21 -Inikah pengorbanan?

8.7K 509 6
                                    

***
Jangan lupa vote sama komentarnya yaaa, selamat membaca semuaa..

***

"Ragu?"

"Iya, sebenernya.. Waktu, gue nunggu lu di rumah sakit. Gue.. Gue ketemu dia," Elvan menatap Al serius, matanya terlihat melotot, seperti tengah ingin menyantapnya.

"Hah? Lu yakin?" Elvan berusaha menelan salivanya, sebelum akhirnya ia berhasil mengucapkan dua kalimat yang terasa terganjal di tenggorokkannya itu.

💘 Cinta Yang Beda 20 💘

"Hai sayang, lagi menggambar apa nihh??"

Nabilla menghampiri Arsyilla yang sedang menggambar di ruang tengah dengan ditemani Maryam. Ditatapnya sang Umi yang masih berkutat dengan laptop disamping sang cucu. Lalu mengalihkan tatapan itu dari sang ibu, dan kini menatap Faris yang sejak tadi berada dibelakangnya. Sedangkan Faris terlihat mengangguk kearah Nabilla.

"Umi, apa Umi sibuk?" Faris  membuka pembicaraan, setelah ia duduk di sofa depan Maryam.

"Ada apa nak?" Maryam memindahkan laptopnya yang berada di pangkuannya ke meja di depannya.

"Faris mau.. Ngomong.. Sesuatu," ucapnya gugup.

"Bicaralah nak, tidak perlu ragu?" Maryam merubah posisinya, mencoba mencari posisi ternyamannya.

"Faris sudah putuskan Umi, kalau Faris akan mengabulkan permintaan terakhir Nadilla."

"Permintaan terakhir Nadilla? Kamu yakin?" Faris mengangguk sambil tersenyum kearah Maryam.

"Pernikahan itu bukan main-main loh nak Faris."

"Faris yakin Umi, dan Faris percaya kalau permintaan Nadilla itu akan baik untuk semuanya."

"Maksud nak Faris?"

Maryam terlihat menggerutkan dahinya, menatap Faris penuh tanda tanya. Sedangkan yang ditatap terlihat mengalihkan pandangannya dan beralih memandang Arsyilla dan Nabilla yang mungkin hanya berjarak kurang dari satu meter itu.

"Arsyilla butuh seorang ibu, Umi."

"Iya Umi paham Faris tapi Umi tidak mau, kalau kamu jadikan Nabilla pelarian kamu untuk mengantikan sosok Nadilla."

"Bukankah itu bagus Umi?"

"Bagus?"

"Dengan begitu Arsyilla tetep bisa merasakan sosok Nadilla didiri Nabilla Umi, dia gak akan kehilang sosok seorang ibu." ucapnya yang terdengar ditahan, berusaha untuk menahan emosinya agar nada suaranya pun ikut stabil.

"Mungkin Faris bisa mencari sosok seorang istri terbaik menurut Faris, tapi apa dia bisa dan sanggup menjadi sosok ibu terbaik untuk Arsyilla? Bukankah itu yang dilakukan semua orangtua kepada anaknya? Merelakan apapun demi sang anak? Itu yang akan Faris lakukan untuk Arsyilla, Umi?"

Faris melihat Maryam yang diam, tak ada balasan maupun sanggaan apapun yang dilontarkan Maryam. Sedangkan dalam diam, Maryam mencoba mencerna maksud dan tujuan ucapan Faris kepadanya.
Maryam mengalihkan pandangannya dari Faris dan ditatapnya sang anak dan cucunya yang berada disampingnya itu.

"Nda, Cilla ngantuk." rengek Arsyilla manja.

"Yaudah, Bunda temenin Cilla tidur ya." balas Nabilla lembut. Lalu ditatapnya sang Umi yang juga tengah menatapnya dan juga Faris secara bergantian.

"Nabilla temenin Arsyilla dulu ya Umi, Mas Faris." Nabilla pun menuntun Arsyilla bangun dari duduknya, setelah selesai merapihkan alat menggambar milik Arsyilla.

"Arsyilla pamit dulu sama nenek, sama Ayah juga." ucapnya kepada Arsyilla.

"Nenek, Ayah Cilla bobo dulu ya. Jangan lupa mimpiin Cilla ya, Cilla juga akan mimpiin kalian semua." ucap Arsyilla sambil melempar senyum paling imutnya kepada sang Nenek dan Ayahnya.

"Iya sayang, Arsyilla bobo duluan ya. Ayah masih ada yang harus di obrolin sama nenek." ucap Faris sambil menatap Arsyilla dari tempat duduknya.

"Iya sayangnya nenek,"

"Ayo sayang," Nabilla merangkul Arsyilla, beranjak menuju kamar Arsyilla.

"Faris bener, yang Silla butuhkan sekarang cuma Nabilla. Apa akan ada, wanita yang sama menyayangi Arsyilla seperti Nabilla menyayangi Arsyilla?"

Maryam terlihat menatap Nabilla dan Arsyilla yang mulai menjauh darinya.

"Tapi aku seorang ibu, aku juga menginginkan anakku bahagia. Apa memang kebahagiaan anakku ada di Arsyilla? Atau mungkin?"

🌾🌾🌾

"Nda, napa cih Ibu pelgi untuk celamanya. Kan kalau ibu ndak pelgi, Cilla jadinya punya dua ibu yang cayang cama Cilla." ucap Arsyilla sambil memainkan ujung gulingnya saat sedang berbaring di ranjang bersama sang Bunda, Nabilla. Setelah sang bunda menggantikannya baju dan meminta Arsyilla untuk menggosok giginya sebelum tidur.

"Arsyilla sayang, siapa bilang Ibu gak sayang? Ibu sangat sayang sama Arsyilla, malaikat kecil Ibu. Cuma Allah itu lebih sayang sama Ibu, sayangnya Allah itu melebihi sayangnya Arsyilla, sayangnya Nenek, sayangnya Ayah bahkan sayangnya Bunda sama Ibu." balas Nabilla sambil merapihkan anak rambut malaikat kecilnya itu.

"Gitu ya Nda?" Arsyilla mendongkakkan kepalanya, menatap kepala Nabilla yang berada diatasnya.Nabilla bertumpu dengan lengan kanannya, menghadap Arsyilla.

"Iya sayang, walaupun gak ada Ibu disini. Tapi ibu selalu ada disini," Nabilla menunjuk dada Arsyilla dengan tiga jarinya.

Tanpa mereka sadari, ternyata sejak tadi ada yang tengah mengawasi mereka dari bibir pintu. Menyaksikan percakapan sederhana penggantar tidur mereka.

"Nda, Cilla pingin deh bisa tidur sama Nda sama Ayah juga." Nabilla terlihat berusaha menelan salivanya, mendengar keinginan Arsyilla.

"Soalnya, teman-teman Cilla udah sering tidur sama Ayah sama Bundanya." ucapnya lagi, melanjutkan.

"Arsyilla, ada satu hal yang belum kamu mengerti. Nanti kalau kamu udah besar, kamu akan mengerti sayang." Faris pun akhirnya keluar dari persembunyiannya, mendekat kearah Arsyilla dan kemudian duduk disisi ranjang.

"Tapi kata Nenek, Cilla udah gede Ayah."

Faris tertawa mendengarnya, "Iya, anak Ayah emang udah gede. Cuma.. Belum saatnya anak gadis Ayah ini tau semuanya," Faris tersenyum, ditatapnya sang anak sambil mengusap pangkal kepalanya.

To be continue!

Tasikmalaya, 05 Maret 2018

Cinta Yang Beda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang