39. Bukan dia

2.3K 265 36
                                    

Part panjang, tiati bosen hehehe

Happy reading gaess~

***

Acha memijat-mijat pelipisnya, kepalanya benar-benar berat saat ini. Kenapa dia jadi halusinasi seperti ini

Kopernya ia taruh di belakang pintu, Iqbaal semakin berjalan mendekat, Acha memejamkan mata dan berkali-kali melafalkan ‘Astaghfirullah’ berharap bayangan yang menghantui itu segera hilang

“Cha, ini aku, kamu marah sama aku?”

“MAMAAAA”

Acha langsung berteriak saat bayangan itu tiba-tiba berbicara, tiba-tiba mengeluarkan suara. Acha tidak pernah berhalusinasi sampai bayangan Iqbaal bisa mengeluarkan suara

“Nata, ini aku Iqbaal, buka mata kamu heyy”

Acha menyembunyikan seluruh badannya ke dalam selimut, napasnya terengah-engah seperti telah melihat hantu

“Acha apaan sih lo, lo pikir gue setan apa?”

Acha merasa seseorang itu menepuk-nepuk bahunya sambil terus menarik-narik selimutnya

“Heh ini kita woyy, kesurupan lo ye”

Kali ini Acha merasa kakinya di tepuk oleh seseorang itu, tapi beda. Kali ini yang berbicara seorang perempuan

Dengan perasaan masih was-was Acha membuka selimutnya, mengintip orang-orang itu dari celah kecil

“Yaampun gue kira siapa” Acha menyibakkan seluruh selimutnya setelah ia tahu kalau yang dilihatnya kali ini bukan hantu dan juga bukan Iqbaal. Acha rasa kali ini dirinya memang benar-benar tidak waras sampai-sampai dia merasa bahwa seseorang itu Iqbaal ternyata hanya halusinasinya saja

“Minum dulu minum” Gavin duduk di tepi ranjang sambil membantu Acha untuk bangun dan memberinya minum

Setelah meminum beberapa teguk air dengan di bantu Gavin, Acha merasa lega. Gavin kembali membantu Acha untuk tidur

“Lo udah ngga waras ya”

Acha hanya mendelik tajam pada Rahma yang sudah menuduhnya tidak waras itu. Saat ini Acha tidak ada tenaga untuk marah

“Lagian lo ngapain sih teriak-teriak ngga jelas kayak ngeliat setan aja”

“Udahlah” ujar Gavin pada Rahma yang terus nyinyir itu

“Iya iya maaf” Rahma ikut duduk di tepi ranjang Acha, cewe itu memijat-mijat pelan kaki Acha yang terjulur

“Kalian abis pulang sekolah?” tanya Acha dengan suara parau, dilihatnya Rahma dan Gavin yang masih memakai seragam sekolah

“Iya”

“Kok aku ngga sekolah?” tanya Acha lagi seperti pada dirinya sendiri

“Lo sakit Cha, udah lo istirahat aja” jawab Rahma, masih memijit-mijit kaki Acha agar Acha merasa nyaman

“Kenapa gue tiba-tiba udah dirumah? Kita kemarin lagi di bogor kan?”

Gavin menghembuskan napas berat, mengingat kejadian kemarin dirinya merasa sedih, “Lo kemarin pingsan”

“Lagian siapa sih yang nyuruh lo ujan-ujanan, untung aja kita bisa nemuin lo, untung aja lo ngga kenapa-kenapa, coba aja kalo lo dijahatin sama orang, untung aja lo ngga diculik, bisa dimarihin sama tante Sindy gue kalo sampe ngilangin lo” cerocos Rahma

“Heh,” Gavin memukul lengan Rahma. Tidak bisakah Rahma tidak ngomel sekali ini saja, bahkan dalam keadaan seperti ini pun Rahma masih sempat-sempatnya memarahi orang yang sedang sakit

MY BESTFRIENDNEMY [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang