17 -Dia Kembali (3)

8.3K 565 7
                                    

"Mas, boleh Nadilla minta sesuatu?"

"Apa sayang? Mas akan turuti apapun, asal bisa buat kamu bahagia sayang." Mas Faris menganggukkan kepalanya, mencoba meyakinkannya.

Aku merasakan tangan Nadilla menggenggam tanganku, lalu membawa tanganku dan menyatukan tanganku dengan tangan Mas Faris.

"Nikahkan Nabilla Mas,"

'Apa? Menikah dengan Mas Faris?' Pikirku.

💘 Cinta Yang Beda 💘

"Tapi sayang, bagaimana kamu?" tanya Mas Faris.

"Aku udah gak kuat Mas, aku yakin Nabilla bisa jadi istri dan ibu yang baik buat kamu sama Arsyilla."

"Engga, istri dan ibu terbaik buat Arsyilla cuma kamu." Mas Faris langsung melepas tangannya dari tanganku dan Nadilla.

"Nad, Nadilla."

Mas Faris terlihat frustasi melihat keadaan Nadilla, Nadilla beberapa kali menarik napas dalam dan panjang, seperti tengah kesuliatan bernapas. Padahal tekanan oksigen yang digunakannya pun sudah yang paling tinggi, terlihat dari bola kecil pada regulator oksigen yang terhubung dengan oksigen yang digunakan Nadilla.

"Dokter, dokter.." teriak Umi meminta bantuan, sementara Mas Faris terus meyakinkan Nadilla untuk bertahan.

"Maaf, bisa minggir semuanya? Kami akan melakukkan yang terbaik untuk pasien." ucap dokter itu saat menghampiri kami.

Ruangan itu pun menjadi tegang dan sunyi, yang terdengar hanya suara bedside monitor. Ketakutanku kian menjadi, saat salah satu bagian di bedside monitor itu terlihat flat. Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, aku tahu betul arti dari tampilan itu. Tapi aku mencoba meyakinkan diriku, kalau Nadilla kuat. Dia pasti sembuh.

"Dok, nadinya mulai tidak teraba." ucap salah satu perawat, lalu dokter itu langsung mengarahkan dua jarinya pada leher Nadilla. Beberapa kali, aku melihat dokter itu menggelengkan kepalanya dan tindakan penyelamatan pun dilakukkan dokter, mulai resusitasi jatung paru sampai dilakukannya defibrillator.

"Innalillahiwainnailaihirojiun, catat waktu meninggalnya pukul 13.56, hari ini.  Hari jumat, tanggal 22 Desember 2015."

Aku yang mendengar langsung ucapan dokter itu pun, merasa tak percaya bahwa Nadilla pergi? Nadilla ninggalin aku?

"Maaf pak, bu, kami sudah melakukan yang terbaik tapi Allah berkata lain, pasien sudah tidak dapat diselamatkan."

"Tidak mungkin, Nadilla." aku menutup mulutku, menahan tangisku untuk yang kesekian kali. Sementara Mas Faris bahkan Umi langsung menghampiri tubuh Nadilla yang telah kaku terbaring di ranjang rumah sakit.

Sudah seminggu, setelah pemakaman Nadilla. Selama itu juga, Aku kembali mengurung diri. Sejak pulang dari pemakaman Nadilla, aku meratapi nasib yang Allah berikan padaku.
Setelah kehilangan Ayah, dan bahkan menerima pengkhianatan Bayu. Aku juga harus kehilangan Nadilla, saudara kembarku.

'Aku merasa apa ini semua rencana Allah? Renacana apa yang sebenernya Allah pilihkan, hingga aku harus kehilangan semuanya?' Pikirku yang saat itu bener-bener kacau.

Aku pun meraih bingkai foto yang tersimpan fotoku dan Nadilla disana, entah kenapa kata-kata Nadilla waktu itu, tiba-tiba terlintas dipikiranku.

'Aku titip Arsyilla ya, jaga dia selama aku pergi.'

"Arsyilla?" aku pun beranjak dari dudukku, lalu melangkah keluar kamar. Aku memandang setiap sudut ruangan tengah, ruangan yang tak begitu luas itu nampak sepi. Tak ada siapapun disana.

"Umi?" panggilku sambil memasuki kamar Nadilla dan melihat Umi disana.

"Nabilla, kenapa nak?" tanya Umi dengan sedikit berbisik, saat menghampiriku yang masih berada didepan pintu.

"Arsyilla mana Umi?"

"Dia lagi tidur, baru aja Umi gantikan popok." Umi terlihat tersenyum padaku, lalu aku menghampiri gadis kecil itu. Ia terlihat tertidur pulas dalam box bayinya.

"Mas Faris mana Umi?" aku mengarahkan pandanganku kearah Umi.

"Faris pergi nak, dia meninggalkan ini." Umi memberikan sepucuk surat kepadaku. "Umi menemukan ini disamping Arsyilla,"

Assalamualaikum, Umi.
Maafkan Faris, karena Faris tidak ngomong dulu dengan Umi tentang kepergian Faris ini. Walau kepergian Faris ke Malaysia ini, bukanlah hal yang mendadak. Faris hanya ragu bilang ini sama Umi, bahkan pada Nadilla waktu itu, disaat keluarga Umi masih berduka atas kepergian Abi dan Faris juga gak mungkin membawa Nadilla ikut dengan Faris. Makanya Faris hanya pergi sendiri waktu itu dan kali ini Faris harus bener-bener pergi. Soal permintaan Nadilla, Faris ingin meyakinkan hati Faris dulu untuk menerima permintaan Nadilla itu. Mungkin disana, Faris bisa menenangkan hati Faris dan mengikhlaskan semuanya. Faris titip Arsyilla pada Umi, karena Arsyilla satu-satunya kenangan yang Nadilla tinggalin buat kita. Soal biaya kehidupan Arsyilla, Umi gak perlu khawatir. Faris tinggalkan atm milik Nadilla, nanti setiap bulan Faris akan kirim semua biaya kebutuhan Arsyilla. Pinnya tanggal lahir Arsyilla. Sampaikan salam sayang Faris selalu pada Arsyilla, kata padanya bahwa Faris selalu merindukan princess kecil Faris.

Salam hormat,
Faris.

'Apapun yang terjadi, aku yang akan selalu jadi pelindung kamu. Dan aku akan selalu membuat kamu bahagia, seperti harapan ibu kamu yang menginginkan kamu selalu bahagia.' aku tersenyum menatap malaikat kecil dihadapanku, beberapa kali aku mengusap lembut puncak kepalanya.


To be continue!

Tasikmalaya, 20 Februari 2018

Gimanaa-gimana? Hmm.. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Tunggu saja, kalian akan tau selanjutnya seperti apa.

Oo ya, author mau kasih tau. Mungkin banyak yg gak tau apa itu bedside monitor? Itu monitor yang selalu ada diruang intensif care ataupun IGD, lebih tepatnya dibagian resusitasi, ruangan itu biasanya dijadikan tempat persinggahan untuk pasien kritis yang menunggu ruang ICU atau ruang intensif  yg sejenisnya, dan fungsinya untuk memonitor jantung, nadi, pernapasan, saturasi oksigen, suhu. Biasanya sihh itu yg selalu dipantau. Itu sih yg author tau, semoga bermanfaat ya.

Votenya jangan lupa, dengan klik bintang dibawah supaya author tau kalian menunggunya.. Punya komentar? Tuliss dibawahhh yaa 🙏

Cinta Yang Beda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang