09 -Kenangan dimasa lalu

9.1K 626 7
                                    

"Nama gue Alvino Bayu Pratama, tapi cukup kok lu panggil gue Al," potong Al sambil menjulurkan tangannya pada Andra, sebagai tanda perkenalan. "Al, El. Cocokkan kita?" sambungnya.

"Gue Andra, teman terbaiknya Elvan."

"Teman tukang nguntil," ledek Elvan.

"Bukan Andra kalau gak suka nguntil." balas Andra dengan tawaan kecil diakhir ucapannya.

💘 Cinta Yang Beda 09 💘

Nabilla POV

Aku pun langsung menjatuhkan tubuhku dikursi dengan lemas, sesampainya aku di ruang khusus dokter. Ya, karena kebetulan dokter magang seperti aku diizinkan untuk menempati ruangan ini.

Beberapa kali aku berusaha mengatur napasku, menyenderkan punggungku pada senderan kursi.

"Astagfirullah, astagfirullah." hanya kalimat itu yang mampu aku ucapkan saat ini, dengan harapan hatiku menjadi tenang kembali.

"Yaallah, kenapa disaat aku bisa melupakan semua, engkau malah pertemukanku dengannya lagi.

Gumamku yang kembali teringat kejadian tadi. Kejadian dimana aku bertemu dengan laki-laki itu. Ah rasanya menyebut namanya saja aku tak sudi, tapi entah kenapa Allah malah mempertemukanku dengan laki-laki itu. Pertemuan yang justru terus terbayang dalam ingatanku.

"Billa? Ini kamu?" tanya seseorang sambil menahan lenganku.

"Bayu?" tanpa pikir panjang, aku langsung menghempas tangannya dari tanganku. Saat pandanganku tertuju pada seseorang yang telah berhasil menghentikan langkahku.

"Maaf, Aku.. Aku gak percaya, ini kamu..? Kamu udah berubah sekarang, andai aja kit.." ucapnya dengan terbata-bata.

"Cukup Bay!" selaku dengan suara yang sedikit meninggi. "Semuanya udah berakhir Bay, bukannya kamu yang mengakhiri semuanya?"

"Bil, kamu harus dengerin dulu penjelasan aku. Kalau.."

"Udahlah Bay, semuanya udah terlambat. Cukup kamu nyakitin aku, cukup Bay. Tolong jangan ganggu aku, aku minta jauhin aku. Lupain aku, aku rasa dia lebih berhak atas kamu daripada aku. Cukup kamu jadiin aku alasan kamu untuk lari dari semua. Aku minta tolong kamu jauhin aku, jauhin aku Bay." selaku lagi yang kali ini dengan nada lirih.

Lalu bergegas pergi setelah itu, dengan perasaan yang mulai tidak karuan, air mata yang rasanya tak dapat ku bendung. Tapi apa mungkin aku melepaskan semuanya dikeramaian ini? Tidak Nabilla, tidak boleh.

"Billa, Nabilla.."

"Astagfirullah," gumamku sambil menyekat air mata dengan telapak tangan, saat menyadari air mataku jatuh mengingat semua kejadian tadi.

"Nabilla, yaampun ini kamu?" tanya seseorang yang baru saja masuk dan menyadari keberadaanku disana.

"Kay," sapaku sambil berusaha menetralkan perasaanku.

"Kamu nangis?" tanya Kayla saat aku beranjak dari dudukku, membuat mataku dan matanya bertemu.

"Engga kok, cuma lagi ke inget sesuatu aja."

"Kamu bisa cerita kalau kamu mau? Siapa tau.."

"Makasih Kay, cuma aku rasa gak perlu." potongku sambil berusaha tersenyum dihadapannya.

"Baiklah. Gimana kalau kamu ceritain, kok bisa sihh kamu tiba-tiba ada niatan berhijrah??" tanya Kayla antusias. Aku pun hanya tersenyum mendengar permintaannya itu.


🌾🌾🌾

Elvan POV

"Dokter, dok. Gawat!" pekik salah seorang perawat yang tiba-tiba datang menghampiriku saat sedang mengisi laporan dokter jaga hari ini.

"Gawat kenapa?" tanyaku binggung seraya mengakhiri kegiatanku.

"Ada korban tabrakan dok, salah satu korban mengalami fraktur terbuka dan terjadi pendarahan. Sepertinya ada trauma multiple dok," ungkap perawat itu, menjelaskan sedikit kondisi korban dari pengamatannya.

"Innalillahi, sekarang korban dimana?" tanyaku antusias.

"Diruang tindakan dok," Aku pun dengan segera menuju ke ruang tindakan.

Betapa tak percayanya aku, dengan apa yang ku lihat. Dia begitu muda dan luka yang dialaminya pun cukup serius, walau sudah mendapatkan pertolongan pertama saat menuju ke sini, tapi ia tetap membutuhkan penanganan sesegera mungkin. Jika dilihat, mungkin ia seumuran denganku. Dan sangat disayangkan jika tidak mendapatkan penanganan segera, mungkin akan berdampak pada kehidupannya setelah ini.

"Dimana keluarganya?" tanyaku to the point sambil mengambil handscoon steril dari box emergency dan memakaikannya di kedua tanganku.

"Belum datang dok,"

"Segera hubungi ruang bedah sentral, dan minta mereka menghubungi dokter Farhan, dokter spesial bedah." pintaku sambil terus memeriksa kondisi pasien secara menyeluruh, mencoba mencari bagian lain yang mungkin bisa dilakukan tindakan di sini, tanpa harus menunggu ruang bedah.

"Baik dok!"

"Tolong kassanya, saya mau melakukan balut tekan untuk menghentikan pendarahan." ungkapku yang langsung melakukkan balut tekan pada salah satu luka pasien.

To be continue!

Tasikmalaya, 2 Februari 2018

Hmm.. Gimana menurut kalian sosok dokter Elvan? Wkwk.. Di part ini, aku menceritakan sedikit prinsip pertolongan pertama pada kondisi gawat yang mungkin sering terjadi di ruang IGD, kurang lebih begitu. Atau mungkin berbeda, karena setiap rumah sakit memiliki aturan yang berbeda beda.

Vote sm komennya jangan lupa, siapa tau kalian punya masukkan ataupun kritik buat cerita ini. Makasihh 😘

Cinta Yang Beda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang