15 -Dia Kembali (1)

8.8K 573 3
                                    

Prakk!!

Tatapan itu buyar seketika, saat terdengar sesuatu telah terjatuh ke lantai. Aku melihat bingkai foto itu terlepas dari genggamannya -genggaman seseorang itu-, berbarengan dengan kedatanganku yang menyusul Arsyilla.

Umi yang mendengar suara itu, langsung mendekati sumber suara.

"Faris ada ap-" aku melihat Umi menatap kami secara bergantian. -aku, Arsyilla, bahkan Elvan yang berada beberapa langkah dibelakangku.

"Ka.. kallian udah pulang?"

"Mas Faris," ucapku tak percaya, saat pandanganku masih tertuju pada laki-laki itu.

"Nadilla?" gumamnya cukup pelan, namun masih dapat ku dengar, dan kembali menatapku cukup lama.

💘 Cinta Yang Beda 15 💘

"Mas Faris," panggilku ragu pada laki-laki itu. Laki-laki yang sudah lama ini menghilang tanpa kabar, sejak kepergiaannya saat itu.

"Astagfirullah," ia sejenak memejamkan matanya dan menarik napas panjangnya.

"Arsyilla, ini kamu sayang?" Faris -laki-laki itu- mulai mendekat kearah Arsyilla.

"Nda," panggil Arsyilla pelan sambil berbalik mendekatiku yang berada dibelakangnya.

"Arsyilla, sini sayang. Ayah kangen sama kamu," Arsyilla pun mempererat pelukkannya dikakiku.

"Sayang, Arsyillakan pernah bilang sama bunda. Kalau Arsyilla kangen sama Ayah, itu Ayah pulang buat kamu sayang." Aku menapaki lututku ke lantai, menyamakan tinggiku dengan malaikat kecilku. Berusaha memberi pengertian padanya.

"Ayah, Nda?" aku mengangguk yakin.

"Ayahh," pekik Arsyilla dengan nada lemah sambil meraih pelukkan Mas Faris.

***

Elvan POV

"Mas Faris," ucap Nabilla, dengan pandangan yang masih tertuju pada laki-laki itu.

'Apa? Nabilla sebut Mas Faris?'

"Nadilla?" gumam laki-laki itu cukup pelan, hingga aku yang berada cukup jauh darinya pun mendengarnya samar-sama.

"Mas Faris," kali ini, Nabilla kembali memanggil laki-laki itu dengan sebutan yang sama.

"Astagfirullah," laki-laki yang disebut Mas Faris oleh Nabilla pun nampak menyebut beberapa kali kalimat istigfar dalam ucapannya.

'Tapi tunggu, apa tadi? Mas Faris? Apa dia ayahnya Arsyilla?'

Tanyaku pada diriku sendiri sambil berusaha mengingat sosok dalam foto yang tadi sempat dilihatku dikamar Arsyilla.

"Arsyilla, ini kamu sayang?" laki-laki itu mulai mendekat kearah Arsyilla.

"Nda," panggil Arsyilla pelan sambil berbalik mendekati Nabilla yang berada dibelakangnya.

"Arsyilla, sini sayang. Ayah kangen sama kamu," Arsyilla pun mempererat pelukkannya dikaki jenjang Nabilla.

'Ayah? Jadi, dia..'

"Sayang, Arsyillakan pernah bilang sama bunda. Kalau Arsyilla kangen sama Ayah, itu Ayah pulang buat kamu sayang." Aku melihat Nabilla mulai menapaki lututku ke lantai, menyamakan tingginya dengan anak kecil itu.

"Ayah, Nda?" Nabilla mengangguk cepat.

"Ayahh," pekik Arsyilla dengan nada lemah sambil meraih pelukkan laki-laki itu.

"Nabilla, Bu Maryam, maaf saya.. Saya mau pamit pulang," aku pun akhirnya memberanikan diri untuk berpamitan, setelah aku berusaha untuk menunda kepulanganku dan menyaksikan langsung pertemuan mereka.

"Elvan?" Nabilla membalikkan tubuhnya, mengarahkan padaku.

"Astagfirullah, aku yang seharusnya minta maaf. Aku sampai lupa sama kamu,"

Aku melempar senyum padanya, "Gak apa-apa, aku pamit ya."

"Silla, om pamit. Assalamualaikum," Arsyilla terlihat mengarahkan pandangannya padaku, saat aku memanggilnya, sebelum akhirnya aku pamit pulang.

"Walaikumsalam."

Terdengar suara Nabilla, Bu Maryam bahkan mungkin suara laki-laki itu. Mereka menjawab salamku, sementara aku terus melangkahkan kakiku menuju pintu rumah Nabilla. Tanpa berniat untuk mengalihkan pandanganku kembali kearah mereka.

***

Author POV

Nabilla masuk kedalam kamarnya, membiarkan malaikat kecilnya itu melepas rindunya pada seseorang yang selama ini dirindukannya. Seseorang yang sempat menghilang dari kehidupannya dan kehidupan keluarga kami sejak kejadian itu.

Kejadian yang masih terbayang oleh Nabilla sampai saat ini, kejadian yang membuat Nabilla membutuhkan waktu untuk menerimanya dan Nabilla rasa, seseorang itu pun sama halnya dengannya. Membutuhkan waktu, hingga dia pun memutuskan pergi.

"Nadilla," Nabilla menatap bingkai foto dalam genggamannya itu, lalu membawanya ke pinggir ranjangnya dan mendaratkan bokongnya disana.

Kejadian itu pun terbayang dalam memori ingatannya, kejadian beberapa tahun lalu. Kejadian yang membuat Nabilla merasakan hancurnya dunia ini, tanpa adanya gairah hidup seperti sebelumnya.

***

Nabilla POV

"Illa, sampai kapan kamu mau kayak gini." ucap seseorang berhijab itu sambil mengusap punggung belakangku, duduk disampingku yang saat itu duduk disisi ranjang. Menatap lurus ke balkon, yang mengarah langsung ke taman belakang.

"Allah gak adil, Nad. Allah gak adil," aku masih menatap lurus kearah balkon, tanpa mengalihkan pandanganku kearah lain.

"Semua yang terjadi itu udah rencana Allah La, yang terbaik menurut Allah." ucap Nadilla, seseorang berhijab itu dengan nada lirih, "Karena Allah itu Maha Adil."

"Tapi kenapa Allah mengambil Abi, disaat aku tau kenyataan itu. Kenyataan, kalau Bayu ngekhianatin aku. Semua salah aku, coba aku gak ketemu Bayu dan Bayu gak ngekhianatin aku, Abi pasti masih ada sama kita. Abi masih disini," aku pun tak bisa mengontrol emosiku saat itu, butiran air mataku lagi dan lagi jauh karena laki-laki itu.

"Gak La, apa yang terjadi bukan salah siapapun. Karena Allah selalu punya rencana dalam setiap ketentuannya, apa yang kita pikirkan buruk belum tentu benar-benar buruk. Saat kita merasa kehidupan kita hancur, bisa jadi ada kehidupan yang lebih indah yang Allah siapkan dengan ridhonya." Nadilla meraih pundakku, mengarakan tubuhku kearahnya hingga mataku dan matanya bertemu.

"Sebelum kamu menuntut ke adilan Allah, kamu harus tau apa arti adil itu sendiri. Apakah keadilan itu harus sama rata? Kalau keadilan yang kamu maksud seperti itu, berarti kita semua harus diciptakan sama. Dengan bentuk, ukuran, jenis bahkan nasib yang sama. Bagaimana dengan keaneka ragaman yang ada?" Nadilla menatapku dalam, ucapannya seolah-olah menghantam relung hatiku.

To be continue!

Tasikmalaya, 16 Februari 2018

PS : disini diceritakan, dalam keluarga Nabilla. Mereka punya panggilan kesayanga. Misalnya, Nadilla memanggil Nabilla dengan sebutan Illa. Sedangkan Maryam memanggil Arsyilla dengan sebutan Silla. Disetiap bagian sudah dijelaskan, mungkin ada yang binggung.

Gimanaa?? Aduhh maaf ya bagian ini aku nulis mundur alias flashback. Penasaran kelanjutannya? Jangan lupa klik bintang dibawah, semakin banyak yang vote makin cepet. Karena aku tau ada yg nungguin up dari cerita ini. Punya saran? Tulis komentar kalian dibawah, makasihh 🙏

Cinta Yang Beda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang