggaman Iqbaal pada tangan kiriku. Iqbaal tak mengelak, ia membiarkan aku lepas

Sesakit inikah menjalin hubungan sembunyi sembunyi dengan seorang pria yang menyandang gelar ‘artis’ dan sedang gencar disebut-sebut terlibat cinta lokasi dengan lawan mainnya di film?

Acha POV off

“Kamu masih kepikiran yang tadi?”

Acha terjingkat saat Iqbaal yang tiba-tiba berbicara. Ia mengerjapkan mata berkali-kali untuk mengumpulkan fokusnya

MY BESTFRIENDNEMY [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang