04 -Gadis Kecil

12.1K 766 8
                                    

"Nabilla?! Eh, ehm.. Dokter Nabilla." sapa Elvan pada gadis yang terlihat membiarkan rambut hitamnya tergerai bebas. "Saya minta maaf, tadi saya tidak fokus liat kedepan."

"Seharusnya saya yang minta maaf dokter Elvan, saking terburu-burunya saya. Saya tidak liat jalan." ucap gadis yang sempat dipanggil Nabilla oleh Elvan, sambil menurunkan ponselnya dari telinganya.

"Gak kok dok, dokter buru-burukan?" Elvan mengingatkannya

"Iy..a, iya dok. Saya duluan. Assalamualaikum,"

"Walaikumsalam. Wr. Wb"

"Nabilla ngomong sama gue? Gue gak mimpikan?" tanya Elvan pada dirinya sendiri, tak percaya.

"Astagfirullah, lu ngomong apa sih Van. Dia kan manusia, punya mulut. Ya pasti bisa ngomong dong." omel Elvan pada dirinya sendiri.

💘 Cinta Yang Beda 04 💘

Nabilla POV

"Oya, Bil. Aku penasaran deh, kenapa sih kalau di kampus kamu tuh gak pernah mau gabung sama anak-anak lain? Padahal kamu berhak untuk berada diantara mereka?"

Aku hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Kayla tadi. Ya buat ku sekarang, mungkin hanya kesendirian yang bisa buat aku tenang. Entah sampai kapan, mungkin sampai aku mendapatkan kepercayaanku lagi. Kepercayaanku pada orang lain.

"Atau gimana kalau aku ajak kamu masuk ke lembaga dakwah yang aku ikutin, sekalian nanti aku kenalin ke teman-teman aku." tawar Kayla.

"Kamu serius Kay? Bukannya aku gak mau. Cuma jujur, aku malu sama teman-teman kamu di sana. Kamu liatkan, aku aja belum berhijab. Ditambah lagi, apa mereka bisa menerima aku seperti kamu nerima aku?" tuturku merendah.

"Astagfirullah, Bil. Jangan begitu ah, kita semua juga masih belajar. Kamu juga bisa belajar pelan-pelan, asal ada kemauan dari kamu untuk belajar. Bagaimana?"

Kayla terlihat menatapku dalam, seolah-olah tatapan itu menunggu jawaban atas tawarannya terhadapku. Tapi tiba-tiba, bunyi ponselku membubarkan tatapan Kayla padaku.

Aku langsung merogoh tasku, saat terdengar sebuah lantunan musik melantun dari celah bawah tempat speaker ponsel berada, lalu menatap layar ponselku.

"Siapa Bil?" Kayla menatapku.

"Umi Kay, bentar ya." aku langsung beranjak beberapa langkah di depannya, lalu menyapa seseorang disebrang telpon.

"Assalamualaikum Umi."

"..."

"Astagfirullah, terus gimana kondisinya sekarang Mi?"

"..."

"Nabilla kesana sekarang ya Umi, Assalamualaikum."

"Kay, aku kayaknya harus kebawah sekarang. Arsyilla masuk IGD." ucapku kepada Kayla saat setelah mengakhiri telpon dari Umi.

"Innalillahi, kok bisa?"

"Aku juga gak tau pastinya gimana, makanya aku mau kebawah. Aku mau mastiin sendiri,"

"Yaudah, lebih baik kamu kebawah sekarang. Lagian kamukan udah selesai responsi sama dokter Hasan."

"Iya Kay, aku duluan. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam." Aku pun langsung bergegas pergi, setelah aku membereskan semua barangku kedalam tas dan mengambil jas putihku, lalu membentangkannya di tangan kananku.

"Arsyilla, kenapa bisa terjadi sama kamu sayang." gerutuku yang mempercepat langkahku disepanjang koridor rumah sakit, sambil mencoba menghubungi Umi kembali, tapi tak ada satu pun telponku yang diangkat.
Perasaan khawatir terus terlintas dalam pikiranku, perasaan khawatir terhadap gadis kecilku.

Aku benar-benar kalut saat ini.Sampai akhirnya, aku tak sengaja menyenggol seseorang hingga membuat jas putihku jatuh terhempas ke lantai begitu saja.

"Sorry.. Sorry.." ucap seseorang itu sembari mengambil jas putihku dan memberikannya padaku. Aku langsung menerimanya dengan tangan kananku, sementara tangan kiriku masih mencoba menghubungi Umi kembali.

"Nabilla?! Eh, ehm.. Dokter Nabilla." sapa seseorang itu yang ternyata mengenaliku. "Saya minta maaf, tadi saya tidak fokus liat kedepan."

"Seharusnya saya yang minta maaf dokter Elvan, saking terburu-burunya saya. Saya tidak liat jalan." ucapku yang turut menyesal dengan sikapku yang tidak bisa tenang menghadapi sesuatu.

"Gak kok dok, dokter buru-burukan?" tanya dokter Elvan mengingatkan.

"Iy..a, iya dok. Saya duluan. Assalamualaikum," aku pun mengakhiri obrolan kami.

"Walaikumsalam." jawabnya dengan suara samar, karena aku sudah lebih dulu beranjak pergi dari hadapannya.
"Assalamualaikum," ucapku mengucap salam, sesampainya di ruangan yang dimaksud Umi tadi di telpon.

Pandanganku pun langsung tertuju pada Arsyilla yang terlihat tertidur pulas di blankar IGD, sementara Umi terlihat tengah berbicara dengan salah satu perawat di sini.

Aku memutuskan untuk membiarkan obrolan Umi dengan suster itu, sementara aku hanya menatap damai Arsyilla yang nampak lebih baik walau dengan perban di dagunya.
"Baiklah bu kalau begitu, nanti akan saya buatkan surat rujukan untuk melakukan pemeriksaan Ct-Scan dan biar nanti saya juga yang akan menemani kesana."

"Terimakasih suster,"

"Iya bu, kalau begitu saya pamit dulu. Assalamualaikum,"

"Walaikumsalam."

"Permisi dok," sapa suster itu padaku.

Aku hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalaku pelan, kemudian beranjak mendekat kearah Umi.

"Arsyilla gimana Umi? Gimana ceritanya Umi, bisa kayak gini? Kok Umi baru ngehubungi Nabilla?" tanyaku penasaran.

"Kamu tenang aja, Silla udah baik-baik aja. Kalau kejadiannya Umi juga kurang tau, tiba-tiba aja udah berdarah. Kalau masalah Umi baru ngehubungin kamu, Umi minta maaf ya, Umi tau kamu itu orangnya gak tenangan apalagi kalau udah menyangkut Silla. Umi gak mau menganggu tugas jaga kamu," ungkap Umi yang terdengar menyesal.

"Arsyilla jangan lagi-lagi ya sayang, bikin hati bunda ketar-ketir denger kamu kayak gini." ucapku sambil membelai kepala Arsyilla yang tengah tertidur.

To be continue!

Tasikmalaya, 20 Januari 2018


Gimana? Udah kebayang kompliknya? Wkwkwk.. Pelan-pelan ya teman-teman, biar dapat feelnya.. Wkwkwk, jangan lupa vote + komennya kalau emang ada masukkan. Makasihh 😘

Cinta Yang Beda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang