22 -Carnation

7.6K 507 19
                                    

Yuhuuu, Cinta yang beda 22 back to carnation?? Are you readyyy?!!

Jangan lupa vote sama komentarnya yaaa, selamat membaca semuaa..

***

"Nda, Cilla pingin deh bisa tidur sama Nda sama Ayah juga." Nabilla terlihat berusaha menelan salivanya, mendengar keinginan Arsyilla.

"Soalnya, teman-teman Cilla udah sering tidur sama Ayah sama Bundanya." ucapnya lagi, melanjutkan.

"Arsyilla, ada satu hal yang belum kamu mengerti. Nanti kalau kamu udah besar, kamu akan mengerti sayang." Faris pun akhirnya keluar dari persembunyiannya, mendekat kearah Arsyilla dan kemudian duduk disisi ranjang.

"Tapi kata Nenek, Cilla udah gede Ayah."

Faris tertawa mendengarnya, "Iya, anak Ayah emang udah gede. Cuma.. Belum saatnya anak gadis Ayah ini tau semuanya," Faris tersenyum, ditatapnya sang anak sambil mengusap pangkal kepalanya.

💘 Cinta Yang Beda 22💘

Elvan berjalan perlahan di lorong rumah sakit, lorong yang menghubungkan ruang rawat satu dengan ruang rawat lainnya. Berjalan perlahan dengan terus memperhatikan dua orang wanita tak jauh dari posisinya saat ini.

"Sus, tinggal berapa pasien lagi?" tanya seseorang berjas putih ditengah percakapannya dengan seorang perawat ruangan. Seorang berjas putih itu tidak lain adalah Nabilla, salah satu dari dua wanita yang sejak tadi Elvan perhatikan dari kejauhan.

"Ini yang terakhir dok," jawab seseorang berseragam perawat seraya menyamakan langkahnya dengan Nabilla.

"Baiklah," Nabilla terlihat meraih gagang pintu, didorongnya pintu itu kedalam dan kemudian masuk bersama perawat ruangan yang sejak tadi bersamanya.

Elvan pun beranjak mendekati pintu itu, pintu ruang rawat kelas satu anak. Dari pintu kaca, Elvan dapat melihat dengan jelas betapa mudahnya Nabilla membujuk pasien anak tersebut. Bahkan pasien itu terlihat sangat bahagia dengan kedatangannya, Elvan bisa lihat itu dari tawa keduanya yang begitu lepas. Wanita itu seolah-olah mempunyai cara jitu, untuk mengurangi rasa trauma sang anak kepada seorang dokter maupun perawat.

"Nabilla aku tidak menyangka, sosok kamu bisa berubah saat kamu berhadapan dengan anak kecil. Sosok kamu yang dingin, cuek dan tak banyak bicara itu bisa berubah menjadi hangat, peduli bahkan menjadi ramah. Tapi satu yang gak pernah berubah, kamu tetep cantik. Bahkan makin cantik." Elvan masih menatap Nabilla dari pintu kaca tersebut.

***

Nabilla POV

Pukul dua lebih lima belas, aku baru saja menyelesaikan waktu tugasku. Menyelesaikan semua laporanku hari ini dan berniat pulang setelah ku rasa tubuhku terasa letih seharian ini mengingat banyak pasien yang aku kunjungi, menggantikan dokter Siska yang ijin hari ini.

"Dok, tunggu dok." panggil seseorang yang terlihat berlari kecil kearahku, saat aku membalikkan tubuhku ke arah belakang.

Menengok  ke kanan dan ke kiri —sekeliling koridor rumah sakit. Memastikan kalau aku tidak kegeeran atas panggilan itu.

"Bapak panggil saya?"

Seseorang laki-laki paruh baya berseragam satpam itu terlihat mengangguk, mengiyakan.

"Dokter ini, dokter Nabilla?" ucapnya lagi, memastikan.

Aku hanya mengangguk pelan dan menatapnya binggung, seolah tatapan itu bertanya Darimana bapak ini, tau namaku?

Cinta Yang Beda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang