25- Nabilla gue itu, Nabilla lu?

8.1K 491 20
                                    

Yuhuuu.. Part 25 nonggol, kira-kira maksudnya apa ya ditulis Nabilla gue itu, Nabilla lu? Hayooo siapa yang penasaran? Yukk ahh baca dan temukan jawabannya dibawah, jangan lupa vote dan komentar kalian. Walaupun updatenya super slow motion 😥 

Doain ya, semoga bisa cepet beres tugas author biar bisa nonggol terus di dunia orens ini 😌 yukk ahh baca aja, tetep jangan lupa vote dan komentar kaliann..  Makasihh..

🙌 🙎🙌

"Cewe lu? mantan kali ahh!" Elvan menyenderkan punggungnya di jok mobil yang membentuk sudut kurang dari 90 derajat.

"Iya mantan gue, puas tuan Elvan.." ucapnya dengan sedikit mengeja nama Elvan.

"Cepett anter gue ke rumah sakit, gue gak mau ya kalau sampai gue telat trus sampai dipanggil dokter pembimbing gue." Elvan memalingkan wajahnya ke jendela mobil dengan sesekali melirik jam tangannya.

"Iya iya, ini juga mau jalan." Al mulai menjalankan mobil Elvan setelah menyimpan buket bunga yang dibelinya ke jok belakang.

"Van, kenapa sih lu milih mundur dan lebih milih jadi dokter, dibanding jadi ahli teknisi? Secara sayang aja, udah masuk semester enam, setaun lagi lu juga lulus." ungkap Al penuh tanda tanya. Ia sesekali mengarahkan padangannya kepada Elvan, yang sejak tadi terdiam duduk disamping kemudi.

💘 Cinta Yang Beda 25 💘

"Ya karena amanat bokap," jawabnya singkat, ia membenarkan posisi duduknya tanpa mengalihkan pandangannya pada sepupunya itu.

"Amanah om Anwar? Terus siapa yang bakal ngurus perusahaan keluarga lu, kalau om Anwar sendiri yang minta lu jadi dokter? lu kan anak satu satunya?" tanya Al penuh selidik.

"Entahlahh,"

Elvan sejenak memejamkan matanya, meresapi setiap pertanyaan Al. Ia pun dulu sama seperti Al, binggung dengan semua permintaan sang ayah yang menurutnya tidak masuk akal. Bagaimana bisa, sang ayah menginginkan dirinya menjadi dokter sedangkan dulu beliau membebaskan apapun pilihannya.

Namun kenyataannya, sebelum meninggal Anwar sempat berpesan agar Elvan bisa menjadi seorang dokter, dengan harapan agar nantinya dapat bermanfaat untuk banyak orang.

Kurang dari sepuluh menit, kini Mereka sudah berada di Area rumah sakit.

"Al, gue turun di depan di titik kumpul aja. Biar deket ke IGD nya," Elvan membenarkan posisi duduknya, merapihkan bajunya dan kemudian mengambil jas putihnya dari jok belakang, sebelum akhirnya mobil yang dikemudikan Al terhenti tak jauh dari titik kumpul.

"Jaga mobil gue baik-baik dan ka—"

"Kalau sampai lu buat ulah lagi. Gue usir lu dari rumah gue," potong Al dengan meniru gaya bicara Elvan yang justru terkesan meledek sepupunya itu. "Itukan yang mau lu omongin?"

"Untung, lu itu sepupu gue. Kalau engga—" Elvan terlihat jengkel dengan sepupunya itu.

"Daripada ngomel gak jelas, mending lu masuk sekarang. Katanya takut telat,"

Elvan menarin nafas kasar, sebelum akhirnya ia membuka pintu mobil.

"Assalamualaikum," ledek Al yang berhasil membuat Elvan menengok sejenak kearahnya saat Elvan tengah membuka pintu mobil.

"Walaikumsalam." balas Elvan singkat, kemudian keluar dari dalam mobil.

Perlahan senyum mengembang dari sudut bibir Al menyaksikan kepergian Elvan, sebelum akhirnya senyum itu seketika menghilang saat pandangannya tertuju pada sebuah mobil putih yang berhenti tepat di depan lobby rumah sakit. Terlihat seorang wanita berhijab keluar dari dalam mobil, seorang wanita yang sudah sejak lama ini ia cari keberadaannya.

Cinta Yang Beda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang